part 41

11.8K 594 22
                                    

"gak ada yang lebih berarti dari kamu senjaaa"

Dev membiarkan Senja mengontrol perasaannya, kegelisahan hatinya,juga ketakutan yang kini tengah bersamaan menderanya. Sekali lagi ia akan selalu berusaha menjadi tempat yang nyaman bagi gadis ini.

Dari balik kaca, Vano mendadak berhenti hingga Chaca menabrak punggungnya, lalu diikuti kelvin juga gladis dari belakang. Keduanya kompak menghentikan langkah meski belom tau alasannya.

"Kenapa Van??" tanya kelvin mulai maju dan saat itu pula ia mendapat jawaban dari rasa ingin taunya.

"Romeo juliette gueee" ucap Chaca pelan ada rasa haru ketika ia melihat keduanya.

"Biarin mereka berdua dulu" tutur vano melangkah duduk di kursi lorong puskesmas chaca mengekor dari belakang.

"Luka kamu juga harus di obatin" ucap gladis menyadari jika ada luka di kening juga bagian tangan menarik Kelvin untuk di periksa.

"Bentar yaa" pamit gladis kepada dua temannya.

Chaca tersenyum menganggukan kepalanya,,ia masih sedikit takut dengan kejadian tadi, tapi jauh yang lebih ia takutkan adalah keadaan Aurel, ia berharap Aurel akan baik-baik saja, mengingat kondisi Aurel yang hampir membaik namun kembali mendapat musibah seperti ini, kenapa harus bertubi-tubi ujian untuk sahabatnya itu.

Chaca menyenderkan kepalanya ke lengan Vano, ia pusing, ia lelah, ia lemas lalu memejamkan mata, rasanya kejadian tadi menguras segala kekuatan yang ada pada dirinya, hembusan nafasnya terasa berat.

Vano mengerti apa yang sedang dirasakan oleh kekasihnya, di raih tangan chaca kemudian di genggamnya seakan ingin mengatakan bahwa semua baik-baik aja.

Di tempat lain,Aurel beringsut dari posisinya, menyapu seisi ruangan yang hanya ada ia dan Dev,,segala rentetan kejadian terputar dalam ingatannya bahkan tentang kecelakaan orangtuanya,,masih ada rasa sakit yang menganga di dasar hatinya, masih begitu perih menyayat hatinya, namun kejadian tadi seperti tamparan keras yang menyadarkannya jika masih ada Dev yang begitu menyayanginya, pria yang begitu tulus menerimanya, ia masih ingin melanjutkan hidup, ingin bersama Dev dan tak ingin kehilangan Dev, meski Tuhan telah mengambil sesuatu yang paling berarti dalam hidupnya tapi Tuhan juga masih menyisakan satu hal yaitu Cinta Dev.

Dev hanya diam memandangi senja yang kembali memejamkan matanya seperti tengah melawan sesuatu dalam dirinya sendiri,,seperti tengah mencoba berdamai dengan kesedihannya.

Sangat pelan Dev menggenggam jemari Aurel perlahan di genggamnya semakin erat, berharap Aurel tetap seperti ini berharap Aurel bisa melawan takdir getir ini, terus berharap jika Aurel kuat menerima cobaan ini, dan berharap intuisi Aurel merasakan apa yang tengah Dev rasakan.

Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut keduanya, Dev hanya diam menatap lekat lekat kearah Senja, memperhatikan raut wajah senjanya dengan harap-harap cemas.

Perlahan Aurel memberanikan diri membuka kedua kelopak matanya, saat itulah ia mendapati Dev menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Tatapan itu masih sama hangatnya masih sama teduhnya hanya saja kini ada rasa pilu didalamnya.

"Apa yang kamu rasain senjaa?" tanya Dev dengan lembut masih menggenggam kedua tangan senjaa.

"Kamu gak akan ninggalin aku kan Dev?" suara purau itu keluar dari mulut senja.

"Enggak akan senja"

"Kamu gak akan biarin aku sendirian kan Dev?"

"Itu juga gak akan terjadi senja"

"Kita bakal terus samasama kan Dev?"

Suara senja terdengar begitu pilu, menggambarkan keadaan hatinya saat ini.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang