[Song : Sezairi - It's You]
***
Kurang lebih setengah jam lamanya, Jungkook hanya meringkuk tanpa daya di atas sofa ruang tengah rumahnya⸺bersiap menghadapi kenyataan bahwa ia akan segera ditinggalkan. Bulan Februari hampir berakhir, tetapi musim dingin masih berlangsung. Sekejap saat Jungkook memejamkan mata, bayangan tentang hari-harinya yang menyenangkan beberapa waktu lalu mulai bergentayangan. Napasnya menyembur pasrah sekian detik berikutnya. Hanya setahun. Satu tahun saja, katanya dalam hati. Namun sayangnya tetap terasa berat. Satu tahun itu pasti akan terasa sangat lama jika yang dipersoalkan adalah Shin Jihwan.
Lusa, Jihwan sudah harus pergi ke New York, sementara sejak tiga minggu lalu, Jungkook sudah uring-uringan seperti orang gila tiap kali gadis itu tak ada di sisinya. Ia lupa mencukur bulu-bulu kasar yang tumbuh di bagian atas bibir serta dagu, membuat Jihwan sempat malas mendekat karena pria itu tidak lekas sadar diri. Dan pagi ini, saat Jihwan datang, ia tidak bisa berbicara sepatah kata pun, hanya membiarkan kekasihnya tersebut masuk lalu bergegas mengantarkan anak-anak ke rumah Seokjin karena keduanya tengah menjalani masa liburan pendek.
Sambil menunggu Jihwan selesai membereskan dapur, Jungkook masih duduk di atas sofa dengan raut wajah malas, seolah-olah telah memutuskan bahwa tempat tersebut adalah miliknya seorang hingga akhirnya sang gadis muncul di ruang tengah seraya menorehkan pandangan jengkel. "Mau sampai kapan duduk di sana seperti orang sinting?" tanya Jihwan ketus, kontan membuat Jungkook menilik sekilas lalu mengembuskan napas tak berdaya. Dalam hati, sejujurnya Jihwan merasa sangat sedih mendapati raut lemah Jungkook saat ini. Akan tetapi, Jihwan tidak ingin bersikap lunak di hadapan pria itu.
Jihwan memutuskan untuk mendekat setelah menyadari respons tak mengenakkan dari Jungkook, mendaratkan bokongnya di sofa lalu mengembuskan napas panjang. "Mau kubantu bercukur? Kau tampak jelek sekali, Jeon Jungkook," kata Jihwan meledek setelahnya tersenyum lebar, menangkup tiap belah pipi prianya dan menarik gemas beriring menyipitkan mata. Jungkook tersenyum kecil detik itu, pasrah sembari terus memandang lekat kekasihnya.
"Kenapa kau tampak semakin cantik di saat-saat seperti ini, Shin Jihwan," bisik Jungkook parau, kemudian mencengkeram kedua pergelangan tangan kurus si gadis, memaksa Jihwan supaya senantiasa menatap ke arahnya dalam suasana hening. Jungkook memejam sesaat, merasakan kehangatan dari tangan Jihwan yang masih memeluk pipinya lalu menyingkap kelopak mata tatkala menyadari gerakan kecil ibu jari Jihwan; mengusap bagian bawah matanya lembut.
"Berhenti merayuku. Ayo kubantu bercukur, setelah itu kita pergi." Jihwan lekas bangkit sambil menarik kedua lengan Jungkook.
"Ke mana?"
"Rahasia," sahut Jihwan seraya mengerling cepat.
Jungkook mencebik, menggenggam tangan Jihwan dan menuntun gadis itu agar duduk kembali di sisinya. "Tunggu," katanya seperti berbisik. "Pinjam bahumu sebentar, Hwanie. Aku sudah berusaha menahannya sampai beberapa hari ini. Tapi sekarang, izinkan aku untuk terlihat cengeng, sebentar saja." Setelah bicara demikian, Jungkook menarik tubuh kekasihnya itu agar mendekat padanya, lekas menempatkan kening pada bahu Jihwan lalu tanpa aba-aba mulai terisak. Jihwan tersenyum sampai beberapa detik lamanya, kemudian mulai menepuk pelan punggung bayi besar kesayangannya dengan penuh kasih.
"Menangislah. Kuakui kau hebat karena telah menahannya cukup lama. Jeon Jungkook keren!"
....
Manis, adalah salah satu dari ratusan definisi lain yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Jeon Jungkook. Jihwan tahu, sejak awal pria ini memang pintar sekali dalam menaruh perhatian padanya. Tipikal pria baik seperti Jungkook, sebenarnya akan gampang sekali membuat para wanita salah paham, terluka lalu mengalami trauma. Jihwan meyakini, bahwa Jungkook telah banyak meluluhkan hati banyak wanita di luar sana, tapi di sisi lain, pria itu pasti telah melukai banyak hati pula karena kebaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady
FanfictionJeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali, untuk menjadi pengasuh bagi putra-putrinya yang masih harus mendapat perlakuan khusus dari seorang...