Part 18

11.4K 456 11
                                    

⛅⛅⛅

  Dua mobil hitam dan silver itu terus beriringan menembus jalanan kota yang mulai sedikit longgar karna mengingat sekarang sudah jam 9 malam, kini mobil itu memasuki kompleks elit lalu mencari-cari no rumah yang sudah mereka hafal diluar kepala.

"Itu rumahnya" ucap Kelvin

Kini mereka berdiri diambang pintu bell rumah sudah dipencet hanya menunggu siapa yang membukanya, dev sedari tadi sudah geram tapi coba ditenangkan oleh Kelvin dan Vano, hingga seorang wanita berumur 40 tahun keluar.

"Maaf Ibu kita cari Bima..Bimanya ada?" tanya papa Aurel dengan ramah.

"maaf tapi den Bima belom pulang Pak, ada perlu apa ya?"

"kalo orangtua Bima?"

"maaf sedang keluar negri..maaf ada keperluan apa ya? Biar nanti saya sampaikan"

"Boleh kami masuk?" Ucap teman Papa Aurel yang bernama Reldy.

"silahkan"

Merekapun menceritakan dengan sangat hati-hati dan berharap wanita ini mengerti dan mau membantu memberi info walau sedikit saja setidaknya itu akan membantu, dan sepertinya wanita ini sudah tahu betul sifat anak majikannya meskipun tak banyak berkomentar.

Kini mereka harus keluar dengan tangan hampa, tak tau kemana harus mencari Aurel.

"Mas" ucap wanita tadi berlari menghampiri Dev karna ia yang paling belakang.

"semoga ini membantu dimobil aja bukanya" bisiknya pelan seraya menyelipkan kertas ketangan Dev.

"ngomong apa dia Dev?" tanya Vano ketika sudah ditepi jalan Dev hanya memperlihatkan secarik kertas ditangannya,terlihat Andri semakin gelisah terlebih ini sudah jam 11 malam lebih.
Dev membuka kertas itu ia sedikit bingung karna hanya ada tulisan alamat rumah dan ada 4 alamat sejenak berpikir lalu Dev mengerti, dalam hati ia berterimakasih kepada wanita itu.

"om" panggil Dev, ketiga laki-laki paruh baya itupun menghampiri Dev. Lalu Dev memberikan kertas itu.

"Mungkin  Bima bawa Aurel kesalah satu tempat ini"

Tanpa menunggu merekapun berbagi tugas Andri dan kedua temannya mencari kedua alamat itu dan Dev bersama Vano dan Kelvin mencari keduanya lagi.

"Kalo ada apa-apa langsung hubungi ya nak" pinta Andri.

Sepanjang jalan Dev kembali gusar pikiran buruk terus menyerangnya ia susah mengendalikan emosinya yang naik turun tak beraturan berkali-kali ia mengumpat, sumpah serapahnya keluar,otot -ototnya terus menegang kecemasannya kali ini berlipat ganda.

"Tuhan tolong lindungi Senjaku"

Kelvin dan Vano tak kalah cemasnya tapi mereka masih bisa mengontrolnya kali ini justru mereka prihatin dengan keadaan Dev yang terpuruk seakan-akan putus asa, kini Kelvin mengambil alih menyetir sedangkan Vano tengah menerima telfon dari   Chaca dari cara Vano berbicara sepertinya ia sedang menenangkan kekasihnya ia mencoba meredam ketegangan yang sedari tadi terjadi, ia juga terus berkomunikasi kepada Andri.

Berbekal alamat yang tidak begitu jelas kini mereka memasuki jalan yang tertera dan tak butuh lama menemukan alamat rumah yang berada di daerah lenteng agung. Tak peduli ini dini hari Dev langsung keluar dari mobil mendobrak paksa gerbang depan dan berlari masuk diikuti oleh kedua temannya rumah itu terlihat sepi dan remang-remang seperti memang kosong. Seakan tak mau membuang waktu lebih lama lagi untuk menemukan Senjanya iapun mendobrak pintu depan dua kali entah tenaga dari mana Dev bisa sekuat itu.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang