Ini adalah sore terburuk dalam sejarah saat bunda menelpon ku, padahal ini menceritakan orang yang biasanya mendenggar namanya saja membuat ku tersenyum. Tapi kali ini berhsil membuat napas ku seakan berhenti saat itu juga.
"Iya dia kena peluru, salah sasaran." Kata bunda.
"Gimana kok bisa bun, padahal 2 hari lalu dia nelpon Tiar gak bilang apapa." Kata ku yang langsung menaggis setelah itu.
"Nah berarti abis nelpon kamu itu mungkin kejadiannya. Kata ibunya, anak anak kampus tawuran besar besaran dan Rian sedang tugas untuk membubarkan tawuran itu." Jelas bunda dalam telpon.
"Tapi ada anak TNI yang membawa pistol, niatnya untuk menembak musuhnya. Tapi terkena Rian. Terus pas bunda kerumah sakit jengukin Rian bareng ibu ibu kompleks Rian belum sadar." Bunda melanjutkan ceritanya
"Bunda Tiar mau pulang." Kata ku sambil masih menanggis.
"Iyaudah pulang nak, tapi besok saja ya hari sabtu dan minggu kan kamu libur kerja" terang bunda dari balik telpon.
"Jangan nanggis aah Rian gakpapa kok". Bunda bicara seperti ini agar menghentikan tanggisku yang semakin menjadi.
"Iya bun" kata ku mencoba untuk tenang.
Besoknya setelah dapat kabar dari bunda aku tidak konsen dalam mengerjakan segala pekerjaan ku. Yang aku pikirkan hanya Rian. Bolak balik memilirik jam di dinding kantor ku. Berharap cepat menunjukan pukul 5.
Aku tidak memberi tau Topic kalo aku ingin pulang kerumah hari ini. Karena kemaren aku menolak untuk bertemu Topic, Aku yakin gak akan Fokus pada Topic. Takut salah bicara dan menyakitinya. Apalagi perihal aku pulang untuk bertemu Rian, walaupun aku bilang Topic tak akan mengijinkan.
"Kamu mau langsung kerumah sakit atau pulang kerumah." Tanya ayah yang menjemput ku dibandara.
"Langsung kerumah sakit aja yah."
Ayah langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Rian dirawat. Pikiran ku sudah menerawang jauh, aku takut tidak sempat melihat Rian untuk terakhir kalinya, karena kata bunda Rian koma. Memikirkan ini saja membuatku hampir menanggis.
"Ayah pulang duluan aja yaa, sambil bawa tas ku." Terang ku pada ayah yang sudah memasuki parkiran rumah sakit.
"Kamu nginep disini?"
"Engak. Nanti aku naik taksi online."
"Iyasudah hati hati." Jawab ayah Sambil tersenyum kepada ku.
Jalan ku semakin cepat menuju ruang rawat Rian. Bunda memberitahu ku lewat telponnya tadi.
"Assalammualaikum." Kata ku sambil membuka pintu dikamar Rian.
"Walaikumsallam." Jawab semua orang yang ada dikamar Ini.
Aku dapat mengenali beberapa orang yang ada didalam, maksud ku seperti Nisa adik perempuannya, ayahnya yang sedang menonton teve, dan ibunya yang sedang berbicara pada suster jaga, tapi ada wanita perambut pendek sedang berbicara bersama Rian dan aku tidak pernah ketemu sebelumnya.
"Kak Tiar." Kata Nisa yang langsung pempersilakan masuk.
Ibu dan ayah Rian yang menyadari aku datang langsung menyambutku. Menyuguhkan minuman dan beberapa roti untuk ku makan. Karena mereka tau aku baru pulang kerja dan langsung kerumah sakit. Rian senyum dikasurnya ketika melihat ku, tanggannya di genggam oleh wanita berambut pendek yang tadi aku ceritakan.
"Lisa." Katanya. Yang mengulurkan tanggannya kepada ku dan tersenyum.
"Tiar." Jawabku datar.
Bagai sakit yang berlapis lapis menyelimuti hati ku sekarang. Melihat Rian berbaring lemah ditambah tadi Lisa terus terusan mengengam tanggan Rian. Ingin menaggis tapi kutahan.
Aku ijin keluar untuk mengangkat telpon dari Topic. Rupanya tadi Topic datang kekantor ku untuk menjemputku. Tapi dia kira aku sudah pulang sendiri mengunakan motorku. Aku berbohong aku bilang padanyaa bahwa aku pulang atas permintaan bunda yang mendadak. Padahal dia ingin sekali ikut dengan ku. Sebelum kembali untuk masuk tiba tiba Lisa keluar dari kamar Rian berpamitan pada ku untuk pulang. Kubalas dengan senyuman.
"Tiar Caramel duduk sini." Kata Rian yang melihatku dipintu dan menunjukan kursi yang tadi diduduki Lisa.
Aku menuruti Rian. Ayah ibu dan Nisa berpamitan untuk pulang sebentar. Mau ganti baju dan mandi dulu katanya. Dan sekarang tinggal aku dan Rian berdua.
"Tiar kok lu diem aja sih dari tadi. Puasa ngomong? Padahal polisi ganteng lagi sakit." Kata Rian berusa melucu.
Bukannya menjawab aku malah menanggis menumpahkan apa yang telah aku tahan dari kemaren.
"Loh wooy jangan naggis. Iyaudah kalo gak mau ngomong gak apa apa."
"Tiar jangan nanggis nanti dikira suster gua abis perkosa lu lagi." Kata Rian lagi. Berusaha menghentikan tanggisku.
"Kok lu jahat sih yan. Gak bilang apa apa kegua waktu lu lagi sakit kaya gini !! Gua itu cemas !!." Kata ku yang mulai meredakan tanggisan ku.
"Gua gak papa kok. Besok juga udah pulang."kata Rian sambil mengusap air mata yang ada dipipi Tiar.
"Tidur disini aja ya?"
"Rian kangen Tiar ?" Tanya ku
"Bangget."
Rian melebarkan tanggannya mengisyaratkan agar aku memeluknya. Dan aku melakukannya dengan senang hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh dan cinta
Teen FictionJatuh itu sakit,cinta itu indah. maka jangan bermain cinta kalo tidak mau jatuh. . . . Aku masih disini masih menunggu kamu, kamu yang tak akan pernah kembali. . . . Kamu yang tak akan pernah tau bahwa ada seseorang yang mencintai mu lebih dari diri...