48. Jatuh dan Cinta

1.8K 72 11
                                    

Bruukkk !!!! tanpa segaja aku menambrak seseorang didepan ku. Tidak ku pedulikan, aku lanjut berjalan cepat. Aku dengar samar samar orang itu mengaduh. Tapi tetap kuabaikan.

Entah apa yang Tuhan lagi rencakan padaku hari ini. Semuanya terasa hampa. Kosong. Seperti hidup tanpa arah tujuan. Seperti ikan yang terbawa arus kencang ketepian. Sepi. Sendiri. Memikirkan ucapan Topic tadi.

"Ada temanmu menunggu diluar Ti ?" Suara Bella memecahkan lamunanku.

Kulihat seseorang dibalik badan Bella tersenyum indah menghayutkan. Melihatku memberikan anggukan kecil seperti berkata "bolehkah aku masuk ?".

"Terimakasih Bel". Ucapku dengan senyum pada Bella dan mempersilakan temanku masuk.

Dia menatap sekilas ruangan ku. Lalu duduk tepat didepanku. "Indah". Katanya entah memuji yang mana.

"Biasa saja".

"Kamu tadi meninggalkan seseorang yang kesakitan karena tertabrak".

Aku tertawa pelan, mengerti apa yang dia ucapkan. "Maaf".

"Lagi ada masalah ? Mantan polisi masih bisa menembak orang yang menyakiti Tiarku, apalagi sampai menanggis". Rian menghela napas pelan, tersenyum menyisakan lesung pipi indah itu.

Tidak ada jawaban dari ku, matanya melotot menuntut jawaban.

"Tadi gua ketemu Topic ditaman yaahh biasalah". Jawabku yang sepertinya bukan sebuah jawaban.

Hening. Tidak ada jawaban hanya senyum yang tergores diwajahnya. Aku suka memandangnya tersenyum dengan lesung pipi itu, bahkan saat aku mulai kehilangan senyum itu separuh hatiku terasa semu.

5 menit berlalu tetap tidak ada percakapan. Rian hanya terus memandangku sambil tersenyum atau bahkan tertawa kecil. Sedangkan yang dipandang malu malu pipinya merah memanas.

"Mau ikut pulang gak ?"

"Ngapain ?" Tanyaku spontan.

"M-e-n-i-k-a-h". Katanya jelas terdengar ditelinggaku.

Kalian tau ? Hatiku seperti terkena bom atom untuk kedua kalinya. Hancur. Kembali mengikhlaskan !! Hahaha aku menertawakan nasibku untuk kedua kalinya.

"Bagaimana ?" Katanya lagi.

"Gua selalu ngedukung yang terbaik untuk Riannya Tiar". Jawabku diiringi senyum menyedihkan.

Selama ini senyumku selalu berhasil menyembunyikan semuanya dengan sempurna, tapi entah kenapa itu tidak berlaku hari ini. Tiba tiba mata ku memanas, pipi yang sedari tadi memanas sekarang bertambah panas. Ucapannya bagai petir, mengelegar, dan hujan, Basah. Pipiku sudah mengeluarkan airmata itu tepat didepan Rian. Mungkin sudah tidak mampu menahannya atau malah sudah muak untuk diajak berkerjasama dengan bibir untuk berpura pura tersenyum.

Rian memandangku tidak mengerti berusaha menghentikan tanggisan tanpa suara itu. Sayang airnya terus mengalir. Sulit untuk dihentikan.

"Ini hanya takut kalo Rian nikah bakal ninggalin Tiar". Ucapku terisak sambil berbohong mengalihkan arti tanggisanku.

Rian lagi lagi tersenyum mengenggam kedua tanganku yang ada diatas meja.

"Gua gak akan ninggalin lu Ti. Kenapa Bodoh banget sih gua ?, bodoh banget karena udah susah payah buat mencintai orang lain selama ini, tanpa sadar kalo ada seseorang disini yang mampu membuat gua jatuh cinta berkali kali, bahkan dia tega membiarkan hatinya sendiri jatuh, remuk atau hancur demi cintanya bahagia. Mungkin Rian terlalu munafik untuk bilang cinta sama Tiar atau embel embel lainnya. Jika Dilan meninggalkan Mileanya karena keegoisannya, maka Rian tidak ingin meninggalkan Tiarnya karena kebohodohkannya, jika Dilan dan Milea tidak hidup bersama, menikah,punya anak dan bahagia. Maka Rian dan Tiar akan hidup bersama, menikah, punya anak, dan hidup bahagia. Will you merry me Tiar Camela ?".

Jatuh dan cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang