"Apa kau pernah menghargaiku sebagai istri?!"
"Suami seperti apa yang masih memajang foto perempuan lain padahal dia sudah menikah!"
"Apakah dia pernah menghargai istrinya?!!!!"
"Apa dia masih pantas dihargai?!!"
Teriak Lisa lantang, wajahnya memerah, sakit kepalanya semakin menjalar tetapi matanya tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari lelaki dingin yang sekarang menatapnya.
Dari ekspresinya dia sedikit terkejut namun kembali menguasai dirinya dengan wajah dingin andalannya.
"Kenapa kau berteriak padaku?"
"Kenapa kau tak menghargaiku?!"
"Kau berteriak padaku?"
"Kau tak menghargaiku?!!" Teriak Lisa lagi lebih kuat dari sebelumnya.
"Ku pikir kita sudah sepakat takkan menganggu foto - foto Jennie yang kuletakkan"
Lisa mendecih sinis "Sudah sepakat? Kau bahkan memutuskannya sepihak"
Sehun tersenyum sinis, ia lalu berdiri dan menatap tepat pada mata gadis berponi itu.
"Dari dulu sampai sekarang sedikit pun aku tidak mengharapkanmu..."
"...aku tidak menginginkan mu dan muak melihatmu"
Lisa memegang kuat handel pintu didepannya. Kalimat datar dari Sehun membuat keseimbangannya mulai goyah. Ia begitu syok mendengarnya.
Walaupun tanpa di beritahu ia juga sudah tahu pasti tentang hal itu. Tetapi mendengarkan hal itu secara langsung bukan kah jauh lebih menyakitkan?
"...jadi jangan membentakku seperti seorang istri yang meminta keadilan pada suami nya. Kita bukan menikah karena cinta"
Sehun melangkah memungggungi Lisa yang masih terdiam didepan pintu.
"Ah perlu kau ingat lagi, kau menikah denganku karena keputusan sepihakmu kan tanpa pendapatku? Apa kau menghargaiku ketika memutuskan hal sebesar itu?..."
"...jadi siapa sebenarnya yang egois disini?" Sambung Sehun lagi sebelum ia menghilang masuk dalam ruang kerjanya.
Pertahanan Lisa akhirnya goyah, ia jatuh terduduk didepan pintu kamar. Dirinya sudah tidak bisa menahan liquid bening dari mata indahnya. Seseorang yang paling kuat sekalipun bisa bersedih saat ia terluka apalagi Lisa yang hanya seorang gadis biasa.
Bahkan Lisa masih sangat muda untuk menyelesaikan masalah pernikahan seperti ini.
Lisa terduduk sambil memegang erat kedua lututnya. Semakin ia ingin berhenti menangis maka semakin kencang pula tangisannya.
"Mamaa.." pilu nya ditengah tangisan nya.
Ia terisak meratapi nasibnya dengan seseorang yang bahkan tidak memiliki ekpresi saat mengatakan hal kejam seperti itu.
Seseorang yang hati nya sudah mati karena tanpa sengaja Lisa lah yang membunuh perasaan lelaki itu.
Lelaki yang hangat itu sudah tergantikan dengan lelaki dingin yang menjelma menjadi suaminya.
***
Lisa membuka matanya, matanya sedikit lengket karena menangis semalam.
"Ah kepalaku"
Lisa melihat ke jendela, meskipun tertutup tetapi tampak jelas cahaya terang diluar dari celah jendela.

KAMU SEDANG MEMBACA
ICE BOY [PP]
Roman pour Adolescents[Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan] "Dia adalah pria dingin yang berbicara dengan mulut pedasnya" "Dia adalah pria dingin yang membentengi diri dengan ekpresi datarnya" "Dia adalah pria dingin yang tertidur diruang kerja hanya...