[Song : Lauv - The Other]
***
November hampir berakhir. Udara akan bertambah kering menjelang Desember, menyambut musim dingin berikutnya, menanti salju kan turun dan memenuhi jalanan, menimbun rerumputan serta bunga-bunga. Namun sayangnya salju-salju itu tak mungkin dapat menimbun ragam memori; kenangan yang sempat singgah. Andai saja bisa, Jungkook pun Jihwan pasti akan sangat bersyukur.
Seminggu ini, pertemuan sekilas mereka terasa begitu asing. Jihwan bahkan enggan melirik sedikit pun tiap kali berpapasan dengan Jungkook. Akan tetapi hal paling berat yang harus ia lakukan adalah mengabaikan Yui dan Ai. Begitu bocah-bocah itu memanggil dan menyerukan kerinduan, kedua bahu Jihwan langsung merosot lemah tak berdaya. Tiap kali mereka bertemu pandang tanpa sengaja, Jungkook akan langsung memisahkan⸺memutus tali penghubung antara anak-anaknya dengan gadis itu.
Status 'mantan kekasih' telah mencoreng kening Jihwan, menetapkannya sebagai seorang yang tak lagi Jungkook inginkan sejak seminggu lalu. Bukan. Bukannya Jungkook tidak berniat menahan, namun hatinya yang lelah tak lagi mau diajak kompromi. Sementara Jihwan telah mengambil keputusan mutlak dan mendeklarasikan perpisahan pada hari itu juga. Keras kepalanya membuat Jungkook geleng-geleng kepala dan angkat tangan. Walau cinta itu masih bersarang di hati keduanya⸺sayang sekali prinsip yang berbeda tak dapat menyatukan sehingga perpisahan adalah satu-satunya jalan untuk dipilih.
Waktu menunjukkan pukul enam pagi saat Jihwan memutuskan keluar dari rumah untuk mengambil dua botol susu di luar pagar, mengecek kotak surat lalu mengambil gulungan koran di dalamnya. Bertepatan dengan itu pula, Yui dan Ai muncul sambil menggeser pagar besi rumah mereka hingga menciptakan suara derit mengganggu yang sukses membuat Jihwan menoleh cepat.
"Hwanie!" seru kedua bocah itu sambil berlari menyeberang, sejenak berhenti saat melihat seorang kakek tetangga melintas sambil mencengkeram tali kekang Siberian besar yang tampak sangat terawat. Bocah-bocah itu tersenyum lebar dan mengusap kepala anjing besar di dekat mereka dengan wajah riang, setelahnya membiarkan kakek tersebut melanjutkan perjalanan usai mendapat beberapa bungkus permen jahe.
Jihwan mengamati Yui dan Ai saat keduanya hendak mendekat. Ditatap lekat wajah-wajah mungil itu dengan perasaan rindu, kemudian tersenyum kecil dan lekas berjongkok begitu keduanya berdiri di hadapannya.
"Hei, apa kabar?" tanya Jihwan lembut.
Ai tampak ragu hendak menjawab, sedang Yui kelihatannya ingin sekali memeluk Jihwan.
"Tidak baik, Hwanie. Kami sakit," kata Yui terus terang. Jihwan lantas melebarkan iris dan langsung mengecek suhu tubuh kedua bocah itu dengan memegangi kening secara bergantian, lalu mengerucutkan bibir karena heran.
"Kalian tidak terlihat sakit. Mulai belajar bohong dari siapa, hm?"
Sejemang Jihwan mengukir senyum gemas sambil mengusap-usap puncak kepala Ai. Bocah itu menggenggam erat permen jahe yang ia dapat, kemudian hati-hati meraih tangan kanan Jihwan dan memberikan bungkusan-bungkusan kecil itu. "Permen jahe ini akan lebih berguna untuk Hwanie. Tetap hangat ya. Kalau belum hangat juga, nanti akan Ai peluk!" seru Ai selagi Jihwan menjejalkan permen jahe ke dalam saku sweter yang ia kenakan dengan senang hati.
"Yui juga siap memeluk!" seru Yui tak kalah semangat. "Omong-omong, Hwanie, kami tidak berbohong. Kami sakit sungguhan."
"Oh, ya?" tanya Jihwan penasaran. "Sakit apa? Bagian mana yang sakit, sih? Siapa tahu bisa kusembuhkan." Sambil mengulum senyum gemasnya, Jihwan senantiasa memaku tatap bocah-bocah di depannya.
"Sakit hati, Hwanie. Sakit sekali," sahut Ai yang langsung disambut anggukan cepat dari sang kakak.
"Wow. Itu penyakit yang lumayan serius. Jadi, apa aku bisa membantu?" tanya Jihwan, mencoba menawarkan bantuan sambil terus mengulum senyum. Sakit hati, katanya. Menggemaskan sekali. Masih kecil saja sudah merasakan sakit hati. Jihwan jadi ingin memeluk erat keduanya karena tidak tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady
FanfictionJeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali, untuk menjadi pengasuh bagi putra-putrinya yang masih harus mendapat perlakuan khusus dari seorang...