"kangeen Senjaakuu" ucap ucapnya lirih.
Dev masih tak bergeming dari posisinya hingga suara pintu terbuka memaksanya untuk bangun dan menoleh siapa dibalik pintu itu.
"keluar loe" suara Chaca terdengar pelan namun tegas. gadis tomboy itu sama sekali tak menatapnya pandangannya lurus kearah Aurel yang masih terbaring.
"Chaa gue cuma pengen jagain dia"
"ada gue"
Namun Dev tak juga beranjak dari duduknya membuat Chaca naik pitam, sejak kejadian itu ia tak lagi bersifat ramah tamah dengan pria itu, pria yang menciptakan air mata sahabatnya. dengan paksa ia menarik Dev keluar ruangan walaupun sangat berat.
"Chaa please ijinin gue"
"ijinin loe buat nyakitin dia lagi iya? Belom cukup yang kemaren? Setelah ini apa lagi hah??"
Vano yang melihat itupun lari menghampiri keduanya lalu berusaha meredakan emosi Chaca yang sudah diujung tanduk.
"Pergi loe !!" Chaca masih saja mengusir Dev.
Samar-samar Aurel membuka mata menyapu seisi ruangan ia teringat tadi terakhir kali sadar dilapangan lalu entaah ia sempat melihat Dev persis didepan matanya sebelum akhirnya semua gelap. Ia memijat kepalanya yang masih terasa pusing, kupingnya mendengar suara Chaca sedang marah-marah lalu dari balik kaca ia melihat sosok Dev berdiri disana tapi Dev terlihat sedang menunduk didepan Chaca.
"Chaa udah jangan kenceng-kenceng ini lingkungan Uks" ucap Vano mengelus pundak kekasihnya yang naik turun karna emosi.
"Loe kalo brengsek brengsek aja Dev gak usah setengah-setengah!!"
Sekali lagi ucapan itu bagai petir disiang bolong.
"Chaaa udaaaah!! Dev mending loe kekelas udah mau pelajaran.ntar gue nyusul.. " ucap Vano
Dev berjalan lunglai kearah kelasnya dengan perasaan yang serbasalah.. separah itukah hingga semua orang menyebutnya brengsek.
"Yuuk masuk kita liat Aurel" ucap Vano lembut.
Keduanya pun terkejud ketika masuk ternyata Aurel sudah sadar bahkan sudah duduk walaupun masih diatas ranjang, mereka berharap Aurel tak mendengar tadi dan tak melihat Dev disini.
"Aurel udah sadar..minum dulu Rel"
Chaca mengambilkan segelas air putih lalu Aurel meminumnya, suasana hening terlihat begitu canggung.
"loe gpp kan?"
"cuma pusing Chaa"
Melihat Aurel sudah sadar dan keadaan sepertinya juga tak enak Vanopun ijin untuk balik kekelas dan meminta Chaca untuk tetap ditempat menemani Aurel.
"siapa yang bawa gue kesini Cha?"
Chaca gelagapan tak tau harus jujur atau berbohong.
"Chaaaa?"
"emmm anu..itu...emm ya..pasti petugas kesehatan yang lagi jaga dibelakang barisanlah Rel,, loe bikin gue panik tau gak, gue gak tenang untung pas upacara selesei gue kesini loe baik-baik aja,, eeemm makan dulu ya Rel biar badan loe gak lemes" terang Chaca berusaha mencairkan kekakuan ia membuka bubur yang berada diatas meja ia yakin itu pasti Dev yang membelikannya tapi sudahlah.
Aurel tau Chaca berbohong, ia masih ingat Dev menopangnya, Dev orang terakhir yang ia lihat sebelum pinsan.
"dia kan yang bawa Gue kesini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Ficção AdolescenteKepadamu senja yang menciptakan debaran pertama di dadaku.. tetaplah menjadi senja yang mencintaiku selamanya. Devano Bastian