Semua orang tahu mereka tidak sedang baik - baik saja. semua orang tahu yang mereka lakukan hanya sebuah lakon. Sandiwara rumah tangga yang diciptakan oleh mereka berdua. Semua orang tahu tapi tidak ada yang bisa membantu, berpura - pura tak peka adalah solusi yang terbaik seperti Ibu yang sekarang hanya bisa mengintip dari balik tirai penghubung ke ruang keluarga.
"Tak usah mengantarku sampai kedepan, kau masuk saja lagi"
Miris, ya cuma kalimat itu yang terfikir setiap orang melihat kejadian barusan. Sandiwara mereka terhenti jika tidak ada orang sama sekali. Hatinya mencelos menatap putri bungsu nya menatap lurus kedepan, tatapan kosong. Hati ibu mana yang tak sakit melihat keresahan anaknya. Kalau saja waktu bisa diputar ia tak akan pernah menginzinkan putri bungsu nya itu menikah. Kalau saja ia tak pingsan saat akad ia akan membatalkannya, kalau saja si biang onar Jennie tidak kabur dari pernikahannya Lisa putri bungsunya itu tak menderita sekarang. Kalau saja kalau saja. "Smoga kau bahagia sayang" ucapnya menangis dalam diam.
***
Disinilah mereka sekarang duduk, ini adalah acara makan malam pertama Sehun dengan keluarga Lisa sejak mereka menikah. Tidak ada suara selain suara sendok dan garpu yang beradu. Ekspresi smua orang sangat datar tak ada senyum menghiasi sbagaimana pengantin baru.
"Ekhmm" seorang lelaki yang baru mendapat gelar suami sehari itu berdehem. mengintrupsi disaat senyap membuat semua orang kini terfokus kepadanya.
"Mama, papa ada yang ingin saya sampaikan" ucapnya tenang.
"Saya...ingin membawa Lisa pindah kerumah saya" lelaki itu kemudian diam "maksudnya kerumah kami" tambahnya lagi. wanita didepannya tersenyum miris cepat atau lambat dia sudah tahu pasti Sehun akan membawa putri kesayangannya pergi. Ia sudah memprediksi tetapi tidak dengan Lisa, iya masih sangat syok dan seketika membulatkan matanya.
"Apa?"
"Membawa mu kerumah, kita tidak mungkin disini selamanya-sa---yang" penggalan kata terakhir membuat Lisa merinding. Setelah perjanjian semalam bgaimana bisa Sehun semudah itu mengucapkan sayang pada orang yang bahkan tidak ia cintai.
"Kapan kamu akan pergi?" tanya sang kepala keluarga merespon.
"Besok pa, karena kami harus mulai berbenah" lelaki paruh baya itu pun mengangguk setuju. Berbeda dengan sang putri yang menatap khawatir pada sang ibu.
Kau yakin kita akan prgi? ucap Lisa saat mereka sudah memasuki kamar. Lelaki yang ditanya itu pun mengangguk.
Hanya kita berdua? Lagi dan lagi ia mngangguk kmbali tanpa melihat wanita yang duduk di seberangnya itu.
Kalau ada apa - apa gimana? Kalau terjadi sesuatu gimana? Tnya wanita itu yang dengan jelas dari suaranya menunjukkan kekhawatirannya. Sehun menghela nafas perlahan dan kali ini memposisikan tubuhnya untuk menatap lurus wanita itu, istrinya.
"Apa yang kau takutkan?" tanyanya dengan mata elangnya. Lisa menelan ludah kasar tangannya bergerak gelisah.
"Ti--tidak! Aku tidak mencemaskan apa - apa" bohongnya. Sehun lalu mendekatkan tubuhnya pada tubuh sang istri membuat tubuh wanita itu menegang.
"Kau takut--terjadi sesuatu hal yang halal untuk kita?" bisiknya. Lisa tak menjawab tangannya masih bergerak gelisah.
"Cepat atau lambat aku akan mengambil hakku sebelum itu terjadi sebaiknya siapkan dirimu" Lisa membulatkan matanya dan menatap lurus pada sang suami yang sudah duduk menjauh darinya.
"Kenapa? Itu hal wajar, aku lelaki normal yang tinggal bersama wanita yang bahkan sudah halal untukku bisa saja naluriku sebagai pria dewasa mengambil alih" jelasnya seperti tahu arti dari tatapan istrinya yang masih gadis itu.
"Tapi tidak untuk sekarang, aku masih sangat waras untuk tidak meminta hakku sekarang"
Sehun tiba - tiba menyuggingkan smirk evilnya "Sebaiknya kau persiapkan dirimu, karena aku bisa saja sewaktu - waktu menerkam mu" tambahnya lagi yang kemudian berbaring dan memejamkan matanya.
***
Berbeda dengan semalam hari ini Lisa terbangun lebih cepat bahkan ia sempat membuat sarapan dan bahkan sekedar menyapu halaman depan. Bukan karena ia bangun cepat karena bahkan matanya tak terpejam sedikitpun karena ucapan lelaki dingin itu terus menari - nari di kepalanya.
"Sayang" sapaan hangat dipagi itu pun membuat Lisa membalikkan badannya dan berjalan mendekat kearah suara.
"Ya ma?" wanita tua itu mengusap lembut rambut putri bungsunya itu. Ia tersenyum tetapi menangis dalam hati.
"Maaf mama bukan ibu yang baik untukmu"
"Mama malah membuatmu menderita karena harus menikah dengan orang yang tak kamu cintai dan tidak mencintaimu" Lisa tersenyum miris ia ingin mengelak tetapi memang keadaanya sekarang seperti itu. Harus hidup dengan seseorang yang tidak pernah kamu cintai seumur hidup. Apakah menyenangkan? Tentu saja menderita!
Lisa mencoba tersenyum namun ia lebih memilih mengalihkan pandangannya pada taman hijau yang selalu ia rawat. Menghindari tatapan nenyedihkannya yang dapat membuat sang ibu semakin merasa bersalah.
"Lisa..." gadis itu menoleh "Ibu mohon meskipun kamu tak mencintainya tapi kau harus tetap menghormatinya sebagai suami, tetap memenuhi kebutuhannya, tetap disisi nya dan...."
"Berusaha belajar mencintainya"
Lisa tersenyum kecut ia memandang wanita yang sudah membesarkannya itu "Tenang saja bu, tanpa ibu suruh pun Lisa pasti ngelakuin itu karena....."
"Karena bagi Lisa pernikahan itu sakral. Cukup sekali untuk selamanya dan akan tetap Lisa jaga dengan cara apapun" ucap gadis berponi itu jujur. Ia tersenyum tulus dan memeluk bundanya. Kedua ibu dan anak tersebut berpelukan berusaha untuk saling menguatkan, yang tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka.
🌺🌺🌺
Lisa melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang memperlihatkan seorang lelaki tengah tidur dengan lelapnya seakan enggan untuk kembali kealam sadarnya. Lisa berfikir untuk membangunkannya namun bingung bagaimana caranya yang pada akhirnya ia hanya menatapnya dari pinggir ranjang menatap setiap inchi wajah yang notabene sudah menjadi suaminya.
"Kalau mau bangunin ya bangunin aja kenapa malah di pandangin?" terdengar suara khas seorang bangun tidur menyapa telinga Lisa, ya suara Sehun yang bahkan masih menutup matanya.
"Ah--iya" ucapnya bingung.
Lelaki itu membuka matanya dan menatap tepat pada mata gadis itu. Tatapan dalam yang bahkan mamou menyesakkan Lisa.
"Siap - siap kita akan pulang kerumah sekarang" ucap lelaki itu berjalan kearah kamar mandi. Ia kemudian menoleh lagi menatap Lisa.
"Rumah kita"
"Dasar manusia es"
KAMU SEDANG MEMBACA
ICE BOY [PP]
Teen Fiction[Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan] "Dia adalah pria dingin yang berbicara dengan mulut pedasnya" "Dia adalah pria dingin yang membentengi diri dengan ekpresi datarnya" "Dia adalah pria dingin yang tertidur diruang kerja hanya...