Sebuah Penolakan (Bagian XXII)

488 43 1
                                    

"Kamu dimana?".

"...."

"Ya udh, nanti malem aku jemput ya!".

"...."

"Aku mau ajak kamu kerumah".

"...."

"Udh gk pa2, jam 7 aku jemput. Dandan yg cantik ya!".

"...."

"Iya, samapai ketemu nanti. Love you" terdengar suara Bastian yg sedang menelepon kekasihnya.

****

Ruth dan Marsha kini baru saja sampai dirumah Marsha. Mereka terlihat berjalan bersama menuju ruang tengah.

"Gue capek bgt" ucap Marsha yg baru saja duduk disoffa.

"Gue pulang ya Sha" ucap Ruth yg jg baru saja tiba bersamanya.

"Kok pulang? Ini masih jam 2 loh".

"Gue ntr malem ada janji sama Ko Bas. Dia mau ajak gue kerumahnya".

"Serius? Wah keliatannya dia bener2 cinta sama lo. Syukur deh, akhirnya sahabat gue ini bisa nemuin org yg tepat" goda Marsha yg sukses membuat pipi Ruth bersemu merah.

"Udh ahh jgn biki gue terbang! Gua pulang ya Sha" ucapnya sambil melambai kearah Marsha.

"Ya udha, hati2" balasnya.

****

Kini dimobil tinggalah Malvin dan Vanya, karena Zalfa sudah memasuki rumahnya.
"Lo sekarang jd lebih sering jalan sama Alif ya dr pada sama kita2" ucap Malvin pada Vanya.

"Maksud lo? Gue jalan sama Alif itu baru 2kali doank Co" balas Vanya.

"2kali? Berarti lo masih pengin jalan sama dia lg ya?".

"Lo kenapa sih? Lo gk sukak gue deket sama Alif?" Vanya kini mulai emosi.

"Klo gue bilang iya, emang lo mau jauhin dia?".

"Knpa lo jd ngatur hidup gue sih? Gue mau deket sama siapa aja kn itu urusan gue! Lo gk perlu lah ikut campur!" emosi Vanya mulai memuncak.

"Gue cuma gk mau lo knpa2! Karena gue sayang sama lo" ucap Malvin lirih tetapi masih bisa didengar Vanya.

"Apa? Apa maksud lo bilang sayang ke gue?".

Kini Malvin memberhentikan mobilnya. Dia sudah tak kuasa memendam rasa cinta pada sahabatnya itu. Dia mulai meraih tangan Vanya dan mengenggamnya.
"Gue tau lo anti pacaran sama sahabat sendiri. Tp gue tulus sayang sama lo. Please ijinin gue buat ubah pemikira lo! Gue janji gk bakal nyakitin dan ninggalin lo" ucapan Malvin terlihat tulus.

Tapi sepertinya itu percuma, karena kini Vanya sudah tak bisa menahan emosinya.
"Gue pikir lo ngerti tentang gue! Tp gue salah. Lo, bukan sahabat gue lg!" ucapnya yg kemudian keluar dr mobil Malvin dan pergi meninggalkan lelaki itu dengan rasa sakit akibat penolakannya.

****

Ruth dan Bastian kini sudah tiba di rumah Bastian. Rumah mewah dua lantai dgn halaman depan yg sangat luas. Terlihat beberapa mobil mewah terparkir rapih disudut kanan rumah. Ruth hanya bisa terpukau melihatnya. Bahkan rumah Marsha pun tak semewah rumah yg kini didatanginya.

"Ko Bas aku takut" ucap Ruth lirih.

Bastian pun menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menghadap Ruth.
"Gk ada yg perlu kamu takutin selama ada aku disamping kamu! Lagian kita cuma mau makan malem. Jd kamu santai aja ya!" ucapannya yg lembut kini bisa menenangkan Ruth.

Mereka pun akhirnya memasuki rumah Bastian.

"Ma, Bastian dateng nih" teriaknya ketika memasuki rumah.

Tak lama keluarlah wanita paruh baya mengenakan mini dress berwarna merah. Riasannya biasa dgn rambut yg tergerai indah, sehingga membutnya tampak lebih muda.

"Kamu udh datang. Ini siapa kok cantik bgt?" ucap wanita tersebut yg tidak lain adalah Mamanya Bastian.

"Saya Ruth Tante" ucapnya sambil mencium tangan Mamanya Bastian.

"Ya udh ayuk kita langsung kemeja makan aja" ajak wanita itu.
Ketika mereka sedang menuju meja makan, datanglah lelaki paruh baya berpostur biasa namun masih terlihat gagah. Kemeja putih dan kacamata yg dipakainya semakin memperlihatkan jika dia adalah org yg berada.

"Pa ayo kita makan malam dulu! Ini jg ada temennya Bastian" ucap wanita itu yg hanya dibalas anggukan oleh suaminya.

Mereka pun berjalan menuju meja makan dan makan malam bersama. Tetapi ditengah makan malam mereka, ada percakapan yg tak terduga.

"Kamu temannya Bastian?" lelaki paruh baya itu mulai bersuara.

"Iya Om" jawab Ruth sedikit gemetar.

"Ruth ini sekampus sama aku Pa. Dia satu tahun dibawah aku" ucap Bastian memperjelas.

"Orang tua kamu kerja apa?" tanyanya lg yg semakin membuat Ruth panik.

"Dia ini ...." ucapan Bastian terhenti ketika Ruth tiba2 menggenggam tangannya.

"Ayah saya bekerja disalah satu bengkel Om sebagai montir, dan Ibu saya bekerja sebagai asisten rumah tangga" jawab Ruth tegas.

"Apa? Cuma anak montir? Kamu gk bisa cari temen yg lebih baik apa Bas?" Suara lelaki itu sedikit meninggi.

"Pa...." ucapan Bastian terhenti lg ketika Ruth mempererat genggamannya.

"Mungkin saya cuma anak montir Om. Tp pekerjaan org tua saya itu halal. Dan kedua orang tua saya sudah bekerja keras untuk mendidik dan membesarkan saya hingga saat ini. Saya sangat bangga dgn kedua orang tua saya. Maaf jika ucapan saya kurang sopan. Saya permisi! Tante terimakasih atas undangan makan malamnya" ucapannya kini semakin tegas dan kemudian dia pergi meninggalkan ruang makan.

"Papa keterlaluan!" ucap Bastian yg kemudian menyusul Ruth.

Ruth keluar dr rumah Bastian dgn penuh air mata. Hatinya sakit mendengar perkataan Papa Bastian. Tp tiba2 langkah Ruth terhenti ketika ada seseorang yg menarik tangannya.
"Ruth tunggu!" ucap Bastian yg kala itu menarik tangan Ruth.

"Udh lah Ko Bas, aku mau pulang" ucapnya tanpa berbalik dgn terus meneteskan air mata.

Bastian kini memegang kedua bahu Ruth dan memutar tubuh Ruth menghadapa kearahnya, dia menghapus air mata Ruth dgn kedua ibu jarinya.
"Kamu jgn ambil hati omongan Papa ya! Papa itu belum tau kemurnian hati kamu. Aku janji, aku bakal berusaha bikin Papa terima kamu!" ucap Bastian berusaha menenangkan hati Ruth.

"Kamu gk perlu janjiin apa2 ke aku! Karena aku jg cinta kamu tanpa syarat" ucapnya masih dengan air mata.

Bastian yg mendengar ucapan Ruth langsung memeluknya. Mereka terlarut dlm perasaan cintanya yg tanpa syarat.

TO BE CONTINUED

A Love Story (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang