Lisa masih tak bergerak dari posisinya, yaitu berbaring dengan mata yang sedikit terbuka .
Dia bukan tipe orang yang tertidur dengan mata terbuka tetapi ia memang sedang tidak tidur.
Lebih tepatnya ia hanya berpura - pura tidur saat seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar rawatnya.
"Mau sampai kapan berpura - pura tidur Lis?"
Lisa membuka matanya perlahan 'Dasar bodoh, sudah pasti mama akan tahu aku berbohong' rutuknya dalam hati.
Lisa menatap sang ibu yang dengan memamerkan senyum polosnya "Ah mama kapan datang?"
"Sejak kamu berkeliling ruangan ini dengan mengangkat infus mu"
Sekali lagi Lisa hanya tersenyum dengan memamerkan cengirannya.
"Lis, tolong berhenti buat mama khawatir"
Lisa mengeryitkan dahinya, bingung tentang arah pembicaraan ini.
"Hmm?"
Mama mematap putri bungsu nya, putri yang sangat ia cintai.
Bukan, bukan berarti ia tidak mencintai Jennie seperti ia mencintai Lisa. Ia juga sangat mencintai Jennie, itu sudah pasti karena Jennie juga putrinya.
Hanya saja mama memang lebih dekat dengan putri bungsu nya ini ketimbang si putri sulungnya.
Gadis berponi yang selalu bertindak aneh hanya untuk menutupi suasana hatinya.
"Ma? Kenapa melamun? Mama tahu kalau mama seperti itu mengingatkan Lisa sama setan yang terakhir kita tonton"
Lisa dan ibunya memang sangat dekat, bahkan tak jarang mereka hang out berdua hanya untuk sekedar makan ataupun pergi nonton, seperti menonton film horor dan menjerit bersama.
Sang ibu yang tersadar dari lamunannya melotot kearah putri bungsunya itu "Apa? Maksudnya kamu mama mirip sadako gitu?!!"
Lisa tertawa terbahak - bahak menikmati ekspresi dari sang ibu.
"Lis?"
Lisa yang sedang sibuk tertawa akhirnya menghentikan tawanya dan mengalihkan pandangannya kembali pada sang ibu yang sedang menatapnya serius.
"Bagaimana----pernikahanmu?"
Senyuman Lisa yang selalu berhasil membuat orang - orang disekitarnya ikut tersenyum itupun akhirnya pudar.
Ia memandang ibunya dengan tatapan hampa
"Sangat---baik ma" ucap Lisa datar lalu beberapa detik setelahnya ia mengubah eksresinya menjadi sangat bahagia serta senyum yang tak lepas dari bibirnya.
Ibu juga tersenyum melihatnya, senyum palsu.
Ia memajukan tubuhnya dan memeluk gadis kecilnya itu. Meskipun sidah dewasa dan bahkan sudha menikah ia tetap menjadi gadis kecil dimata ibunya.
Mama membiarkan gadis kecilnya itu merebahkan kepalanya di bahunya.
Sudah terlalu berat masalah yang putrinya itu hadapi sendirian, sedangkan ia tidak bisa membantu apapun.
Karena ini adalah masalah keluarganya, masalah ia dan Sehun. Masalah pernikahannya.
Mama mengelus rambut panjang putrinya dengan sayang, ia tahu bahkan sangat paham bahwa tadi putri nya ini berbohong.
Lisa hanya tersenyum agar sang ibu tidak mengkhawatirkan dirinya. Begitupun sang ibu yang tersenyum hanya agar membuat sang anak tidak mengkhawatirkan nya.
Mereka sama - sama berbohong dan mereka sama - sama saling mengetahui.
Tapi mereka sama - sama saling bersandiwara. Topeng. Mungkin dengan berpura - pura tidak tahu akan lebih baik untuk sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ICE BOY [PP]
Genç Kurgu[Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan] "Dia adalah pria dingin yang berbicara dengan mulut pedasnya" "Dia adalah pria dingin yang membentengi diri dengan ekpresi datarnya" "Dia adalah pria dingin yang tertidur diruang kerja hanya...