Lisa membuka pintu rumah perlahan dan masuk lebih seperti mengendap - endap.
Baik Sehun maupun Lisa memang memiliki kunci tersendiri untuk masuk. Sehingga kalaupun salah satu dari mereka telat pulang tidak ada yang merasa direpotkan.
Karena alasan itulah Lisa mengendap - endap masuk karena ia belum tahu apakah Sehun sudah kembali atau belum.
Hanya sekedar antisipasi, Lisa belum siap jika harus perang dunia ketiga lagi dengan pria dingin itu.
Lisa belum siap mental dan menyiapkan alasannya karena dilihat dari sisi mana pun kejadian tadi memang sepenuhnya salah Lisa.
Berduaan dengan pria lain disaat dia sudah memiliki ikatan resmi.
"Belum pulang?" gumam Lisa saat membuka kamar dengan ranjang yang masih rapi sama seperti saat ia merapikannya tadi pagi.
Lisa merebahkan tubuhnya diranjang empuknya saat tak lama matanya tanpa sengaja beradu dengan tatapan lukisan Jennie yang terpajang didinding kamar.
"Woaah kak Jen apa kabarmu hari ini? Kenapa kau menatap ku seperti itu?"
Lisa mengacak rambutnya kesal "Ah sepertinya aku mulai gila dirumah ini, tak ada satu pun yang bisa aku ajak bicara"
"Bahkan lelaki itu hanya berbicara padaku kika aku melakukan kesalahan"
Lisa lalu duduk dan menatap lukisan itu kembali "woaah kak Jen, sepertinya aku tahu alasan mu pergi dari pria itu" tunjuk Lisa pada lukisan itu dengan mata berbinar.
"Karena dia dingin, apakah dia pernah bersikap romantis? Aku rasa...."
"Iya, yang paling aku ingat saat pagi pagi mereka membersihkan rumah dan berlarian saat Sehun mengarahkan selang air padanya. Ah mereka benar benar serasi"
Lisa terdiam, tiba tiba fikirannya melayang pada beberapa hari yang lalu, di halaman rumahnya. Obrolan tetangga Sehun yang takkan mungkin ia lupakan.
"Berlarian? Bermain air? Tertawa? Apakah itu juga bisa disebut kegiatan romantis?" Gumam Lisa ragu.
Jangan salahkan Lisa karena ia benar benar tidak paham masalah seperti itu. Diusianya sampai sekarang ini tidak pernah sekalipun ia menjalin hubungan dengan seseorang.
Bukan ia sengaja ataupun tak ada yang mendekati. Seangkatannya bahkan seniornya banyak yang berusaha untuk mencuri hatinya atau hanya sekedar mencari perhatiannya namun dasar dia nya memang gak pernah peka.
Hingga banyak dari mereka yang pada akhirnya berjalan mundur perlahan. Menyerah.
Lisa tersenyum kecut menatap sayu lukisan yang masih kokoh bergantung didepannya "Kak, bagaimana rasanya dicintai?"
"...pasti menyenangkan"
***
Brukk!!
Suara ponsel yang jatuh menyadarkan Lisa dari mimpi indahnya. Ia memegang kepalanya.
"Ah jam berapa sekarang?"
"Jam dua belas"
Degg!!
Mata Lisa yang tadinya menutup sekarang terbuka lebar, hening. Lisa masih diposisinya tanpa suara, tanpa pergerakan.
Perlahan tapi pasti ia memutar tubuhnya dan
Sumpah demi apapun rasanya ia ingin menjerit pada saat itu juga menatap hal pertama yang ia lihat.

KAMU SEDANG MEMBACA
ICE BOY [PP]
Genç Kurgu[Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan] "Dia adalah pria dingin yang berbicara dengan mulut pedasnya" "Dia adalah pria dingin yang membentengi diri dengan ekpresi datarnya" "Dia adalah pria dingin yang tertidur diruang kerja hanya...