Tepat seminggu berikutnya ospek sudah dibubarkan. Mereka sudah resmi menjadi mahasiswa sesungguhnya, bertemu dengan dosen dan mata kuliah disetiap harinya.
Kini Ruth dan Bastian jg semakin dekat. Setelah mendapat nomer HP Ruth wkt itu, Bastian tak menyia-nyiakan wkt sedikitpun untuk menakhlukan hati Ruth.
Sebaliknya, Devin dan Marsha justru jarang bertegur sapa. Hanya sekali mereka berbicara ketika Marsha menggembalikan jaket milik Devin yg dipinjamkannya.
"Ruth mau jalan bareng gk?" tanya Bastian ketika tak sengaja bertemu Ruth dan Marsha didepan kelasnya.
"Boleh. Lo ikut ya Sha?" katanya yg kemudian menoleh kearah Marsha.
"Ngapain gue iku. Kalian berdua aja, gue mau pulang" balas Marsha.
"Ya klo lo gk ikut, gue jg gk mau pergi" ucap Ruth lg.
"Lah kok gt" suara Bastian terlihat lemas.
"Lo ikut yuk Sha!" pinta Bastian sedikit memelas."Ya udh gue ikut" ucap Marsha setuju. Ruth kini mulai tersenyum, tp Bastian sedang mencari akal agar dia tetap bisa berduaan dgn Ruth meskipun Marsha jg ikut dengannya.
Tiba2 matanya tertuju pada Devin yg baru saja melewati lorong kampus. "Vin, Devin" teriak Bastian sambil melambai pada Devin.
Devin pun menghampiri Bastian dan berkata "ada apa?".
"Ikut gue yuk!".
"Kemana?".
"Ya jalan aja. Ada Ruth sama Marsha jg nih".
"Males ahh gue".
"Ayo lah Vin, temenin gue ya! Masa gue cowok sendiri nih" pintanya dgn wajah memelas.
"Ya udh ayo" Devin pun akhirnya menuruti permintaan Bastian.
****
Di gedung lain, nampak Vanya dan Malvin sedang jalan bersama.
"Ini sih Zalfa kenapa skrang sering pulang buru2 ya?" ucap Malvin memulai percakapan."Iya ya, skrang dia sok sibuk bgt. Jarang ngumpul dan pulang bareng sama kita" balas Vanya.
"Kita kn udh gk ada kelas nih, jalan yuk!" ajak Malvin.
"Boleh, ajak Ruth sama Marsha ya" ucap Vanya yg kemudian mengambil ponsel disakunya.
"Kapan bisa jalan berdua klo tiap gue ajak jalan, dia selalu ajak yg lain" batin Malvin.
"Hallo Ute, lo dimna?" ucap Vanya ketika telepon sudah tersambung.
"....".
"Yah kok gk ajak gue sih?".
"....".
"Ya udh deh" ucapnya lagi yang kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
"Gimna?" tanya Malvin.
"Mereka lg jalan sama kak Bastian dan kak Devin" ucap Vanya lemas.
Namun berbeda dgn Malvin, kini dia justru merasa senang dan bersemangat.
"Ya udh yuk kita jalan berdua aja" ajak Malvin yg kemudian menarik lembut tangan Vanya.****
Zalfa kini jg rutin menemui Angga. Setiap pulang kampus dia selalu mengajak Angga untuk pergi bersamanya.
"Udh seminggu nih gue di Jakarta" ucap Angga.
"Kenapa? Lo mau balik?" tanya Zalfa.
Angga yg mendengar ucapan Zalfa menoleh kearahnya dan tersenyum, kemudian dia mencubit kedua pipi Zalfa. "Aduh Angga sakit" ucapnya berusah melepaskan tangan Angga dr pipinya.
"Lo tuh gk berubah ya, masih aja ngegemesin" ucap Angga. Kini pipi Zalfa mulai memerah, bukan karena habis dicubit Angga, tp karena dia tersanjung mendengar ucapan teman lelakinya itu.
"Oh ya, gue punya sesuatu buat lo" kata Angga yg kemudia merogoh saku jaketnya.
"Nih" katanya lg sambil menyodorkan lolypop berbentuk hati kearah Zalfa."Makasih. Lo masih inget aja klo gue sukak lolypop" balas Zalfa.
"Gk ada hal yg gue lupain tentang lo Zal" batin Angga yg kemudian melirik Zalfa yg sedang asik dengan lolypopnya.
****
Ditempat lain Ruth, Marsha, Bastian, dan Devin sudah samapai disebuah mall dipusat kota.
"Kita liat2 DVD dlu yuk!" ajak Bastian yg kemudian menarik tangan Ruth. Marsha dan Devin jg mengikuti mereka dr belakang.
Bastian mengajak Ruth kebagian tempat yg dipenuhi oleh DVD film2 romance dr luar negeri dan karya anak bangsa sendiri. Sedang Devin dan Marsha menuju bagian musik2 lawas favorite mereka.
Tiba2 Marsha memberikan sebuah DVD pada Devin yg kini berada disebelahnya. Devin pun menerima DVD itu dan melihatnya.
DVD dengan cover kuning cerah, yg bertuliskan 'Hari yang Baru'. Iya, itu adalah DVD yg mempertemukan mereka untuk pertama kalinya.
Devin pun menaruh kembali DVD itu, entah kenapa dia sudah tak tertarik dengan DVD itu.
****
"Lo mau pesen apa?" tanya Vanya yg kini sudah tiba disalah satu caffe favorite mereka.
"Pasta whit creame sous, sama orange jus aja" balas Malvin.
"Ok gue pesen dlu" ucap Vanya lg yg kemudian menuju kasir untuk memesan.
Tak lama Vanya pun sudah kembali dan duduk dihadapan Malvin. Ingin sekali Malvin mengenggam tangan Vanya seperti pasangan2 lainnya yg ada dimeja sebelah. Tapi sayang, Vanya masih cuek saja. Dia tak pernah sedikit pun memahami rasa cinta yg dimiliki sahabatnya.
****
Bastian dan Ruth kini sudah dikasir untuk membayar DVD yg ingin mereka beli. Marsha yg sadar jika Devin tak membawa DVD musik itu hanya menatapnya.
"Kenapa dia gk beli DVD itu ya? Apa mungkin dia masih marah sama gue" batin Marsha.Mereka pun keluar dr toko DVD, kemudian menuju sebuah restoran yg ada didalam mall tersebut. Setelah memesan, mereka pun makan bersama.
"Kamu klo makan jgn belepotan gini donk" kata Bastian sambil mengusap bibir bawah Ruth yg terkena saus steak dengan tangannya.
Ruth menatap Bastian yg kala itu sedang mengusap bibirnya. Jarak mereka sangat dekat, hingga Ruth bisa dgn jelas melihat ketampanan Bastian. Hidungnya yg mancung, matanya yg sipit ala cowok2 oriental, bibirnya yg merah semakin menjadikan ketampanannya bertambah. "Kenapa gue jd deg2an gini ya deket Kak Bastian" batin Ruth dalam hati.
Setelah mengusap bibir Ruth, Bastian tersenyum ke arahnya dan kemudian melanjutkan makannya. "Haduh senyumnya manis bgt" batin Ruth lg.
"Ting ting" suara sendok yg dibenturkan pelan kepiring oleh Marsha. Mendengar suara itu Devin menoleh kearah Marsha.
TBC 😊
Sebenernya cerita ini udah aku publis di Instagram, disini aku publis ulang. Klo sukak tolong tinggalin jejak ya! 😊 divote jg boleh 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love Story (Completed) ✅
Novela JuvenilSetiap orang punya kisah yg berbeda. Dan dengan adanya perbedaan itu, kita bisa mendapatkan pembelajaran dan pengalaman baru tentang bagaimana harusnya kita menyikapi suatu permasalah dalam sebuah hubungan. Karena setiap hubungan, selalu dimulai dgn...