Aurel masih tak beranjak dari posisinya semenjak pulang tadi bahkan tak mengganti seragam sekolah dengan baju santai, ia berdiam diri di atas kasur memandangi langit-langit kamar dengan perasaan yang menggantung.
dan sedari tadi ponsel diatas meja belajarnya bergetar tapi tak ia hiraukan, walopun sudah tau itu dari dev, sebenarnya ia ingin meminta penjelasan dev tapi melihat kejadian di sekolah tadi rasanya Aurel belom siap mendengar penjelasan apapun itu.
"Raa..Neek.. bentar ya" Dev beranjak meninggalkan Nenek dan Mutiara yang sedang asyik mengobrol.
Menuju teras samping sedari tadi mencoba menghubungi Aurel tapi tak ada jawaban bahkan satu chat pun tak ada yang dibaca apalagi di balas, membuat Dev semakin blingsatan saja perasaannya, ia sudah hafal jenis ngambek pacarnya tapi kali ini ketakutan itu seratus kali berlipat ganda dari biasanya.
"Hallo assalmuallaikum Tante.."
"Wa'allaikum salam.. Dev ya?"
"Iya tan, maaf Tan Aurel lagi ngapain ya? Dia baik-baik aja kan?"
"kalian berantem ya? dia gak mau keluar kamar dari tadi"
Semakin kacau saja pikiran Dev mendengar itu dari mama Aurel, sudah dipastikan senjanya sedang bersedih ada rasa marah didalam diri Dev. ia juga sudah mencoba menghubungi Aurel lagi tetap sama hasilnya hingga tak tau harus bagaimana lagi.
"kamu kenapa? Gelisah banget dev.. disamperin mutiara malah kayak orang bingung" tanya Kakek."aku? gak papa kek.. bingung aja besok ulangan belom belajar sama sekali"
"kan tinggal belajar Dev"
Suara teriakan Nenek yang pelan untuk masuk dan makan malam, membuat dev memasukan ponselnya dan berjalan lemas mengikuti Kakeknya
⛅⛅⛅
"hati-hati ya, semangat belajarnya" ucap Mutiara merapikan seragam Dev,
wanita lemah lembut ini memang selalu penuh perhatian dan kasih sayang harusnya Dev merasa beruntung mempunyai wanita seperti Mutiara.Dev kecewa saat menjemput Aurel ternyata yang dijemput sudah berangkat duluan sepanjang jalan Dev menyusun segala cara untuk menjelaskan tapi haruskah ia jujur atau berbohong? Jujur dan konsenkuensinya mungkin Senjanya itu akan meninggalkannya atau bohong agar Senjanya tetap disampingnya tapi bukankah seberapa besar kebohongan itu ditutupi suatu saat akan ketahuan, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.
" haai Dev tumben gak bareng pacar" tanya Chaca yang memang belom tau kejadian kemaren karna ia sudah pulang duluan. Sesaat kemudian ia baru sadar jika sedang ada yang tidak beres dengan dua sejoli itu.
"wah salah nanya nih gue" batinnya kemudian, ia melempar pandangan ke arah kekasihnya tapi Vano juga sama sepertinya tak tau apa-apa hanya mengangkat bahu.
Sepanjang jam pelajaran, istirahat bahkan sampai pulang Aurel tak bicara sepatah katapun, Aurel juga tak menunggu Dev latihan, Dev sudah berusaha untuk memulai obrolan tapi semuanya sia-sia Senjanya itu masih membisu tapi satu yang Dev liat ia melihat pacaran mata sayu disinar mata Senjanya dan Dev membenci itu ingin rasanya yang memukul dirinya sendiri, mengutuk diri sendiri. Konsentrasi Dev buyar ia tidak bisa fokus latihan, sedari tadi maennya ngaco.
"Dev..loe kenpa sih? Seriuslah ini buat turnamen antar sekolah" tegur Raja.
"sor..sorry. ya udah yuk latihan lagi."
Keesokan harinya bahkan sampai hari berikutnya Aurel masih diam tak ada senyum ceria sapaan riang yang Dev temukan di kalasnya, ia rindu Senjanya walo kini bersebelah tapi rasanya ia tak bisa menjangkau gadisnya itu. hal ini membuat Dev moodnya kacau disetiap hari, bingung gak jelas, serasa semuanya berantakan jujur ia tak tahan Senjanya seperti ini. Bahkan Chaca Vano pun tak bisa berbuat apa-apa karna justru Aurel yang seperti menutup diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionKepadamu senja yang menciptakan debaran pertama di dadaku.. tetaplah menjadi senja yang mencintaiku selamanya. Devano Bastian