Tulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.
Halo. Selamat malam. Apa kabar dengan kamu yang jauh di sana? Nggak, aku nggak lagi pengen berdiskusi lagi tentang apapun yang mungkin bisa kamu jawab berlawanan dengan apa yang aku pikirkan. Aku hanya saja sedikit... Bisa dibilang merenung.
Kamu tau nggak kalo perkataan sederhana yang kamu tulis beberapa waktu silam ternyata membekas dalam ingatanku. Mungkin apa yang kamu bilang benar. Tapi tidak sepenuhnya benar menurutku. Dan kemarin adalah hari yang sangat sulit terdefinisi. Selain seseorang yang melahirkanku bertambah usia satu tahun yang mana artinya umurnya akan berkurang. Aku mengerti kalimatmu sehari sebelum itu setelah menonton salah satu tayangan yang mungkin membuatku sedikit tersentuh.
Dan hari ini, melihat sebuah foto seorang ayah sedang mengabadikan putri kecilnya dalam sebuah handphone sederhana lagi-lagi membuatku merasa bahwa aku bersyukur. Kamu telah menjadi seseorang yang mengingatkanku pada kebaikan. Katamu, jati diri sudah ada dalam diri kita. Lalu disuatu waktu kamu bilang segala sesuatu sudah digariskan bahkan sebelum kita lahir di dunia. Dan, yang terakhir mengenai sebuah makna pada setiap kata.
Aku tau tulisan ini tidak begitu panjang dan sama sekali nggak ada intinya. Sebenarnya aku pengen menceritakan kamu melalui podcast. Tapi karena seperti biasa, dalam otakku terlalu banyak asumsi sehingga memutuskan untuk menulis dihalaman pertama ini saja dulu. Dan kamu, seseorang yang berinisial A, sekali lagi terima kasih.
Katamu, setiap kata adalah tanda
Satu dua penggal puisi yang sederhana, namun penuh makna
Lalu, ketika aku menyebut namamu dalam doa
Bisakah mengada ini menjadi nyata?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*
To be continued
Published on June 12, 2020 Salam sayang, Elokvitaloka