Dev melajukan motornya dalam kecepatan sedang mereka dalam perjalanan pulang dari bogor.
"Deevvv" teriak Aurel seketika mempererat pelukannya saat Dev menghindari anak kecil menyebrang Dev membanting setir ke kanan bersamaan dengan itu suara klakson bus begitu kencang dengan sigap Dev menghindari belom sempat membaca situasi setelahnya justru dari arah berlawanan sudah ada mobil kijang inova melaju hanya berjarak seperkian detik.
Daaaan
Suara dentuman yang begitu keras diikuti oleh teriakan Aurel yang memanggil namanya bersamaan dengan tubuh Aurel terlempar lepas darinya semua terjadi begitu cepat, Dev dan motornya membentur pembatas jalan, tubuh Aurel tergeletak di sebrang jalan, tak ada yang di takutkan oleh Dev saat ini kecuali keselamatan senjanya.
Darah segar mengalir di kepala dan kaki tak di hiraukan dengan sekuat tenaga Dev mencoba bangkit untuk menyelamatkan Senja yang berada di sebrang jalan, ketika ia fokus ke Senja,gadis itu menatap miris ke arah mobil yang sudah terbalik Dev mengikuti pandangan itu ada dua orang terjebak didalam mobil yang sudah hancur kacanya,bahkan Aurel terlihat memaksa tubuhnya untuk merambat ke arah mobil ,nyaris jantung Dev berhenti berdetak melihat keadaan mobil yang sudah memercikkan api jika bisa ia ingin menyelamatkan mereka Dev berusaha menyeret kaki nya untuk tetap berjalan kearah Senjanya yang sudah berurai air mata juga darah yang keluar dari sela sela rambutnya.
Langsung direngkuhnya tubuh tak berdaya itu bersamaan dengan mobil yang berjarak 3 meter dari mereka terbakar. Saat itu pula Aurel hilang kesadarannya.Dev hanya mampu diam karena ia sendiri kehilangan banyak darah perlahan pandangannya kabur samar-samar ia masih mendengar suara warga yang menolong mereka sebelum akhirnya ia juga kehilangan penuh kesadarannya.
Dev perlahan membuka mata meski kepalanya terasa berat,,ia mencium seperti bau obat-obatan ketika matanya terbuka sempurna Dev mendapati dirinya di ruangan serba putih dengan selang infus menempel di tangan kiri. Seketika ia pun teringat kejadian sebelum ini.
"Senjaaaaaa" ucapnya pelan mencoba mengangkat kepalanya namun terasa berat.
"Deev kamu udah sadar nak" ucap Mama yang matanya sudah merah dan bengkak mungkin karena lama menangis.
"Senja mana maa? Dia baik baik aja kan?" tanya Dev akan tetapi ia menemukan jawaban itu ketika menoleh ke arah kanan di sebelah nya hanya berjarak beberapa langkah sosok itu terbaring memejamkan mata dengan perban putih mengelilingi kepalanya.
"Senjaaaaaa"
Dev berusaha untuk bangun rasa sakit dikepala tak dihiraukan lagi olehnya bahkan ia menarik paksa infus di tangan yang menghalangi nya untuk turun, ucapan mamanya tak dihiraukan pula dengan badannya yang masih sangat lemas Dev berusaha turun ketika menginjak lantai ia terhunyung nyaris jatuh tapi itu tak membuatnya menyerah ia jalan dibantu oleh mamanya menghampiri Aurel.
Tangannya bergetar ketika menyentuh wajah Senjanya yang terlelap,sakit direlung hatinya menjalar keseluruh tubuh.
"Senjaaaaaaa.... Banguun Senjaaa" rintih Dev pelan.
"Maafiiin aku" ucapnya lagi terdengar begitu berat digenggam erat jemari pucat lemas milik senja. Air matanya jatuh membasahi tangan Aurel.
"Dev jangan banyak gerak dulu..kamu baru sadar, takutnya darah di kepala kamu keluar lagi"
Mama Dev kembali masuk bersama Dokter dan satu suster mencoba menenangkan Dev.
"Dia akan baik baik saja"
"Kembali ke tempat ya..kamu harus saya periksaa lagi"
Dev tak bergeming dari tempatnya ia justru beringsut menjatuhkan lututnya ke lantai begitu besar rasa penyesalannya rasa bersalahnya. Kali ini tidak ada yang baik baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionKepadamu senja yang menciptakan debaran pertama di dadaku.. tetaplah menjadi senja yang mencintaiku selamanya. Devano Bastian