Duapuluhdelapan

22.2K 1.1K 209
                                        

Lisa menyandarkan kepala nya di atas meja kantin, karena kejadian dengan wanita tua semalam membuat kepalanya berdenyut hingga sekarang.

Berkat kejadian semalam juga Lisa kembali menghindari lelaki dingin itu. Bahkan Lisa sudah berangkat ke kampus walaupun masih pukul enam pagi sedangkan jadwal kuliah nya hari ini sebenarnya di mulai pukul sebelas siang.

Dan disini lah Lisa menghabiskan waktu nya, setidak nya sudah empat jam Lisa di sini sampai baterai ponselnya sudah habis setengahnya karena ia gunakan untuk bermain mobile legend.

Lisa bisa saja menunggu jadwal nya di ruang rapat biasa, tetapi kalau dia kesana kemungkinan besar ia akan bertemu dengan kak Hanbin. Bukannya Lisa membencinya, Lisa hanya tak ingin Jisoo salah paham lagi dengan nya karena Hanbin.

Lisa tak pernah mencintai lelaki itu, tidak sekali pun. Ia hanya menganggap Hanbin sebagai senior nya seperti kebanyakan orang. Tetapi Jisoo selalu saja salah paham padanya.

Lisa masih dalam posisi mager nya, menyandarkan kepala nya di atas meja bahkan dengan keadaan kantin yang sudah mulai ramai sekalipun ia tidak terusik sedikit pun.

"Boleh aku duduk di sini?"

Lisa membalikkan kepala nya saat sebuah suara masuk ke telinga nya, suara yang seperti nya tak asing di telinganya.

"Ah boleh, tentu. Silahkan" ucap Lisa cepat dan menggeser tubuhnya sedikit untuk memberi ruang  pada gadis cantik berkulit pucat itu.

Setelah di persilahkan oleh Lisa, gadis berkulit pucat itu menyantap makanan nya di sebelah Lisa yang sedari tak melepaskan pandangannya pada gadis itu.

'Bukan hanya dari jauh bahkan dari jarak sedekat ini dia sangat cantik, tapi sayang ekspresi datar nya itu membuat beberapa orang menghindari nya'

"Kenapa kau--memandang ku seperti itu? Kalau kau tak suka aku di sini aku bisa mencari meja lain" ucap gadis itu sinis yang merasa risih karena Lisa terus menatapnya sedari tadi.

Lisa menggeleng cepat "Ah tidak! Aku tidak bermaksud seperti itu--Irene" ucap Lisa gelagapan.

Memang sedari tadi Lisa menatapnya tetapi bukan karena ia tak suka. Bila Lisa tak suka padanya Lisa pasti memalingkan wajahnya bukan malah menatapnya. Lisa hanya mengagumi gadis berkulit pucat itu.

Irene adalah mahasiswi jurusan ekonomi seperti Lisa bahkan mereka selalu mengambil kelas yang sama meskipun tak pernah saling berbicara. Irene selalu menutup dirinya dari siapa pun. Cantik, cerdas dan kalem, lelaki mana yang tak terpincut olehnya. Banyak lelaki yang menyukai nya namun mereka semua mundur secara perlahan karena mulut pedasnya.

Irene memiringkan sedikit tubuh nya, ia risih bila harus diperhatikan seperti itu.

"Irene apa kau membenci ku?"

"Tidak" jawan gadis itu tanpa menoleh sedikit pun pada Lisa.

"Tetapi aku tak menyukai mu" sambung nya lagi.

Belum sempat Lisa bertanya lebih jauh, Irene sudah berdiri dari duduk nya "Aku duluan" ucapnya datar.

"Aku pernah berbuat salah padanya? Atau di kehidupan dahulu? Kenapa dia selalu sinis padaku?" Gumam Lisa yang takjub diperlakukan seperti itu.

Sebenarnya ini bukan yang pertama kali, bahkan dari pertama kali masuk pun Irene selalu sinis padanya tanpa Lisa tahu alasannya. Lisa bahkan tak pernah berbicara ataupun membicarakannya bagaimana mungkin Lisa berbuat salah pada nya?

"Woah gadis itu mengingatkan ku pada mas Sehun" gumam Lisa pelan.

Lisa menglaihkan pandangan nya pada tangan kiri jari manisnya, tempat tersemat nya sebuah cincin. Cincin pernikahannya. Lisa menghela nafasnya pelan "Apa yang dia lakukan sekarang? Sampai kapan aku harus bertahan  di dalam bayang - bayang kak Jennie"

ICE BOY [PP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang