Peralihan musim panas ke musim gugur kali ini sama hambarnya dengan tahun-tahun yang lalu. Masih dengannya, masih dengan hati dan perasaan yang sama, hampa juga sepi.
Kembali terbayang dalam pikiran Jeon Jungkook, mengenai Jung Hellen yang piawai melukis di atas kanvas―gambar tentang empat ayunan yang akan dirajai keluarga kecil mereka, juga taman mini dengan pot-pot kaktus, tentu Hellen telah merencanakan banyak hal ketika baru-baru membina rumah tangga dengan Jungkook.
Ia ingat Hellen yang seringkali menggumam dalam tidurnya, ingin melihat dua pasang sepatu; biru dan merah muda. Dua bocah dengan pipi gembil, perempuan dan laki-laki. Bunyi denting sendok dan garpu yang menyentuh piring ketika mereka berkumpul di ruang makan atau senandung lullaby di malam hari.
Mengingatnya saja sukses membuat pikirannya berubah haru. Ia ingin memecah tangis, tapi Hellen tak suka hal itu. Pinta terakhir wanita itu sebelum mereka dipisahkan; setelah jadi seorang Daddy, jangan ada air mata, kecuali air mata bahagia. Jadi Jungkook pura-pura tertawa saja lalu menghela napas panjang.
Pigura-pigura lama di atas nakas ia masukkan ke dalam kardus kosong, terlalu banyak dan juga dengan ukuran bervariasi―jadi ia harus pandai mengatur penempatannya. Menulis di salah satu sisi kardus untuk dijadikan sebagai kode agar tak kesusahan ketika membongkar kembali. "Old Memory," gumamnya ketika ujung tumpul spidol hitam telah mendarat di atas permukaan kardus.
Obsidiannya berlari ke beberapa sudut untuk memastikan bahwa semua pigura telah dikemas. Ruang pribadinya itu sudah bersih. Dinding putihnya kosong, meninggalkan bekas pigura yang tercetak, agak kusam. Jungkook tersenyum samar, memandangi satu pigura yang tersisa di atas pangkuan. Berat rasanya hendak ikut mengemas pigura tersebut sekali pun ia akan melihatnya kembali.
Mengusap rahang indahnya sejemang, jemari panjangnya kini mendarat di atas permukaan kaca bening pigura. Itu gambar terakhir yang dapat mereka bidik ketika Yui; anak pertama mereka baru berusia dua tahun―kurang lebih, saat Hellen tengah mengandung calon buah hati kedua. Hingga akhirnya mereka dianugerahi seorang anak laki-laki, sekali lagi, sekaligus menjadi penutup umur Jung Hellen yang memang memiliki kondisi lemah saat itu.
Masih dengan posisi yang sama, lantai yang ia duduki rasanya semakin menghangat atau mungkin suhu tubuhnya yang justru demikian. Apartemen mereka meninggalkan begitu banyak kenangan, hingga rasanya berat untuk meninggalkan.
Jeon Jungkook mengusap pelupuknya yang sedikit berair ketika mendengar ketukan pada pintu kamar. "Daddy! Do you want to build a snowman?" senandung kesukaan putra-putrinya berkumandang samar, membuat bibirnya mengulas senyuman manis.
Pintu kamar mengeluarkan derit pilu yang ditandai dengan kehadiran dua presensi mungil menuju ke arahnya lantas ia bersuara gemas. "Ini belum musim dingin, Sayang."
Ai lari dengan sedikit kepayahan, membawa camilan yang sengaja ia gulung dalam kaus hijau miliknya serta merta bibir belepotan sementara Yui sudah berada dalam pelukan Jungkook untuk bermanja-manja ria. "Ai belum tidur?"
"Tadinya mau, tapi Yui bilang harus mendesak Daddy."
Mengernyit kebingungan, pria itu bergegas membawa Ai ke atas pangkuannya, jadi lengkap sudah penderitaan paha kerasnya yang kini ditempati buah hati kesayangannya. "Mendesak untuk apa?"
"Baca dongeng." Kata Ai polos dan tanpa sengaja menumpahkan camilan dari dalam bajunya, mengotori lantai kayu bercat cokelat tua itu. "Yah, tumpah." Dengusnya sebal, bergegas memunguti.
"Sudah-sudah, nanti biar Daddy yang bersihkan." Tangannya menarik Ai kembali ke atas pangkuan, mengusak kepala bocah berpipi gembil itu dengan iringan senyum. "Jadi, malam ini dongeng apa lagi?" tanyanya sembari membersihkan kaus yang dikenakan putranya dari remah-remah camilan, begitupula sekitaran bibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/138813119-288-k272087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady
FanfictionJeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali, untuk menjadi pengasuh bagi putra-putrinya yang masih harus mendapat perlakuan khusus dari seorang...