Dev mengumpulkan lagi keberaniannya untuk bangun menatap senjanya, meski menahan seluruh amarah ia tak mau menunjukan itu didepan senjanya.
Ia menghelai nafas lalu mengangkat kepalanya yang bersandar dibahu aurel, beranjak kearah dapur membuka kulkas tapi tak ada esbatu.. iapun mengambil air hangat dari dispenser dituangkan ke panci kecil tak lupa membawa haduk kecil lalu segera kembali keruang tengah.
"agak sakit tahan ya" dev mengompres luka itu menggunakan haduk yang sudah dicelupkan ke air hangat ia terlihat sangat pelan-pelan takut aurel merasakan sakit.
"sekarang kamu istirahat ya dikamar aku"
"kamu??"
"aku ada kamar lain"
Dev mengantar aurel kekamarnya.
"Istirahat jangan mikir yang aneh-aneh" ucap dev menyelimuti aurel sebelum akhirnya ia keluar kamar.
"selamat malam senjaku, tidurlah tanpa air mata"
Suasana kembali hening dev duduk sendirian di sofa matanya masih mengisyaratkan emosi yang tertahan, kembali mengingat kejadian tadi, apa yang sudah dilakukan bima terhadap aurel ia tak tau, gadis itu masih enggan untuk bercerita dengan apa yang dialami tadi, tapi melihat ketakutan dan luka memar diwajah aurel membuat dev benar-benar marah,,ia menyimpulkan bahwa bima sudah melakukan kekerasan terhadap senjanya dan itu tak akan ia maafkan.
Perlahan dev membuka pintu kamar aurel yang sengaja tidak ia kunci,,ia hanya ingin memastikan senjanya itu baik-baik aja dan tidur nyenyak malam ini, ia memandangi lekat wajah senjanya, wajah yang ia rindukan wajah yang kini terdapat luka memar di bagian tertentu."aku pastiin dia akan dapat hal yang setimpal" batin dev lalu mengelus lembut poni gadis didepannya.
Kini ia kembali keluar kamar , pintu sengaja ia buka sedikit agar bisa dengan cepat menemui aurel jika terjadi sesuatu, iapun tidak tidur dikamar, justru memilih tiduran disofa ruang tengah yang tempatnya berada persis didepan kamar tempat aurel tidur.
Pagi sudah menjelang tapi dev tak juga bisa memejamkan mata sedari tadi pandangannya kearah pintu kamar, apalagi aurel sempat mengngigau dan bangun untung sekarang udah tidur lagi.
Baru saja memejamkan mata tiba-tiba ponselnya berdering."Eehh monyeet maksud loe apaan? Subuh-subuh chat nyuruh gue beliin begituan? Loe nyerong? Loe lagi dimana? Ama siapa loe? Gak usah macem-macem,,gue bilangin nyokap abis loe,,waah bener-bener loe" suara kelvin dari sebrang memekikan mata dev rasanya udah pengen ia sumpel pake oncom.
"kurang-kurangin bacotnya..udah loe beliin aja ntar gue ganti 10 kali lipat.." sahut dev kesal.
"Ogaaaah!! ya kali gue beli begituan, dibayar berapapun juga ogah!! Lagi loe belom jawab pertanyaan gue"
"Tai loe.. kalo gue bisa keluar guee beli sendiri monyeeet" bentak dev.
"Ogah guee... !!"
"Loe minta gue bunuh"
"bunuh aja pasrah guee..!! Ntar gak ada yang loe susahin lagi"
"Udahlah nyeet guee serius ih.. ntar loe beliin anter kerumah gue,,gue tunggu"
"Eeehh loe lagi sama siapa dirumah?? anak siapa loe culik kerumah..loe apain anak orang weeh?"
"Comel bgt bacot loe.. gue lagi sama senja.. pokoknya loe beliin yang gue chat tadi,,gue tunggu!!"
Dev langsung menekan tombol merah, bisa naik darah ia ngomong sama kelvin , mulutnya udah kayak emak-emak.. ribeet riwiil benar saja ponselnya berdering panggilan masuk dari kelvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionKepadamu senja yang menciptakan debaran pertama di dadaku.. tetaplah menjadi senja yang mencintaiku selamanya. Devano Bastian