Gue saranin baca ini sambil dengerin lagu Ailee - I will go to you like the first snow :)))))
***
"Hun! Dokter Sehun!"
Sehun mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mengedarkan matanya menatap sekeliling nya hingga akhirnya matanya menangkap sosok yang tak asing untuknya.
Sahabatnya, Mingyu.
Mingyu yang sedari tadi memanggil Sehun masih mencoba menahan emosi nya, bukannya dia orang yang sabar. Hanya saja tak mungkin ia lampiaskan emosinya di depan pasien.
Di depan pasien yang tak sadarkan diri di ruang operasi!
Ya, Mingyu dan Sehun sekarang sedang berada di ruang operasi. Bahkan sudah hampir dua puluh menit mereka disini tetapi Sehun masih diam di dekatnya dengan tatapan kosong.
Bahkan Mingyu yang sedari tadi menyuruhnya agar berpindah posisi pun tak di indahkannya. Sehun hanya berdiri diam dengan tatapan hampa yang tak jelas kemana arah pandangan nya.
"Dokter Sehun apa sebaiknya kita menggunakan metode yang kemarin di uji?"
Sudah beberapa menit Mingyu berbicara tetapi ia tak juga mendapat respon dari lelaki dingin di sampingnya yang membuat Mingyu mau tak mau mengalihkan pandangan nya kembali pada Sehun.
Mingyu membuka masker dan sarung tangan yang ia kenakan, habis sudah kesabaran yang ia miliki. Mingyu mendengus kesal dan menyeret Sehun keluar dari ruang operasi.
Sehun yang tersentak karena di seret paksa pun refleks melepaskan diri dari Mingyu.
"Ada apa ini?!"
"KELUAR DARI SINI!" bentak Mingyu setelah ia berhasil menyeret Sehun sampai ambang pintu ruang operasi.
Sehun yang diseret keluar oleh Mingyu sukses menyita perhatian semua orang yang berada di luar ruang operasi.
Sehun yang hampir terhuyung kembali menyeimbangkan tubuh nya dan menatap Mingyu murka.
"Apa yang kau..."
TUK!
Mingyu menutup pintu operasi bahkan sebelum Sehun benar - benar sadar apa yang terjadi.
Sehun membuang nafas kasar, akhirnya ia memilih duduk di kursi tunggu yang tak jauh dari ruang operasi masih dengan menggunakan baju operasi lengkap dengan sarung tangan dan maskernya.
"Kenapa aku jadi seperti ini?"
"Apa aku harus menghubungi nya?" Gumam lelaki dingin itu sembari meraih ponsel dari saku celana kainnya.
Belum semenit Sehun bergumam ia lalu menyunggingkan senyum pahit di bibirnya "Bodoh, menghubungi nya? Bahkan nomornya saja aku tidak punya"
Sehun merutuki dirinya sendiri, lebih tepatnya merutuki kebodohan nya. Kemana saja dia selama beberapa bulan ini, masa hanya nomor telepon istrinya sendiri pun ia tidak tahu.
Lelaki dingin itu tersenyum pahit sembari melangkah menuju ruangannya. Sehun memang tak ada jadwal lagi sore ini. Operasi tadi adalah jadwal operasi terakhirnya untuk hari ini dan setelah ia di usir oleh Mingyu tadi ia tak memiliki jadwal apapun lagi hari ini.
Lelaki berwajah datar itu merilekskan diri di sofanya sampai matanya tanpa sengaja tertuju pada kotak kardus yang terletak di sudut ruangan yang membuatnya bangkit seketika dari tidurnya dan berjalan menuju sudut ruangan.
Sehun menempatkan kotak kardus itu di atas meja, meratapi isi kotak itu dalam diam. Tentu ia masih ingat apa isi kotak itu.
Kumpulan kotak makanan yang tak pernah ia kembalikan lagi pada Lisa dan sisanya adalah kotak makan yang terlempar saat Lisa kecelakaan beberapa bulan yang lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ICE BOY [PP]
أدب المراهقين[Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan] "Dia adalah pria dingin yang berbicara dengan mulut pedasnya" "Dia adalah pria dingin yang membentengi diri dengan ekpresi datarnya" "Dia adalah pria dingin yang tertidur diruang kerja hanya...