Aurel marasa sedikit lebih baik dibanding tadi sore walo rasa sakit itu masih bertahta direlung hatinya,
setidaknya ia tak menyimpan itu sendiri, ia menatap sayu kearah teh yang baru dibawakan oleh Mamanya dan dengan halus meminta Mamanya untuk keluar karna ingin sendiri."apapun yang terjadi nanti kamu harus percaya, aku cinta kamu Senja"
Aurel mengingat kata itu, kata yang diucapkan Dev dulu, saat ini apa yang bisa ia percaya dari kata-kata itu jika kenyatannya Dev mencintai wanita lain, apa yang bisa ditangguhkan dari hubungan ini jika kepercayaan itu telah hancur berceceran.
"Bulshiiiit"
Lalu ia meraih Boneka mungil pemberian Dev, ia masih ingat jelas dihari itu hari dimana ia menjadi seseorang paling bahagia di dunia, terbang ke atas awan dan tiba-tiba kini ia dijatuhkan ke permukaan bumi.
Hari ini partandingan final baru saja selesei, tim sekolah memenangkan turnamen bergengsi itu,mereka berhasil membawa nama baik sekolah hal ini disambut riuh oleh seluruh penjuru Sekolah, nama-nama pemain diagungkan. Para fans dari masing-masing berbondong-bondong memberikan hadiah sebagai ucapan selamat senyumpun bertebaran dimana-mana.
Bahkan ketika sampai dikelas Dev disambut dengan heboh, Dev tersenyum melihat teman-temannya seperti itu tapi disini ia tak menemukan Senjanya kemana wanita berambut indah itu?. Setelah mengobrol sebentar untuk menghargai sambutan teman kelasnya Devpun keluar mencari keberadaan Senja. hingga saat melewati taman sekolah ia melihat gadis itu duduk sendirian hanya berdiam diri rambut indahnya itu dibiarkan terurai diterpa angin ingin rasanya Dev mengelus rambut indah itu mengecup ujung kepala Senjanya dan mengatakan betapa berartinya senja baginya.
"Puas loe!!"
Tanpa menolehpun Dev sudah bisa menebak jika itu pasti Chaca.
"keberadaan loe disekitar dia itu cuma nambah rasa sakit nya,, jauh jauh dari dia"
Dev diam karna yang dikatakan oleh Chaca benar ialah sumber dari airmata dan kesedihan Aurel, ialah yang membuat Senjanya itu tak lagi tersenyum ceria, karna semenjak hari itu ia tak pernah sekalipun melihat sLSenjanya tersenyum yang ia dapati hanya kebencian dan sinar mata seduu. Sedari tadi ia berharap jika senja mengucapkan kata selamat tapi sepertinya rasa aurel terhadapnya sudah disapu bersih dengan kebencian, Senja kini benar-benar lepas dari genggamannya.
"Jaga dia Chaa" hanya kata itu yang keluar dari mulut Dev, karna sekalipun ia bilang jika ia sangat mencintai Aurel takkan ada satupun yang percaya, dia adalah si brengsek yang telah melukai hati selembut Senja.
⛅⛅⛅
Dev tak langsung pulang ia masih memikirkan tawaran Mamanya bukan tawaran tapi ini seperti sebuah keharusan, ia marah tapi tak tau harus bagaimana. Roda dua yang ia naiki berhenti persis didepan rumah sahabatnya.
Begitu masuk kekamar Kelvin ia langsung membogem sahabatnya yang tengah belajar, Kelvin terjerembab ke bawah ia terkejud ditatap wajah sahabatnya yang penuh luapan emosi iapun paham apa keinginan Dev.
"Anj*ng loe" ucap Kelvin tak mau kalah langsung menyerang Dev.
"Loe tainya" balas Dev kembali memukul.
Lalu didalam kamar yang ukuran sedang itupun terjadi perkelahian, adu tonjok menonjok tanpa jeda, hanya mereka berdua tak ada yang lain, Dev seperti orang kesetanan ia mengeluarkan segala emosinya hingga Kelvin sedikit kuwalahan mengimbangi Dev, tapi untung saja ia tak kalah jago urusan tonjok menonjok hingga iapun dapat membalas pukulan yang mendarat ditubuhnya dengan impas. Seketika kamar berantakan dua sahabat itu masih terus melakukan perkelahian walau sudah ada luka lebam dan darah segar mengalir di ujung bibir masing-masing. Hingga akhirnya mereka berdua terkapar di karpet bawah secara bersamaan, nafas keduanya memburu naik turun tak beraturan, masih diam mengatur nafas yang berangsur normal, tiba-tiba ada suara dari luar diiringi ketukan pintu tiga kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionKepadamu senja yang menciptakan debaran pertama di dadaku.. tetaplah menjadi senja yang mencintaiku selamanya. Devano Bastian