Senja mulai datang memancarkan cahaya indah dilangit sana. Terlihat sosok wanita berambut panjang duduk dibangku taman, dia sedang menulis buku diarynya.
"Terimakasih Tuhan, engkau masih mengizinkanku untuk melihat senja yg indah ini" tulisnya dalam diary.
"Marsha.." terdengar teriakan seorang wanita dari balik punggungnya.
"Iyaa Cejo bentar!" balasnya sambil menutup buku diary dan kemudian berlari menuju asal suara tersebut.
"Udah kelar main basketnya?" tanya Marsha.
"Udah nie, gua sama Coco menang lagi" jawab Vanya setelah mengelap keringatnya dgn handuk yg sedari td dipegangnya.
"Yaa jelas aja, org gue satu timnya sama si Ute. Yaa mana bisa menang klo ngelawan Coco yg jelas-jelas tenaganya gedhe" timpa Zalfa salah satu sahabtnya yg lain.
"Iya nih, gk adil banget kn sha?" tambah Ruth yg kini sudah berdiri dr posisi duduknya.
Marsha hanya tersenyum medengar ucapan sahabat-sahabatnya itu. Maklum saja, dia memang tidak pernah merasakan serunya bermain basket. Karena fisiknya yang terlalu lemah, membuatnya tidak bisa melakukan aktifitas olahraga yg berlebih.
"Tin tin" suara klakson mobil terdengar dari arah sebrang taman.
"Tuh si Coco udh manggil, ayo kita pulang" ajak Vanya pada sahabat-sahabatnya itu.
Mereka pun berjlan menghampiri mobil disebrang sana, dan pulang kerumah masing-masing diantar oleh Malvin.
****
Di tempat lain di dalam kedai kopi di pusat kota. Terlihat seorang priya sedang menatap tajam pada layar laptopnya, dia sedang membuka puing-puing kenangan lama yg memang belum bisa dilupakannya.
"Aku kangen kamu Sha" ucapnya tanpa suara, hanya terlihat gerakan bibir saja.
****
"Aku turun dibengkel aja yaa Co!" kata Ruth yg kala itu duduk jok belakang bersama Marsha dan Zalfa.
"Loh gk mau dianter sampai rumah aja?" balas Vanya yg duduk dijok depan bersama Malvin si pengemudi.
"Gk deh, aku mau bareng sama Ayah aja. Tadi katanya Ayah mau ngajak pulang bareng" jawab Ruth.
Mobil pun berhenti di depan bengkel besar tempat ayah Ruth bekerja.
Ruth berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai montir, dan Ibunya bekerja dirumah Marsha sebagai asisten rumah tangga.
Walau begitu mereka tak pernah membedakan status sosial keluarganya. Bahkan orangtua Marsha sudah menganggap Ruth seperti putri mereka sendiri, karena sejak kecil Ruth lah yang selalu menjaga dan menemani Marsha.****
"Ma, Marsha pulang" teriak Marsha setelah membuka pintu rumahnya.
"Kamu dari mana sayang?" tanya mama Marsha.
"Abis dari taman ma, nemenin yang lain main basket" jawab Marsha sambil mencium tangan mamanya.
"Tapi kamu gk ikutan main kn sha? Kondisi kamu kn masih belum sepenuhnya normal" tanya Mamanya sedikit khawatir.
"Gk kok ma, Marsha tadi cuma nemenin mereka. Mama gk perlu khawatir" jawab Marsha sambil tersenyum.
****
"Zal udh nyampe" teriak Malvin membuyarkan lamunan Zalfa.
"Udah nyampe rumah gue?" tanya Zalfa yg baru saja sadar dr lamunannya.
"Ya iye lah, masa iya nyampe taman lagi. Lo ngelamunin apa sih Zal?" tanya Vanya yg kini sudah menoleh kearah sahabatnya itu.
Zalfa yang ditanya hanya diam dan menggigit bibir bawahnya. Suasana jadi hening seketika, lalu tiba-tiba...
"Gue turun duluan yaa. Dah Coco dah Cejo" ucap Zalfa yang kemudian mecubit pipi Malvin dan Vanya secara bersamaan.Vanya dan Malvin yang duduk dikursi depan saling bertatapan, mereka heran melihat tingkah Zalfa.
"Itu anak gk apa2 kn?" tanya Malvin sambil memegangi pipinya yang habis dicubit Zalfa. Vanya yang ditanya hanya mengangkat kedua bahunya.To be continued ..
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love Story (Completed) ✅
Roman pour AdolescentsSetiap orang punya kisah yg berbeda. Dan dengan adanya perbedaan itu, kita bisa mendapatkan pembelajaran dan pengalaman baru tentang bagaimana harusnya kita menyikapi suatu permasalah dalam sebuah hubungan. Karena setiap hubungan, selalu dimulai dgn...