part 42

11.6K 608 15
                                    

    Pagi ini,,Dev masih begitu nyenyak tidur di sofa berselimutkan tebal warna biru seakan sedang berada didalam mimpi yang indah atau mungkin terlalu capek karena semalam habis lembur, yang pasti tidurnya kali ini benar-benar pulas bahkan tak menyadari ada sepasang mata teduh yang terus memandanginya sedari tadi.

Sepasang mata itu menatap Dev dengan lakat-lekat, bibirnya tersenyum. Senyum atas rasa syukurnya karena Tuhan telah menghadirkan sosok Pria berhati malaikat bernama Devano Bastian. Sosok yang sudah mencintainya melebihi diri sendiri. Sosok yang selalu menjadi tempatnya pulang.

"Untuk kesekian kali aku selalu merasa beruntung dicintai kamu, Deeev"

Hari ini hari sabtu jadi Dev libur itulah sebabnya sedari tadi tak ada yang membangunkannya, terlebih Dev sendiri terlihat begitu pulas.

Perlahan ia menggerakkan tubuhnya,bergumam tak jelas lalu membuka kedua bola matanya.

"Senjaaaa" kata itulah yang terucap saat ia membuka mata dan mendapati Senja duduk di sofa sebelah bahkan menatap kearahnya.

Senja tersenyum,,melihat Dev bangun dari tidur nyenyaknya, ada desiran pelan di dadanya.

Dev masih begitu nyaman diposisinya saat ini terlebih diluar juga mendung, seakan membuatnya enggan  beranjak.

"Kok masih tidur di sofaa? Kan aku udah bilang.. tidurnya di kamar aja  masih ada yang kosong satu"  tutur Aurel pelan.

Dev menyunggingkan senyumnya.

"Kasian badan kamu kalo harus tidur disini terus, kamu tuh udah capek seharian kerjaa" ucap Senja memandangi Dev yang masih nyaman dibalik selimut.

Dev justru melebarkan senyumnya, ia rindu perhatian sederhana Aurel yang seperti ini, nada lembut serta tatapan yang selalu membuat hatinya menghangat.

"Sini" pinta Dev menggeser posisi tidurnya memberi tempat untuk Aurel duduk didepannya,,yang dipinta pun menurut saja.

"Aku itu gpp Devv.. kamu gak perlu tidur di sini buat jagain aku" tegur Aurel karena Dev selalu tidur di sofa ruang tengah yang memang dekat dengan kamarnya, Aurel paham Dev melakukan itu karena ingin menjaganya, namun hal ini malah justru membuat Aurel merasa bersalah terlebih Dev butuh istirahat yang cukup.

"Nanti malem tidur dikamar ya" pinta Aurel.

Dev yang masih meringkuk dibawah selimut tak menjawab memilih menatap wajah senjanya, lalu tangannya ia ulurkan untuk memeluk pinggang Aurel.

"Kangen kamu yang kayak  gini" guman Dev dengan nada redah bahkan suaranya masih serak.

"aku cuma gak mau kamu kenapa-napa senja" tambahnya lagi.

"Aku gpp dev, justru kalo kamu tidur disini kamu yang bakal kenapa-napa" sahut Aurel.

Dev yang tiduran miring mendongak ke arah Senja.

"Aku gak mau kamu sakiit" ucap Aurel.

Dev tersenyum lalu berucap "berarti kalo aku sakit kamu yang ngerawat, yaudah aku sakit aja kali yaaa biar bisa manjaaa" celetuk Dev.

"Deeeev" Aurel mencubit lengan Dev yang melingkar di pinggangnya.

Dev terkekeh pelan..

"Candaa sayaang" ucapnya.

"Semalem pulang jam berapa??" Tanya Aurel karena ia sudah tidur.

"Jam sembilan, kamu udah tiduur" jawab Dev lalu bertanya "mama kemana?"

"Pergi,Bilangnya sih ada janji sama temen" jawab Aurel.

Dev menoleh kearah jam yang menunjukan pukul setengah sepuluh.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang