Chapter 40 : Grown Ups

26.7K 3.7K 925
                                    

[Song : Sondia - Grown Ups]

Apa itu dewasa? Bagaimana cara agar menjadi dewasa? Hingga kini Jihwan masih bertanya-tanya. Mengenali diri sendiri adalah kunci utama yang akan membuat seseorang menjadi lebih dewasa. Lantas, apakah Jihwan sudah mengenali dirinya sendiri? Jika benar, sebesar dan sejauh apa? Jihwan tidak tahu. Sama sekali tidak tahu. Tiap kali bercermin, ia akan memandang lama dan membenamkan diri ke dalam tatapan matanya sendiri hingga berakhir terhanyut bersama lamunan. Jihwan benci menjalani situasi seperti ini. Dia tidak tahu siapa dirinya, sementara ia mulai lelah mencari.

Pukul sembilan pagi dirinya terbaring di atas ranjang yang tak lagi terasa empuk, memanjakan diri di rumah reyot yang semestinya diperbaiki atau lebih bagus jika diruntuhkan. Merenung dan memikirkan hal apa saja yang sebaiknya ia lakukan di masa depan lalu berakhir memejamkan mata sambil mendesah gelisah. Ponselnya berdering beberapa kali. Beriring dengan itu pula, Jihwan lekas meraih bantal dan segera menekan benda empuk itu ke wajahnya.

Jungkook menelepon―lebih tepatnya berusaha menghubungi hingga beberapa kali. Dan sebelum pria itu, Jihwan sempat berbincang lewat telepon dengan sang ibu, membicarakan beberapa hal yang sebenarnya cukup serius sekaligus membebani. Jihwan mengontrol dirinya, juga hatinya yang hampir hancur. Dia menarik napas dalam-dalam lalu mengucapkan sebuah mantra seperti biasanya; kau akan melakukan yang terbaik, maka segalanya akan baik-baik saja.

Ponsel berdering lagi, membuatnya meyingkirkan bantal sambil menyemburkan udara lewat ceruk bibir. Setengah hati, Jihwan mengulurkan tangan, meraba seprai sampai tangannya berhasil bersinggungan dengan benda pipih pintar yang tak henti memainkan dering. Sesegera mungkin gadis itu menyetujui panggilan masuk sehingga ia langsung terhubung dengan sang lawan.

"Baby, kau yakin tidak ingin bergabung? Kami bisa menjemputmu dan kita piknik bersama." Jihwan dapat membayangkan raut antusias yang kini terpancar di wajah Jungkook. Senyum dari gigi kelincinya yang menggemaskan, pun eye crinkle yang tercipta ketika pria itu menyipitkan mata. Jihwan bersumpah, dia begitu menyukainya. "Yui dan Ai akan senang sekali jika kau setuju," kata Jungkook seakan enggan menyerah. Si ambisius nomor satu. Perayu ulung. Pencuri hatinya.

Jihwan hanya bisa tersenyum kecil sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil posisi duduk. "Nikmatilah waktu kalian. Aku tidak ingin mengganggu. Aku cukup sibuk," ujar Jihwan lembut, namun di sisi lain maniknya tengah memancarkan kesedihan. Selang sekian detik, dirinya mendengar keluhan. Jungkook, Yui pun Ai kembali membujuknya dengan berpura-pura menangis. Alih-alih merasa kesal, Jihwan justru malah tertawa. Dia bahagia. Dia juga merasa hancur. Tanpa Jungkook ketahui, tawa gadis itu telah beriringan dengan tangis. Cairan yang menggenang di sudut mata kini berganti menjadi butiran bening, menganak sungai di pipi.

"Hwanie?"

"Hm?" gadis itu berusaha menyahut setenang mungkin, berjuang menyembunyikan isakan. Kurva di bibirnya terukir manis selagi punggung tangan mengusap air mata. Dia dapat membayangkan Jungkook tengah tersenyum sembari memikirkan kalimat apa yang mesti diucapkan padanya.

"Hanya dengan mendengar suaramu, aku merasa kau ada di sini, Hwanie. Kau ada di dekatku. Kau ada di hatiku." Jihwan mengatupkan bibir rapat-rapat. Tak mampu menahan diri hingga air mata kembali menitik. Tawa kecil dari ceruk bibirnya meluap segera. "Aku serius, Hwanie," kata Jungkook terdengar sebal. Jihwan mengangguk. Tidak peduli sekalipun Jungkook tak melihat anggukan yakin darinya.

"I know. I really know. And I feel the same, Boyfie." Jihwan tersenyum seraya mengusap bagian bawah hidungnya yang basah juga memerah lalu mendengar Jungkook tertawa pelan.

"Aku akan segera pulang. Karena hari ini kau belum muncul sedetikpun di hadapanku, aku harap malam ini aku bisa memandangmu lebih lama. Aku seperti sedang dihukum di neraka sebelum bertemu dengan surgaku," keluh Jungkook. Jihwan terkekeh sekian detik. Suaranya kedengaran sedikit parau, namun mungkin Jungkook tidak menyadari hal itu.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang