49. Jatuh dan Cinta

1.4K 47 10
                                    

Hari ini, dimana hampir semua mimpi ku terwujud. Pernikahan, gaun pengantin, dokorasi yang dipenuhi harum bungga mawar bertebaran disetiap sudut tempat. Hari ini dimana semua mata akan memandangku kagum oleh riasan pengantinku, Hari ini tepat hari ini kamu meninggalkan ku, lagi.

Dimana gaun pengantin ku ? Dimana bungga yang mendekorasi seluruh ruangan ku ? Dimana mata kagum orang yang melihatku ? Mereka hanya menatapku lirih,menatapku penuh rasa kasihan, dokorasi yang tergantikan oleh papan bungga belasungkawa, baju luruh bercak darah sisa semalam. Tuhan masih tidak berpihak padaku.

Jam 00.57 handphone ku berdering 3 panggilan tidak terjawab. Ku abaikan karena nomor tidak tercatat dikontak ku. 1 pangilan terakhir adalah dari mu "Rian ku".

Dunia seakan berhenti kala itu.  jauh lebih sesak dari sebelumnya, jauh lebih sakit dari yang dulu, jauh lebih susah ku ingin berlari saat ini. Suara tidak ku kenal terdengar dari handphone ku "hallo ini dari pihak kepolisian, ingin memberitahu bahwa pemilik handphone menggalami kecelakaan...." seketika indra pernafasanku berhenti, seluruh mataku memanas, kaki ku terasa lemas, suara ku menghilang dan digantikan sesak tanggisan.

Hari ini dimana seharusnya aku mendengar suara tepuk tangan gemuruh tamu undangan, namun tergantikan dengan suara isak tanggis seluruh tamu undangan. Dimana aku seharusnya mendengarkan ucapan berbahagia, namun tergantikan oleh ucapan belasungkawa yang diiringi tatapan kasihan.

Malam ini aku benar benar marah padamu. Seribu kali kuterikan namamu didalam ruangan penuh sesak ini. Seribu kali kumemintamu membuka mata. Seribu kali ku memohon dalam hati agar keajaiban datang pada mu. Namun sia sia. Badan dingin dengan wajah yang hampir membiru itu hanya berlujur kaku penuh darah diatas ranjang beroda.

"Ku mohon bangun yan, bee kita bakalan nikah pagi ini, baju kamu sudah aku siapin, banggun beee". Isak ku dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Rian bangunnn !!!! Riannnnn !!!" Teriakku sekali lagi. Gelap. Semuanya terasa seperti mimpi buatku. Tolong bantu aku untuk bangun dari mimpi ini. Kumohon.

Suara isak tanggis semakin menjadi disaat tubuhku jatuh kelantai. Suara bunda, ayah terdengar jelas membangunkanku, tapi mataku menolak untuk terbuka. Suara kaki berlari mendekat dan mengangkatku kekasur beroda itu sangat jelas kurasakan.

Kulihat wajah terakhirmu. Tersenyum mengunakan pakaian trakhirmu. Matamu terpejam damai dan tenang. Dan pelan pelan rumah barumu dibangun. Tertulis jelas namamu di nisan berwarna putih itu. Selamat tinggal Rian ku, selamat tinggal sayangku. Terimakasih telah mewujudkan mimpiku.

1 hari berlalu begitu saja, meninggalkan secercah mimpi mimpiku kemarin. Kemana lagi kuharus berlari sekarangg ? Dimana lagi ku harus menaruh mimpi mimpi ku ? Kini ku tak yakin untuk hidupku Selain meminta tuhan agar membawaku ikut bersamamu.

To; Tiarnya Rian.

Hai istri ku, Doakan aku agar mampu membahagiakanmu. Doakan aku untuk jadi ayah terbaik untuk anak anak kita. Maafin aku yang dulu yang selalu membuatmu menunggu.

Hai istri ku, jika nanti kamu merasa kecewa, marah, kesal pada ku, atau terjadi sesuatu pada rumah tangga kita menggadulah hanya pada allah.

Hai istri ku, jika suatu saat nanti aku pergi tanpa pamit, atau meninggalkan mu sendiri dirumah ini, percayalah kalo itu hanya kehendak allah. Jangan bersedih lanjutkan saja hidup mu.

Hai istri ku, percayalah bahwa cinta ini akan kumiliki sampai mati.

Riannya Tiar

Berkali kali kubaca surat ini, hampir memudar karena bercak air mataku. Surat ini kuterima dari mama mu terselip dicelanamu malam itu. Harusnya kamu menyerahkan ini kemarin sambil menatapku didalam kamar pengantin kita. Sayang sekarang aku membacanya dengan tangisan menyedihkan dikamarku yang sesak.

Hari berganti lagi, tapi hati ku masih sama. Hancur. Mengurung diri tanpa makanan adalah pekerjaanku sekarang. Memandang wajah mu di handphone ku adalah hal penting saat ini. Menatap kekosongan langit langit kamar adalah hobiku yang baru. Omong kosong orang orang diluar pintu kamarku adalah radio otomatis setiap harinya, Berganti ganti suara atau bentakan serta tangisan. Yang jelas ku benci semua ini.

Ku benci dunia yang tidak berpihak kepadaku, ku benci takdir tuhan yang tak adil, ku benci diriku sendiri yang tak mampu membangunkan Rianku. Ku benci tatatapan kasihan orang orang disekitarku. Ku benci hidupku.









Haaiii guys maaf banget kalo ini adalah part TERAKHIR dari cerita ini. Maaf banget karena pasti tidak sesuai dengan yang kalian harapan "Namanya Juga Hidup Kadang Tidak Berjalan Sesuai Keinginan Kita". Terimakasih buat kalian yang selalu nungguin kelanjutan dari cerita ini.  Sayang peluk kalian 💕.

O iya aku bakalan bikin cerita yang masih berkaitan dengan cerita "JATUH dan CINTA" so, tungguin yaaahh rilisnya   🙏🏻.

Salam sayang,
Tiar Camela

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jatuh dan cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang