12. Jatuh dan Cinta

4.9K 105 0
                                    

Pagi setelah Rian berpamitan pulang aku tertidur. Merasa lelah karena memikirkan Sela. Dia pasti bahagia sama Rian. Kenapa bukan aku saja.

Drrrtttt drrrttttt drrrttt handphone berbunyi. Kugeser ketombol hijau untuk mengangkatnya.

"Iya"kata ku pada orang yang menelpon.

"Jadi pulang malam ini??"

"Jadi". Jawab ku, tapi sebenarnya aku engan ingin meninggalkan kota ini untuk kembali kerutinitas ku.

"Tapi kayanya gua gak bisa jemput. Ada meeting dadakkan didaerah senayan"

"Iyaudah gakpapa gua bisa naek ojek online"kataku sambil berusaha memejam kan mata ku kembali.

"Iyaudah hati hati. Bangun, sholat subuh"lalu Topic mematikan telponnya.

Udara pagi ini berbeda dari yang kemarin pagi aku rasakan. Agak berat untuk menghirupknya. Mungkin karena aku tidak bersama Rian pagi ini.

"Bun Rian gak kesini"tanya ku yang sedang menonton FTV dikamar.

"Egak" jawab bunda singkat.

"Bunda pernah liat pacar Rian gak?" Tanya ku kepada bunda yang sedang asik mengemaskan oleh oleh untuk ku bawa pulang nanti malam.

"Loh bukannya kamu?"

"Apanya yang aku?"

"Pacarnya". Jawab bunda sambil tersenyum.

Mungkin bunda tau aku mencintai Rian meskipun aku tidak pernah mengatakannya pada bunda.

"Aku sama Rian dari dulu sama sahabatan"jawab ku sambil menekan kata "sahabat"

"Iyaiya"kata bunda yang berjalan pergi meninggalkan kamar ku.

Andai Rian itu bunda. Tau apa yang aku rasakan tanpa harus menjelaskan. Ingin rasanya aku menjelaskan pada Rian tentang semuanya tapi itu sangat rumit. Bingung mau memulai bicara dari mana. Mangkanya 4 tahun lalu tidak jadi untuk membicarakan ini padanya.

"Ada irma tuh"tiba tiba bunda datang kembali kekamar ku.

Aku tidak menjawab tapi langsung berjalan menemui irma. Teman ku dari Sekolah Dasar juga, mungkin hanya dengan dia aku jujur pada diriku sendiri. Dari segala sisi hidupku sudah aku ceritakan padanya. Begitu pun sebaliknya.

"Uluh uluh tayang kuu" kata irma sambil membuka lebar tanggannya.

"Irmaaa kuuuu" kataku sambil memeluknya.

Aku langsung mengajaknya kekamar. Tempat ternyaman ku sesudah kosan ku.

"Ciyeee yang abis jalan sama Rian. Kemana??"katanya dengan memasang muka meledek ku.

"Apaan sih. Tau dari mana juga".

"Dari bunda. Kemaren gua kesini. Tapi kata bunda lu lagi pergi bareng Rian".

"Iya kemaren gua jalan sama Rian. Makan terus Nonton. Udah pulang". Mulai cerita sambil tersenyum.

"Rian nyender dipundak gua"lanjut cerita ku sambil tersenyum,

"Masih aja mau sama Rian, gak peka peka tuh anak yaa"katanya mulai kesal terlihat dari wajahnya.

"Gua sih yang bodoh. Masih aja cinta sama orang yang gak peka oeka macam dia". Aku yakin muka ku saat itu sedih.

"Eeehh Topic gimana masih?"kata irma mengalihkan membicaraan ku tentang Rian.

"Masih. Binggung karena dia itu baik banget".

"Udah lah sama dia aja". Muka irma penuh dukungan waktu mengatakan itu.

"Takut nyakitin".

"Kan udah"

"Iya sih tapi takut nambah"jawabku sambil mulai tiduran dikasur.

"Rian udah punya pacar. Pacarnya polisi juga. Kenapa sih lu nyakitin hati lu sendiri. Tadi malam gua liat pacaran kerumah Rian" katanya sambil ikut tiduran dengan mengunakan paha ku sebagai bantalnya.

"Ternyata tadi malam Rian pergi ada urusan untuk jemput ceweknya bawa kerumah".dengan nada gemetar rasa ingin menangis.

"Tadi malam Rian kerumah juga ??"kata irma denga muka penasaran.

"Iya. Ceweknya cantik yaa ??"

"Mmm udah lah gak usah bahas Rian. Lu kapan balik lagi kesana?"

"Malam ini"jawab ku tidak bersemangat.

"Take care yaa tayang kuuuu"

"Iya. Kapan mau maen kesana lagi ??"sambil berbalik badan menghadap ke irma. Karena sebelumnya aku tidur tengkurap.

"Nanti kalo libur kuliah"

Senang rasanya ada irma disini. Dengan begitu aku bisa mengeluarkan segala yang aku pendam. Kami memang suka bercerita lewat telpon. Tapi Irma pernah nyuruhku berjanji tidak menceritakan Rian ditelpon. Mungkin karena takut aku sedih.

Jatuh dan cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang