Sehun berjalan masuk kedalam ruang operasi namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya tepat saat di depan pintu ruangan itu.
"Dokter!!" Teriak seorang wanita dengan baju khas seorang perawat wanita.
Sehun menoleh padanya sambil menunggu wanita itu sampai ke hadapannya.
"Dokter pasien wanita tadi belum ada anggota keluarga yang dapat kami hubungi bahkan nama nya juga kami tidak tahu..."
Sehun menatap perawat itu tak sabaran menunggu sambungan kalimat yang akan dia ucapkan.
"Apa dokter akan langsung memulai operasi tanpa persetujuan keluarganya?"
Sehun membuka maskernya sebatas dagu dan menghela nafas ia masih mencoba bersabar disaat seperti ini.
"Disaat seperti ini jika keluarga masih belum bisa dihubungi dan pasien benar - benar dalam keadaan kritis dokter wajib mendahulukan pasiennya" jawab Sehun dengan sabar.
Perawat itu mengeryitkan dahinya seakan tak puas dengan jawaban Sehun "Tetapi dok, kalau terjadi apa - apa setelah operasi atau biaya administrasinya tidak bisa di lunasi bagaimana?"
Sehun benar - benar kesal, kalau saja ia tidak mengingat ini tempat kerjanya dan perawat didepannya ini bukan wanita ingin rasanya ia mengantukkan kepala wanita ini ke dinding.
Bagaimana bisa dia mempersulit pasien yang hampir meregang nyawa diruangan itu. Kemana hati nurani nya?
"Dengar, saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya adalah dokter tugas saya untuk menyelamatkan pasien terlepas dari ada atau tidaknya keluarga, pasien harus tetap diselamatkan!!" Jawab Sehun dengan suara yang semakin meninggi dan tegas.
Sehun masih mencoba menahan emosinya, meskipun takut sang perawat masih juga terus mengajaknya berkompromi.
"Ta--tapi dok ini tidak sesuai dengan prosedur rumah sakit"
Sehun tersenyum miring menatap wanita didepannya itu yang membuat si wanita semakin takut.
"Persetan dengan prosedur, bagaimana kalau kamu diposisi wanita yang hampir meregang nyawa namun masih terlilit prosedur dan akhirnya mati apa kamu mau?" Ancam Sehun.
"Taa--tapi dok administrasinya?" ungkit perawat itu lagi seakan tak juga puas dengan jawaban yang di berikan Sehun.
"Astaga disaat begini kamu masih mikir administrasi lagi?!!"
Sehun mengacak rambutnya kesal, rahangnya mulai merapat. Ia menarik kedua bahu wanita itu kasar untuk menatap ruang operasi didepan mereka.
"Lihat, kamu lihat!!!"
"Disana didalam sana ada seseorang yang sedang bertaruh nyawa antara hidup dan mati dan kamu masih permasalahin masalah administrasi?!!"
Wajah Sehun memerah ia sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Persetan degan reputasinya.
Ia hanya ingin pasiennya selamat!
Sehun menatap jam yang melingkar ditangannya sudah hampir sepuluh menit dia menahan emosinya dan hampir sepuluh menit pasiennya harus berjuang sendiri karena keterlambatannya.
"Dok" ucap wanita itu lagi saat Sehun akan melangkah masuk keruang operasi.
Sehun menghentikan langkahnya lagi dan menoleh kearah perawat itu lagi untuk terakhir kalinya "Kamu lupa siapa saya?"
"Saya Sehun Hadibroto pewaris tunggal rumah sakit ini, kamu fikir saya tidak mampu membayar biaya operasi seperti ini?"
Satu kalimat pedas dari Sehun membuat sang perawat bungkam dan menundukkan wajahnya tanpa dapat bersuara apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
ICE BOY [PP]
Teen Fiction[Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan] "Dia adalah pria dingin yang berbicara dengan mulut pedasnya" "Dia adalah pria dingin yang membentengi diri dengan ekpresi datarnya" "Dia adalah pria dingin yang tertidur diruang kerja hanya...