44. Jatuh dan Cinta

3.5K 119 20
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 3 dini hari. Ini diluar dugaan ku, jalanan benar benar padat merayap. Suara bising klakson mobil merusak indahnya kota bandung yang dulu. Disini sudah tidak sedingin dulu, kabut yang lembut sudah terngantikan dengan asap tebel kenalpot kendaraan "Semuanya ikut berubah" bicaraku dalam hati.

Tepat pukul 5 aku sampai dihalaman rumah 2 lantai yang dikelilingi dengan pepohonan rindang, sepi. Hanya lampu depan rumah yang menyala. Kurasa pemilik rumah masih berada dialam mimpi.

"Udah sampe". Irma membuka matanya.

"Kayanya sih udah". Jawabku yang tak yakin.

"Bener kok yang ini, dibelakang rumahnya kebun teh kan?" Jawab irma yang sudah keluar dari mobil dan disusul dengan ku. "Coba lu ketok deh pintunya".

"Nanti aja lah siangan dikit, gak enak kan bertamu pagi pagi buta. Lagian gua juga mau tidur bentar dimobil sambil nunggu siang". Jawabku yang sudah berjalan menuju kembali kemobil

Aku masuk kedalam mobil, membuka sedikit kaca jendela mobilku dan menurunkan sandaran kursi,  Udara dingin berebut ikut masuk kedalam mobil membuatku bertambah ngantuk dan terlelap dalam hembusannya.

Matahari sudah mengintip dan memancarkan sedikit sidarnya, suara ciri khas orang menyapu pun sudah terdengar ditelinggaku, Irma ikut tertidur dibangku belakang mobil. Kuambil handphone dan waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi.

Kumelihat wanita tua mendekat kearah mobil mengintip disela jendela mobil yang terbuka "Nenek". Panggilku dan membuka kaca jendela sepenuhnya.

dia berupaya menggigatku "Tiar, anaknya Bunda itu kan". Jawabnya sambil memeluk ku yang baru keluar dari dalam mobil. "Sudah besar sekali kamu cu, cantik. Ayok masuk". Ajaknya ramah.

Aku menerima ajakan nenek untuk masuk, meninggalkan Irma yang tertidur lelap didalam mobil.

"Dulu waktu liburan sekolah kamu sering datang kesini, sekarang kamu sudah jadi wanita karir yang sibuk yaa?"

"Rumahnya gak berubah yaa nek". Mengalihkan pertanyaan terakhir nenek.

"Berubah atuh, tuh lihat pohon pohon didepan rumah, sudah semakin tinggi. Sama kaya kamu yang sudah semakin besar." Jawabnya dengan khas nada sunda.

Aku tertawa dengan jawaban nenek.

"Dari kapan kamu teh sampenya, kenapa gak diketok aja pintunya ? Terus Bunda sama ayah kamu sehat?" Tanyanya dengan segelas teh hanggat ditanggan.

"Sampe sini jam 5 subuh nek. Tadi mau ngetok takut salah. Orang rumah sehat semua nek".

"Alhamdullilah kalo kitu mah. Tiar mau mandi dulu gak ? Nanti nenek ambilin handuknya?"

"Nanti aja nek masih dinggin". Sosok laki laki yang kucari sampai detik ini belum terlihat batang hidungnya. "Rian kemana nek". Tanyaku pelan.

"Belum pulang, biasa kalo malam minggu seperti tadi malam pasti dia tidak pulang".

Astaga aku bahkan melupan hari karena dikepala ku sudah dipenuhi dengan Rian pantas saja jalanan macet parah.

Irma sudah bangun dari tidurnya. Sedikit mendumel karena dia kepanasan didalam mobil yang mesinnya kumatikan. Aroma nasi goreng yang dulu sering nenek buatkan sudah tercium dihidungku. Membuatku nostalgia kemasa itu, masa dimana semuanya terasa menyenangkan. Saat sedang asik makan tiba tiba muncul sosok laki laki yang kucari. Pakaian berantakan, muka kusam sampai rambut yang sedikit menggondrong. Hanya melirik ku sekilas tanpa ada ekspresi apapun, mencium kening nenek lalu masuk kedalam kamar, yang ku yakini itu kamarnya.

Jatuh dan cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang