Ia bukannya senang mengumpat di pagi hari ketika waktu terasa mengejar begitu gencar. Berkali-kali irisnya menilik arloji yang melingkari pergelangan tangan, menyemburkan napas tanpa henti bergerak tak teratur. Kelabakan ketika mendengar suara putri kesayangannya berteriak dari arah kamar dan disusul tangisan putranya yang entah kenapa.
Oh God―Jungkook kehilangan kendali―menaiki tangga, menuju kamar dengan terburu tanpa menyingkirkan apron yang membalutnya, nyaris tersandung anak tangga jika saja tangannya tak segera memegangi pagar tangga.
Tubuhnya yang banjir peluh tidak lagi dipedulikan. Merutuki kelalaiannya yang baru terjaga saat sang mentari telah muncul dari tempat persembunyian. "Sayang―"
"Daddy! Ai terluka, Daddy maafkan Yui―" tepatnya di sebuah kamar yang didekorasi khas sesuai selera anak laki-laki―Jungkook menemukan presensi Yui dan Ai tengah terduduk di lantai. Matanya pun langsung membulat sempurna tatkala mendapati darah segar mengalir dari pelipis putranya. Dengan langkah terburu Jungkook mendekat, membuat Yui menyingkir sejenak sembari menahan tangis dan takut. Sementara Ai masih menangis dengan beriring jeritan heboh.
Mendapat tatapan menyelidik dari sang ayah, Yui merasa menciut, padahal Jungkook sama sekali tak bermaksud menakutinya. "Sayang, coba jelaskan pada Daddy―apa yang sebenarnya terjadi?" Jungkook bertanya kemudian beralih memerhatikan luka yang tercetak tepat di pelipis Ai. Yui memilin ujung piyamanya―menunduk dalam.
"Tadi―Ai terpeleset mainan saat kami sedang main kejar-kejaran. Kepalanya terantuk sudut tempat tidur, lalu berdarah." Langsung saja Jungkook memejamkan mata, meringis sebal tapi tak mampu berbuat apa pun untuk memberi teguran atau pun menumpahkan amarah. Kepalanya pusing luar biasa. "Daddy, ini semua karena Yui―hiks Yui minta maaf." Isakan Yui berhasil mencuri perhatian sang ayah. Kini Jungkook bertambah pusing mendengar kedua buah hatinya menangis. Ai tak henti mengeluh sakit dan Yui berulang kali melontarkan permintaan maaf pada adik serta ayahnya.
Berusaha menenangkan keduanya, Jungkook terlebih dulu mengusap kepala Ai dan menjelaskan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan, "Semuanya akan baik-baik saja. Ai hanya terluka sedikit, nanti akan Daddy obati, oke?" bujukannya sama sekali tidak mempan sebab Ai masih saja menangis, kelewat peduli pada rasa sakit yang menderanya. "Yui, Sayang―berhenti menangis dan meminta maaf. Sekarang cepat mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Daddy akan menelepon Paman Seokjin untuk menjemputmu―"
"Tapi Daddy, bagaimana dengan Ai?" Yui masih merasa khawatir―menyalahkan dirinya sendiri dalam hati. Namun sekali lagi, Jungkook mencoba menenangkan gadis kecilnya―mengusap lengan Yui lembut.
"Daddy akan mengurus semuanya, Sayang. Ai akan baik-baik saja, ini hanya luka kecil," jelasnya, meski Jungkook sendiri tak benar-benar yakin bahwa Ai akan baik-baik saja. Sebab bisa saja benturan tersebut berdampak buruk tanpa ia ketahui. Tapi ia tak ingin melihat Yui terus-terusan merasa bersalah, sebab itu ia menenangkan dengan teramat lembut agar Yui tak perlu lagi mengkhawatirkan adiknya. "Ayo bersiap-siap." Perlahan Jungkook bangkit dari posisinya sambil menggendong Ai yang masih menangis tergugu―memeluknya dan memberikan tepukan pelan di punggung. "Buddy, tenangkan dirimu. Ada Daddy di sini," bujuk Jungkook, sempat menilik Yui yang bangkit secara hati-hati seraya mengusap mata dengan kedua punggung tangan. Ia merasa kasihan, memberi usapan lembut di puncak kepala gadis kecilnya beriring senyum.
Membisikkan kalimat lembut pada Yui, "Don't worry, My Girl. It's gonna be okay." Setelah itu barulah Yui mengangguk percaya lantas beranjak menuju kamar mandi, sesekali menilik Ai yang berada dalam dekapan sang ayah. Ia khawatir, tentu saja. Sebagai seorang kakak dirinya merasa telah gagal menjaga adiknya. Lagi dan lagi menyalahkan diri sendiri. Berandai-andai jika saja ia tak bersikap ceroboh, mengejar Ai hingga membuat bocah kecil itu terluka. Yui ingin marah pada dirinya sendiri. Dan di dalam kamar mandi, ia kembali terisak sambil menanggalkan pakaiannya. Menutup wajah sejenak saat air mata mengalir di pipinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady
Fiksi PenggemarJeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali, untuk menjadi pengasuh bagi putra-putrinya yang masih harus mendapat perlakuan khusus dari seorang...