Semakin Mendekat (Bagian XXIX)

494 43 2
                                    

Ruth kini sedang menginap dirumah Marsha. Sebab orang tua Marsha sedang pergi ke Surabya seminggu ini, jd Ruth diminta untuk menemani Marsha selama ortunya tdk dirumah.

"Ute HP lo bunyi tuh!" teriak Marsha yg kala itu sedang berbaring diatas kasur.

"Udh biarin aja! Gue lg males angkat telepon" jawabnya yg kala itu baru saja keluar dr pintu kamar mandi.

"Apa mau gue aja yg angkat?" tawar Marsha.

"Gk usah Sha! Biarin aja!" balasnya singkat.

"Lo marah sama Ko Bas?" tanya Marsha.

"Gue marah sama diri gue sendiri" jawab Ruth yg kini sudah berbaring disebelah Marsha.

"Knpa?".

"Karena mungkin gue udh mencintai org yg salah!".

"Lo gk salah Ute! Justru menurut gue, lo udh nemuin org yg tepat".

"Tepat? Bahkan gue ini gk pantes buat dia Sha!".

"Cuma manusia yg bisa menilai pantas atau gk-nya. Tp perlu lo tau, klo takdir Tuhan itu lebih nyata! Dan lo gk mungkin bisa nolak atau pun menghidar dr takdir! Ya udh yuk tidur!".

****

Zalfa kini masih asik video call dgn kekasihnya yg jauh disana.

"Sayang sepupu kamu skrang banyak berubah" ucap Zalfa.

"Berubah gimna?".

"Udh mau bersosialisasi sama org. Khususnya, sama Marsha".

"Marsha?".

"Iya, wkt itu mereka berdua makan bareng dikantin".

"Wah ada kemajuan itu anak. Tp emang kayanya cuma Marsha sih yg bisa bantu dia lupain masa lalunya".

"Semoga aja ya. Aku jg pengin Marsha ada yg jagain".

"Jagain? Emang marsha knpa?".

"Marsha punya riwat penyakit kangker hati, baru empat bulan ini dia dapet pendonor dan udh dioprasi. Dr SMP dia sering bgt keluar masuk rumah sakit, dan kita semua yg selalu jagain sekaligus ngehibur dia. Makanya aku jg berharap klo mereka bisa jadian kaya kita".

"Aku beruntung punya kamu" ucap Angga.

"Aku lebih beruntung bisa milikin kamu" balas Zalfa yg tak mau kalah.

Keromantisan mereka tak berakhir begitu saja. Masih banyak kata2 indah yg dilontarkan Angga untuk kekasihnya.

****

Berbeda dgn kondisi Vanya. Kini dia sedang melakukan obrolan dgn kekasih barunya, hanya melalui pesan singkat. Tp tak mengapa, karena begitu saja hatinya sudah bahagia. Bahkan dia tak sedikitpun memikirkan perasaan Malvin yg sedang hancur. Dia memilih menikmati kehidupannya sendiri yg kini sedang dimabuk asmara.

****

Pagi ini Devin dan Bastian tengah menikmati sarapan pagi mereka. Sepiring nasi goreng dgn telur mata sapi buatan Devin. Biarpun lelaki, tp Devin jago memasak.

Maklum saja, sejak SMP Devin sudah tidak tinggal bersama org tuanya. Mamanya sudah lama meninggal ketika dia berusia 9 thn. Dan semenjak Papanya menikah lg, dia tak mau tinggal dgn keluarga barunya. Dia lebih memilih tinggal sendiri, merantau di Jakarta.

"Bas lo punya nmr HPnya Marsha?" tanya Devin yg kala itu baru saja menelan nasi goreng yg sudah dikunyahnya.

"Punya, knpa?" bals Bastian yg kemudian memasukkan sesendok nasi ke mulutnya.

"Gue minta donk!".

"Buat apa? Lo naksir Marsha ya?".

"Lo mau dibantuin buat ngomong sama Ruth gk?".

"Ya mau lah!".

"Ya makanya sini gue minta nmrnya Marsha!".

"Nih, cari aja diHP gue!" balas Bastian dgn menyodorkan ponselnya.

Devin pun mencari kontak Marsha di HP Bastian. Setelah menemukannya, dia langsung mencatan nmr Marsha diHPnya.

****

Marsha dan Ruth hari ini kekampus bersama Malvin dan Zalfa. Namun tdk terlihat sosok Vanya disana, karena dia sudah berangkat dgn kekasih barunya.

"Cejo mana?" tanya Ruth.

"Dia td BBM gue, katanya mau brangkat sama Alif" jawab Malvin datar.

"Coco, lo gk pa2?" tanya Zalfa yg duduk disampingnya.

Malvin hanya mengangguk dan kemudian tersenyum miris.

"Sabar ya Coco!" sambung Marsha dr kursi belakang.

Malvin cuma diam membisu. Dia seolah menahan rasa sesak dihatinya. Rasa sesak akibat ulah sahabat yg dicintainya.

****

"Ayo Bas, buruan!" teriak Devin dr arah ruang tengah apartemennya.

"Iya2. Gue lg pake parfume dlu nih" teriak Bastian dr arah kamarnya.

Tak lama Bastian pun keluar dr kamarnya dan menghampiri Devin.
"Busyet deh, lo mandi pake parfume?" ucap Devin sambil menutupi hidungnya.

"Udh gk usah protes! Ayo buruan berangkat!" ucap Bastian yg kemudian berjalan keluar apartemen diikuti oleh Devin.

****

Kelima sahabat ini tengah berada dikantin, menikmati sarapan pagi mereka.
"Lo td berangkat sama Alif?" tanya Zalfa yg dibalas anggukan oleh Vanya.

"Terus sekarang dia mana?" tanyanya lg.

"Lg diruang musik. Ntr dia ada praktek, jd harus latihan dlu" jawab Vanya.

"Ehh ntr jalan yuk, kita kn udh lama gk jalan bareng" ajak Zalfa.

"Boleh2. Ortu gue jg lg gk ada dirumah, jd gue bosen klo dirumah aja!" balas Marsha.

"Iya, boleh" sambung Ruth.

"Coco, Cejo gmna?" tanya Zalfa lg.

"Gue sih ok!" jawab Malvin.

"Gue udh ada janji sama Alif. Gimana donk?" ucap Vanya.

"Ya ajakin aja! Biar makin akrab sama kita2" ucap Zalfa lg.

"Ok deh, ntr gue ngomong dlu sama dia" balas Vanya.

****

Mobil Devin kini sudah memasuki parkiran kampus. Mereka pun keluar dr mobil dan berjalan bersama menuju kelas.

"Lo kekelas dlu'n aja deh Bas, gue mau ke toilet dlu!" ucap Devin.

"Lo kebiasaan nih. Ya udah sono!" balas Bastian yg kemudian meninggalkan Devin.

Devin hanya berbohong pd Bastian. Dia sebenarnya tak ingin ke toilet, tp dia ingin menghubungi seseorang dan tak ingin jika Bastian mengetahuinya.

"Hallo Marsha" ucapnya.

"Iya, ini siapa ya?" balas Marsha dr sambungan telepon.

"Ini gue Devin" jawabnya.

"Owh Kak Devin, ada apa Kak?".

"Lo dimna?".

"Gue lg dikantin nih sama temen2 gue. Ada apa ya?".

"Ada yg mau gue omongin sama lo soal Bastian sama Ruth! Lo bisa temuin gue skrang gk didepan gedung fakultas?".

"Iya bisa. Sekarang nih?".

"Iya sekarang. Lo kesini sendiri aja, jgn ajak temen2 lo!"

"Iya, ok".

Sambungan telepon pun terputus.

To Be Continued.

A Love Story (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang