Menurut pandangan seorang Shin Jihwan, belum pernah sekali pun ia menemukan pria baik yang peduli padanya. Tapi hari ini ia mengenal seorang Jeon Jungkook, yang secara tiba-tiba berkunjung ke rumah bersama kedua anaknya yang lucu, memberinya kue beras lalu menawarkan bantuan untuk memperbaiki pagar rumahnya yang rusak.
Ramah, senyumnya menawan, suara merdu yang kerap mendengungkan ucapan sopan itu berhasil membuat ia menyimpulkan sesuatu yang baik untuk pertemuan perdana mereka.
Kini Jihwan hanya bisa duduk di atas rerumputan, menemani Yui dan Ai sambil mengamati kesibukan Jungkook yang sedang berusaha membenarkan pintu pagar rumahnya. Jihwan masih ingat, setengah jam lalu pria itu mengatakan bahwa ia masih memiliki beberapa bilah papan yang dapat digunakan untuk mengganti pintu pagar kayu tersebut.
Setelah meminta persetujuan darinya, Jungkook langsung kembali ke rumah untuk mengambil beberapa barang yang diperlukan, termasuk sekaleng cat kayu berwarna putih.
Sesekali Jungkook menilik ke arah putra-putrinya yang tengah asyik berbincang dengan Jihwan. Ia tidak tahu banyak mengenai topik pembicaraan dua bocah kesayangannya itu, tapi sekali―ia sempat mendengar ucapan putrinya; mengatakan pada Jihwan bahwa Yui sangat ingin menanam kaktus suatu saat nanti. Setelahnya ia melihat respon yang sangat baik dari gadis itu, membuat ia tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan aktivitas.
Jungkook sama sekali tak merasa direpotkan. Ia terbiasa dengan pekerjaan seperti ini. Memperbaiki bagian rumah bukanlah perkara sulit, terlebih lagi tangannya terlanjur gatal ingin memperbaiki pintu pagar itu sejak insiden semalam. Ia mengulum bibir sekejap, menahan senyum tatkala teringat pada sosok Shin Jihwan yang semalam berbicara dengan pagar rumah. Kenapa gadis itu bisa sangat lucu?
Kadang kala, Jungkook menyemburkan napas karena menahan udara dingin yang menggigit kulit, menyelinap masuk lewat sweaternya. Ia bahkan tak begitu paham kenapa Yui dan Ai dapat bermain dengan sangat ceria di tengah-tengah udara yang mungkin bisa saja membuat mereka membeku. Namun tiap kali ia melihat senyum putra-putrinya itu merekah indah, rasanya kehangatan pun turut menyambanginya secara perlahan.
Masih menekuni aktivitasnya, tiba-tiba sebuah telapak tangan mendarat lembut tepat di bahu kanannya―membuat ia menoleh dalam keadaan berjongkok. Netranya menangkap sepasang manik kembar berwarna cokelat terang tengah menatap intens, mengumbar senyuman dari bibir mungil yang tak mampu ia jamah.
Cantik, ia tak mampu menyimpulkan hal lain.
"Apa Anda suka cokelat panas?"
Jungkook tak buru-buru mengangguk. Ia masih memandangi sosok Jihwan―setengah melamun. Paras istrinya datang membayangi―membuat bibirnya menyulam senyuman secara perlahan. Kemudian ia melihat lambaian tangan cukup mengganggu, tapi lambaian itu tak lebih mengganggu dari pada tatapan mata si gadis yang terlihat seperti bintang berkelip. Hal itu membuat Jungkook langsung menarik kesadarannya lalu mengangguk.
"Ya, tentu saja." Rasanya sangat mendebarkan ketika ia harus menjawab tanya gadis itu hingga kembali melihat senyuman terbit dari bibir merah muda yang terus saja menggodanya.
"Saya akan membawa putra-putri Anda masuk ke rumah, tidak apa-apa kan?"
Sejenak Jungkook menyita waktunya untuk berpikir. Rasanya ia tak bisa menolak permintaan gadis itu, tapi ia juga takut kedua bocah kesayangannya bertingkah nakal lalu membuat Jihwan merasa tak nyaman. Sirat keraguan yang tergaris di wajahnya membuat Jihwan tersenyum kecil lalu berkata lembut, "Mereka akan baik-baik saja bersama saya."
"Ah, saya tidak bermaksud meragukan Anda―justru saya ragu pada mereka, takutnya malah membuat Anda kerepotan." Jungkook tersenyum tidak enak, membuat Jihwan yang senantiasa membungkuk mulai meluruskan punggungnya lalu melirik Yui dan Ai yang kini tengah tertawa riang, melompat hilir mudik di sekitar halaman. Tidak, Jihwan nampak tulus dan sama sekali tak keberatan.
![](https://img.wattpad.com/cover/138813119-288-k272087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady
Fiksi PenggemarJeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali, untuk menjadi pengasuh bagi putra-putrinya yang masih harus mendapat perlakuan khusus dari seorang...