Chapter 18 : Bad Night

28.4K 4.1K 386
                                    

Pukul delapan malam, Jihwan mulai membereskan peralatan makan sementara anak-anak sudah berada di kamar masing-masing untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Kendati Jihwan ingin sendirian menyelesaikan pekerjaan di dapur, Jungkook tak mau beranjak meninggalkan dan malah membantu gadis itu. Ada rasa canggung yang menaungi sampai membuat Jihwan ingin buru-buru menjauh.

Kegugupan menyerang cepat begitu Jihwan tanpa sengaja menyenggol lengan Jungkook untuk mengambil piring kotor di wastafel. Bibirnya yang siap melengkung ditahan sebisa mungkin karena rasa malu. "Aku bisa menyelesaikan ini, Jungkook."

Pria itu menoleh lalu kembali membilas piring. "Aku terbiasa melakukan ini. Kau tidak bisa menolak bantuanku, Nona."

"Oke, tapi bisakah kau sedikit menyingkir? Aku merasa tidak leluasa," aku gadis itu. Sejenak menghentikan kesibukannya, menyebabkan sepasang manik mereka bersirobok teduh. Jungkook tersenyum, sangat manis hingga membuat Jihwan susah menetralisasi detak jantungnya yang menggila. Situasinya sangat mendebarkan ketika dalam posisi sedekat ini.

Jihwan memundurkan langkah saat menyadari bahwa wajah itu mendekat. Dadanya membusung, sedang punggungnya melengkung―mendapati Jungkook menyungging salah satu sudut bibirnya lantas berbisik. "Dug, dug, dug, dug, seperti itu suaranya. Kupikir jantungmu bisa saja meletus saat ini. Santai saja."

Sialan. Jihwan kesal sekali saat ini. Bicara memang mudah. Tapi Jihwan tidak bisa sesantai itu sementara Jungkook mengganggu sistem kerja otaknya tiap kali mereka bersentuhan entah secara sengaja atau pun tidak.

"Kalau begitu kau saja yang melanjutkan. Aku akan ke lantai atas untuk melihat Yui dan Ai." Detik itu Jungkook tahu Jihwan ingin menghindarinya, lalu dengan terburu-buru langsung mencengkeram pergelangan tangan si gadis. "Lepaskan tanganku." Suaranya mengalun lembut tapi tegas. Sayang sekali kalimat seperti itu tak cukup mampu untuk membuat Jungkook mengalah, malah semakin mengetatkan genggamannya.

"Aku hanya ingin kau terbiasa dengan keberadaanku."

"Dan aku ingin kau terbiasa dengan caraku untuk menerimamu, Jungkook," pungkas gadis itu, kemudian melepaskan genggaman dan terlebih dulu membilas tangan dengan air yang mengalir dari keran sebelum meninggalkan sosok Jungkook dengan perasaan tak karuan.

Meski begitu Jungkook mengerti. Maniknya hanya mampu menatap punggung Jihwan semakin menjauh, tak berniat mencegah kembali lalu mendengus dengan mata memejam. Mungkin terlalu berlebihan. Tapi Jungkook sendiri tidak tahu mesti bersikap bagaimana tiap kali berada di dekat Jihwan. Jangan kan cara bersikap―bahkan ia saja belum mengerti perasaannya sendiri. Seakan-akan, Jungkook hanya merasa betah menggoda dan nyaman dengan hal itu.

....

Tubuhnya mematung tepat di depan pintu dengan hiasan menggantung bertuliskan nama Jeon Ai. Jihwan sebenarnya hanya ingin menyingkir, itu saja. Dan mungkin lebih bagus jika ia berdalih ingin melihat anak-anak agar Jungkook dapat mengerti. Ia belum memutuskan untuk mengetuk pintu dan hanya berdiam diri dengan pikiran tak stabil. Perlahan Jihwan mengembuskan napas lalu rungunya menangkap suara derit pintu dari arah lain, tepatnya kamar Yui.

Si gadis kecil keluar dari ruangannya sambil membawa buku gambar juga satu set pensil warna, merasa terkejut mendapati Jihwan ada di sana dengan senyum manis terpatri. "Yui mau menggambar?" kemudian dibalas anggukan oleh bocah itu.

"Hwanie, kenapa tidak masuk? Yui mau menggambar di kamar Ai. Nanti ingin tidur dengan Ai saja," katanya dengan iringan senyum dan segera mendekat pada Jihwan. Mata bulatnya terlihat mengilap saat terbias cahaya lampu, membuat Jihwan langsung berpikir bahwa bocah itu sangat cantik dan persis dengan mendiang Jung Hellen.

"Ya sudah, ayo kita masuk."

Tangannya bergerak menuntun tubuh Yui lalu mengetuk pelan pintu kamar Ai sebelum menarik tuas dan menciptakan celah lebar. Begitu masuk ke dalam ruangan itu, Jihwan dapat melihat Ai tengah belajar menghitung dan tiba-tiba terbangun dari atas ranjang. Maniknya mulai berpencar ke sebuah ruangan kecil di kamar dengan pintu yang terbuka lebar. "Ai punya ruangan bermain yang keren," kagumnya hingga membuat si bocah meluncur turun dari atas tempat tidur bernuansa Robocar Poli.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang