"Dev" panggil Aurel.
"iya senja" jawab Dev yang tadinya sibuk dengan laptop di hadapannya menghentikan aktifitasnya lalu menoleh kearah Senja yang duduk di sebelah mengelus perutnya yang semakin membesar mengingat ini sudah bulan ke delapan.
Dev tersenyum lalu mencium perut Aurel seraya berbisik "Anak Ayah mau minta apa?? Jangan ice cream ya soalnya kamu udah besar didalam sana sayang, nanti Ayah dimarahin bu dokter, kasian bunda juga kalo kamu kegedean, yaa!! anak Ayah pinteer"
Aurel tertawa pelan melihat Dev yang sedang berinteraksi dengan calon bayi dirahimnya, bahkan terdengar begitu lembut, membuat Aurel tak sabar ingin melihat jagoan kecil yang diprediksi berjenis kelamin laki-laki.
Dev mencium perut itu sekali lagi sebelum beralih ke Aurel.
"Kamu mau apa sayang?" Tanya Dev menyelipkan rambut Aurel belakang telinga dan tangannya yang satu lagi mengelus bagian perut Aurel.
"Gimana kalo----
Belom selesai sudah ada suara mobil masuk ke halaman, membuat keduanya menoleh.
"Para pengacau datang" ucap Dev diikuti tawa dari mulut senja.
Dev bangkit untuk membukakan pintu, benar saja chaca dan gladis langsung berhambur ke arah Aurel yang duduk di ruang tengah menenteng dua katong entah apa itu isinya.
"Hai nyeet" cengir Kelvin.
Vano tersenyum menepuk bahu Dev lalu ketiga ikut masuk.
"Gimana lancar van ??" tanya Dev.
"Alhamdulillah tinggal, undangan aja yang belom" jawab Vano.
Vano dan Chaca memang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.
Sedangkan kelvin baru saja satubulan yang lalu bertunangan dengan gladis.
"Ribet juga ya Dev,, pusing pala barbie" celetuk Vano.
Ketiganya tertawa lalu berjalan melewati ruang tamu.
Ketika sampai di ruang tengah,mata Dev membulat, menepuk jidatnya.
"Mati gue" keluhnya setengah berlari.
"Chacaa..kenapa bawa ice cream haduuuhhh,," ucap Dev menarik ice cream di atas meja, ia sedikit lega karena belom di makan oleh Aurel.
"Lhah kenapa Dev? Bagus tau buat bumil" protes Chaca
"Bini gue udah gak boleh makan ice cream, bayi nya udah gede" jelas Dev.
"O" sahut chaca membulatkan mulutnya lalu berucap lirih "ya maap kagak tau heheee,,, ponakan gue udah gede" chaca mengelus perut Aurel.
"Ini aja rel,," tawar Gladis memangkat satu kotak buah segar.
Namun Aurel melirik kearah ice cream yang dipegang oleh Dev, mengetahui itu Dev menghembuskan nafas pelan.
Karena semenjak hamil Aurel menjadi begitu sensitif mau ini ya ini gak bisa diganti yang lain.
"Jangan ya sayang, tadi dokter bilang apa?" tutur Dev lembut.
"Yang didalem sini udah besar sayang" ucapnya lagi masih dengan inotasi nada yang lembut berharap Aurel tidak merajuk.
"Tapii---" Aurel kembali melirik ice cream yang di sembuyikan Dev dibalik punggung.
Dev mengisyaratkan siapa saja untuk mengambil ice cream dan menjauhkan ice cream dari pandangan Aurel.
"Dikit ya" pinta Aurel.
"Sayaaang" Dev berjongkok didepan Aurel.
Aurel menahan senyum melihat expresi wajah Dev yang terlihat begitu khawatir, udah kesekian kali suaminya ini selalu sabar sekali menghadapinya, belom lagi jika tiba-tiba ia pengen yang aneh-aneh..
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionKepadamu senja yang menciptakan debaran pertama di dadaku.. tetaplah menjadi senja yang mencintaiku selamanya. Devano Bastian