Chapter 42 : Dive

26.5K 3.4K 723
                                    

[Song : Ed Sheeran - Dive]

Jungkook enggan membiarkan atensinya teralihkan. Dia harus segera melihat Jihwan sebab gadis itu belum juga keluar dari rumah tepatnya saat jam telah menunjukkan pukul enam pagi. Mesin mobil telah dipanaskan, sementara anak-anak masih bersiap untuk pergi ke sekolah. Meski mereka cukup mandiri, Jungkook tetap akan bertanggung jawab untuk mengurus beberapa hal. Jika nanti pangeran kecilnya berseru, maka Jungkook akan segera berlari ke rumah karena mungkin Ai tengah membutuhkan sesuatu yang tak bisa dilakukan sendirian.

Pria itu hampir frustrasi, menggigit bibir sambil terus berharap. Sekian detik kemudian, kepalanya terantuk pada setir, cukup keras sehingga Jungkook mengerang―mungkin karena kesal sekaligus sakit. "Sayang, kau harus muncul di hitungan ketiga atau aku benar-benar akan datang untuk menjemputmu," bisik Jungkook, memejam seraya mengangkat kepalanya agar menyingkir dari setir lalu menarik napas dalam-dalam. "Satu, dua... well, Sayangku tidak muncul juga. Tiga!" Jungkook berseru jengkel, bergegas mematikan mesin dan turun, membanting pintu mobil cukup keras. Ia menyisir surai panjangnya yang sedikit berantakan dengan jemari, segera melangkah menuju pagar, namun ketika tangannya hampir menggapai pagar―sosok Jihwan telah lebih dulu muncul di teras rumah bersama seorang pria.

Seketika Jungkook menghentikan aksi sambil mengamati. Saat Jihwan berpaling dan menemukannya, Jungkook langsung mematri senyum. Akan tetapi Jihwan mengabaikan. Paras teduh gadis itu terlihat muram, bahkan mengalihkan pandangan seolah-olah kekasihnya tidak di sana. Jungkook memiringkan kepala; terlihat bingung dan pada akhirnya berasumsi bahwa mungkin Jihwan tengah fokus pada eksitensi sang kakak. Jungkook mengerucutkan bibir, masih menanti. Ia dapat melihat Jihwan berbicara dengan Taehyung sambil menyulam senyum yang entah mengapa terkesan aneh.

Kedua sosok itu segera melintasi halaman rumah dan tatkala telah berada di luar pagar, Taehyung sempat bertemu pandang dengan Jungkook yang harus berjuang sekuat tenaga agar dapat mematri senyum ramah.

"Hwan, jangan terlalu lama menyembunyikan sesuatu darinya. Kalian akan hancur pada akhirnya. Dengarkan aku dan tinggalkan dia. Lebih cepat, lebih baik," kata Taehyung mengingatkan. Suaranya tidak cukup keras sehingga Jungkook tidak mampu mendengar perbincangan keduanya. Jihwan sedikit mendongak, menatap langit; berusaha keras agar air mata yang ditahannya tidak menitik di pipi. "Jihwan, aku ingin yang terbaik untukmu. Jika dia bahagiamu, pertahankan. Tapi jika bukan, lepaskan. Kau pasti tahu apa yang harus menjadi prioritasmu. Aku hanya mengingatkan, masa depanmu jauh lebih penting dan dia tidak akan menunggumu."

Sakit. Dadanya nyeri sekali membayangkan perpisahan sekalipun hal itu belum benar-benar terjadi. Jihwan menjilat bibir sekilas lalu menghela napas. "Mm, pulanglah. Hati-hati di jalan," ujarnya sambil mematri senyum tipis yang ia paksakan.

Taehyung melipat bibirnya rapat kemudian mengangguk. "Jangan bersedih terlalu lama ya, Cantik. Hubungi aku jika butuh tukang masak di dapur." Taehyung terkekeh pelan, sekilas menepuk lembut puncak kepala Jihwan kemudian bergegas menuju mobilnya yang terparkir di bawah hujan dedaunan dari pohon maple. Taehyung sempat menoleh guna memastikan bahwa Jungkook masih berada di seberang sana. Mereka bertemu pandang cukup lama serta dalam hingga akhirnya mengernyit secara bersamaan. "Ah, di mana aku pernah melihat wajah pria ini. Sepertinya ada bocah ingusan yang mirip dengannya," gumam Taehyung kemudian berdecak dan segera masuk ke dalam mobil.

"Di mana aku pernah melihat raut senioritas seperti itu, ya?" pikir Jungkook, setelahnya menyadari bahwa mobil milik Taehyung telah melaju kencang, menciptakan embusan angin yang menyapu jauh daun-daun maple. Jihwan menggigil sambil memeluk diri sendiri, berpura-pura bahwa ia baik-baik saja lantas segera melintasi jalan untuk menuju rumah Jungkook.

Selama mengendalikan langkah kakinya yang lambat, Jihwan tahu bahwa ia tidak akan sanggup melihat Jungkook. Perbincangannya dan Taehyung pagi ini terngiang dalam kepala, seolah berusaha menghancurkannya dari dalam dan menggerogoti cara kerja otaknya. Tubuhnya jadi tak seimbang, ditambah kepalanya terasa pening memikirkan semua kekacauan ini. Rasanya ia ingin kembali ke rumah saja dan bergelung seharian, berharap tidak melihat Jungkook dalam beberapa hari ke depan untuk melupakan segala kegelisahannya.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang