Chapter 16 : Implied

27.8K 4.3K 493
                                    

Suara renyah dari camilan yang dinikmati Seohee membuat lamunan Jihwan buyar. Gadis itu tak henti mencomot kudapan di balik bungkus, mengunyah dengan suara mengecap hingga membuat Jihwan melirik heran.

"Seoseo, kau tidak bisa makan dengan santai ya?" yang ditanyai langsung mengernyit―masih mengecap lebih lantang.

"Ada apa? Kenapa meneleponku dan menyuruh datang kemari? Kau rindu padaku kan?" Seohee lantas bergegas pindah posisi, duduk di sisi Jihwan lalu merangkul akrab. Lihatlah, sekarang jemarinya dipenuhi bumbu-bumbu camilan, melekat basah dan membuat Jihwan bergidik ngeri. Seohee makan camilan seperti seorang batita kelaparan.

"Singkirkan tanganmu. Kotor, itu menjijikkan," komentar Jihwan.

"Ey, coba kau lihat rumahmu yang seperti sarang babi ini. Aku bahkan tidak jijik melihatnya. Kapan kau akan membersihkan rumah kuno ini? Sebaiknya kau jual saja lalu menikah dengan konglomerat―kalau bisa cari yang sudah tua renta jadi ketika dia mati kau bisa hidup enak dengan harta warisannya."

Langsung saja iris Jihwan melebar beriring dengan mulutnya yang mengaga. Ia tahu mulut Seohee tidak punya kendali―tapi kali ini gadis itu lebih mengejutkan dari biasanya. "Apa kau sedang dalam mode savage?"

"Kau tahu saudaraku seperti apa, Hwan. Mulutku ini sudah tercemar dengan semua ajarannya."

"Yoongi-Oppa?" tanya Jihwan terkekeh pelan, teringat bahwa dulu sempat tertarik pada pria itu sebelum akhirnya patah hati saat tahu Min Yoongi; kakak laki-laki dari Min Seohee memutuskan untuk menikah. "Padahal dia sangat ramah padaku. Tidak urakan sepertimu," ledeknya hingga membuat Seohee menatap tajam.

"Urakan? Atas dasar apa kau menyebutku urakan? Taehyung bilang aku cantik dan anggun―"

Mendengar itu Jihwan langsung tertawa keras. "Dia pasti membual, bodoh! Kau percaya begitu saja. Ya ampun, sepertinya para pria memang terlahir dengan mulut semanis madu ya." Seohee menggerakkan bola matanya ke atas lalu menyemburkan napas panjang karena merasa tersinggung. Tapi sepertinya Taehyung memang hanya membual, seperti yang Jihwan katakan.

"By the way, Taehyung baru saja melamarku."

Jihwan terperanjat kaget. Matanya membola tak percaya saat Seohee memamerkan sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya. "Woah, hebat. Chef Kim melamar seorang Min Seohee."

"Dan aku menolaknya."

Jihwan kembali dikejutkan saat mendengar ucapan Seohee yang tengah memandangi cincin tersebut. Wajah gadis itu terlihat murung, disusul dengan dengusan panjang. "Kau menolak Kim Taehyung? Nyalimu luar biasa juga, ya?"

"Aku punya alasan, Hwan. Aku tidak siap! Sumpah aku terkejut saat dia tiba-tiba membawaku ke sebuah restoran yang sengaja dikosongkan lalu berlutut di depanku seperti orang dungu dan mengatakan―Seohee, ayo kita buat bayi yang banyak lalu menjadikan mereka chef semua, gila tidak?" dengan begitu heboh dan percaya diri Seohee mengungkapkan kegilaan kekasihnya itu hingga membuat Jihwan menatap lucu sambil menahan tawa. Akan tetapi pada akhirnya tawa Jihwan meledak juga, mengisi penuh ruang tengah dan merasakan isi perutnya berguncang hebat.

Jihwan hampir tidak bisa mengendalikan tawanya sampai ingin menangis. Punggungnya berulang kali menubruk sandaran sofa dengan kaki terangkat, berusaha menahan rasa keram pada perutnya. "Apa katanya―" Jihwan menyeka cairan bening yang menggenang di pelupuk mata. "Buat bayi? Dia mengatakan dengan begitu mudah, dasar Chef konyol."

"Aku rasa dia sudah menukar otaknya dengan Patrick Star, tapi pada kenyataannya―di balik kemahirannya saat di dapur, Taehyung memang sudah tidak waras. Aku sendiri heran kenapa bisa menyukainya bahkan sampai memberikan keperawananku padanya."

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang