part 14

13.6K 488 10
                                    

     Ditengah deru persaannya yang tengah ia rasakan ada yang menepuk bahunya.

   "Hoby banget loe ribut"

Kelvin setengah jongkok untuk membantu dev bangun, hanya kata itu yang ia ucapkan ia paham mesti saat ini dev tengah perangbatin, dev tengah kacau karena ucapan Aurel tadi ia paham betul dengan apa yang dirasakan oleh dev.

   "kalo boleh gue ngomong ke mutiara,,sekarang juga gue bakal bilang kedia gimana keadaan loe.Gimana paniknya dia kalo tau soal tadi" gerutu kelvin ketika mereka jalan beriringan dikoridor.

   "setidaknya mutiara gak pernah marah marah kayak loe, gak comel kayak loe gini, dia selalu lembut sama gue dalam keadaan apapun" jawab dev melirik kearah kelvin dengan senyum kecut, sedikit menahan sakit diujung bibirnya.

   "malaikat loe itu terlalu baik"

   "dan loe sahabat gue yang kurang baik,kurangnya banyak  kerjaannya ngomel mulu kayak emak-emah kos-kosan"

   "Emang monyet loe yaa.. bukannya bersyukur" protes kelvin.

   "Canda weeeh.. sensi amat loe lagi dapet?" Ucap Dev terkekeh melihat expresi sahabatnya itu lalu iapun merangkul bahu kelvin dalam hati ia bersyukur punya sahabat seperti ini.

   "Komuk loe tolong dikondisikan,lagian mau kayak apapun loe tetep sahib gue nyuk" ucap dev. Kelvin hanya menoyor kepala dev lalu ia tertawa kembali merangkul dev.

Mereka tak menyadari jika ada sepasang telinga yang mendengar percakapan itu.

   " jadi dev masih dengan mutiara !!" Batin Aurel.

Malam harinya Aurel termenung diteras rumahnya , ia tak mengerti atas dasar apa tadi ia mengatakan hal itu tadi ia hanya merasakan sesuatu yang sesak didadanya.. jika sudah begitu ia susah mengendalikan dirinya sendiri lalu mau sampai kapan menghakimi dev terus menerus.

   "aku bakal ngelakuin hal yang lebih nekat jika orang itu adalah kamu senja"

Sepenggal kata yang pernah diucapkan dev kembali terngiang dikepalanya, apa dev masih mempedulikannya? Bukankah ia juga sudah mempunyai mutiara bahkan dulu meninggalkannya pergi bersama mutiara.

                                   •••
  
     Keesokan harinya dev berpapasan dengan aurel dan bima tak ada sapaan atau apapun, diam dan barlalu begitu saja, bahkan bima menggandeng tangan aurel mungkin mereka sudah baikan itu pikir dev tapi sudahlah itu bukan urusan dev harusnya ia tak perlu khawatir toh aurel akan baik-baik saja, sekilas aurel masih melihat luka memar diujung bibir dev tapi juga biarlah ia tak mau berinteraksi lagi dengan dev karna ia tak mau bima menjadi semakin salahpaham ia juga capek kalo harus berantem terus.

Hari berikutnya pun masih sama seperti itu tiap tanpa sengaja bertemu mereka hanya diam dan berlalu, dev menyibukkan diri dengan makul bahkan ia memilih untuk tak mengunjungi kelvin ke fakultasnya ia lebih memilih ketemu dilain tempat dimana saja asal tak ada senja dan bima.

   "sayaang mama panggil-panggil diem aja nak.. kamu kenapa? Ada yang bikin kamu sedih? tanya mama ikut duduk disebalah putrinya yang tengah termenung di kamar.

   "ada apa?" Ulang mama mengusap lembut rambut putri tunggalnya.

   "Dev maah" ucap aurel lirih.
Mendengar nama itu disebut kembali oleh putrinya mamapun menatap aurel menunggu aurel bercerita.

Disisi laen devpun tengah merasakan hal yang sama ia sudah menyibukkan diri dari kemaren kemaren tapi ia tak berhasil menyisihkan bayangan tentang senja dari benaknya.

   "Mandi dulu deev.. dari tadi tiduran mulu..ayoo bangun nak !! " suara lembut mamanya memecahkan keheningan dikamar dev,

   "Maaahh"

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang