Chapter 17 : Seduction

27.2K 4.2K 597
                                    

Selang beberapa menit sama-sama terkurung dalam keheningan―Jihwan memutuskan untuk menyingkir dari Jungkook kemudian memeluk lengannya sendiri. Perasaannya mendadak jadi kacau hingga kepala pun terasa kosong. Saat dirinya menyemburkan napas singkat, Jungkook hanya bisa menatap pilu kemudian tersenyum kecil. Raut sedih yang terpancar di wajahnya tampak cukup jelas untuk menyadarkan Jihwan bahwa mereka baru saja membahas topik yang salah―namun tak begitu fatal sebab hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar agar saling mengenal lebih dalam.

"Aku akan melanjutkan pekerjaanku," ujarnya lembut dan datar, sempat mengusap bagian bawah mata yang agak mengembun. Jungkook memandang punggung sempit yang telah membelakanginya. Memperhatikan kesibukan si gadis yang tengah memasukkan jas ke dalam keranjang pakaian lalu Jungkook sendiri hanya membungkam.

Tatkala waktu hanya terisi dengan kesunyian, tiba-tiba sepasang rungu keduanya menangkap suara gaduh dari lantai dasar, mendengar teriakan seru dan juga derap langkap tak sabaran. Jihwan menilik Jungkook hingga sepersekian detik lalu menunduk ragu.

"Daddy! Apa film Robocar Poli sudah mulai?! Daddy di mana?" Ai berseru di bawah sana, memancing Jungkook untuk segera menunjukkan kehadirannya atau si buah hati akan terus berteriak dan mencarinya. "Daddy! Ai mau menonton! Bibi Lizzie, hidupkan televisinya. Daddy sembunyi."

"Ai, lepas dulu sepatunya!" Yui mengingatkan sambil mendekati sang adik. Ai tidak mau tahu, sudah lebih dulu mengambil toples berisi camilan jagung di atas meja lalu merangkak ke atas sofa.

Jungkook terlebih dulu menaruh pakaian dalam yang sedari tadi masih dalam genggaman, memasukkan ke keranjang. "Nanti pisahkan saja saat kau mencuci. Aku akan lihat anak-anak." Merasa kebingungan harus mengutarakan apa lagi, Jungkook memilih untuk berlalu dari kamar tanpa menoleh barang sejenak. Jihwan bersemu tapi pikirannya masih melayang. Percakapan beberapa saat lalu meluap-luap dalam kepalanya. Sambil menghela napas, dirinya mulai bergegas mengangkat keranjang pakaian kotor untuk dibawa menuju lantai dasar.

Nyaris saja Jungkook dan Jihwan sampai di lantai dasar secara bersamaan dan mengundang rasa penasaran dari sosok Lizzie Nam yang baru saja menghidupkan televisi sebab Ai terus menuntut dan tak mau diam. Lizzie menelengkan kepala saat kedua presensi itu berdiri berdampingan. Ia pikir Jungkook belum pernah memamerkan sosok perempuan mana pun padanya sejak Hellen meninggal. Jadi Lizzie cukup merasa antusias, kalau bisa ingin menanyai Jungkook tentang banyak hal mengenai gadis yang kini tengah membawa keranjang berisi pakaian kotor itu. Seolah-olah menunjukkan bahwa mereka sudah cukup akrab sampai-sampai si gadis ikut andil dalam tugas rumah tangga.

"Hwanie! Ayo sini! Temani Ai menonton." Jihwan tersenyum saat maniknya menemukan Ai yang berseru girang.

"Hwanie masih di sini!" Yui menimpali dengan senyuman lebar, lalu berlari cepat menuju Jihwan―menarik pergelangan tangannya tak sabaran. Detik itu Lizzie bersedekap sambil tersenyum pada Jungkook, berniat menggoda. Aura bahagia yang penuh akan kehangatan menguar di sekitar hingga membuat Lizzie mengerti bahwa gadis di hadapannya bukanlah gadis biasa. Jihwan beralih menatap Lizzie―menunggu Jungkook bicara dan mendapati pria itu menyusupkan kedua tangan ke dalam saku celana.

"Terima kasih sudah menjaga anak-anak. Maaf merepotkan Noona terus-terusan," kata Jungkook terkesan basa-basi. Lizzie tak mengharapkan kalimat seperti itu saat ini. Ia lebih membutuhkan penjelasan mengenai sosok gadis yang berada di sisi Jungkook. Ai sudah tidak peduli lagi pada sekelilingnya, fokus menonton film kartun kesukaan―rutinitas yang tak bisa ditinggalkan sebelum akhirnya mendekam di kamar untuk mengerjakan tugas sekolah.

Lizzie menggeleng kepala. "Aku tidak butuh rasa terima kasih dan maaf darimu, Jeon. Aku lebih penasaran pada―gadis di sampingmu itu. Siapa?" tanyanya sembari mengendikkan dagu, tersenyum lagi. Jungkook menilik Jihwan sepersekian detik, lalu mengusap tengkuknya.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang