Chapter 38 : Belong To You

31K 3.9K 1.2K
                                    

― warning ―

Sudah dua jam lamanya Jihwan menyibukkan diri di ruangan khusus di rumahnya. Sepetak ruangan tersebut telah menjadi tempat favoritnya―ruangan paling istimewa dibanding kamarnya sendiri. Tempat di mana beberapa busana yang ia buat dipajang menggunakan manekin-manekin pun hanya berupa wooden hangers. Ada aroma yang membuat mabuk di sana, juga cahaya hangat matahari yang masuk leluasa ketika menjelang pagi atau siang.

Suara mesin jahit terdengar memenuhi ruangan tepat ketika gadis itu selesai memasang benang. Maniknya terpaku fokus. Bibirnya sesekali bersenandung selagi rungu menangkap lantunan musik. Sepersekon kemudian perhatiannya teralihkan ketika ponsel di sudut meja berdenting dua kali, hingga Jihwan terburu menghentikan kesibukannya dan meraih benda pipih pintar tersebut. Tak sampai menyita hingga satu menit, bibirnya langsung menampilkan kurva.

[Darling ♥ : Makan siang bersama, Hwanie?]

Jari-jemari lentik gadis itu lekas bergerak lincah mengetuk layar, membuat pesan balasan.

[Baby ♥ : Oke. Aku tunggu di rumah.]

[Darling ♥ : Di rumahku? Di rumahmu? Di rumah kita?]

Jihwan menyemburkan napasnya lewat ceruk bibir. Merasa agak jengkel. Dasar Tuan banyak tanya, pikirnya.

[Baby ♥ : Di rumahmu ya. Sekalian aku ingin merapikan ruang bermain Little Cowboy Ai. Terakhir kali sepertinya terlihat berantakan.]

[Darling ♥ : Oke Baby Honey :)]

Menggelikan. Konyol. Jihwan ingin membalas demikian, tapi jari-jemarinya terasa kaku lantas gadis itu hanya bisa memijit pangkal hidung sambil menggigit ujung bibirnya. Basah dan hangat; entah mengapa malah mengingatkan ia―rasanya ketika bibir itu digigit lembut oleh sang kekasih. Jihwan terkekeh geli. Pipinya merona merah. Dasar gila! Dia pasti sudah gila. Jihwan berdenyar, memejam, menghirup napas dalam-dalam. Bayangan akan Jungkook sedang menyentuhnya terasa menarik, menggelitik sampai membuat bulu-bulu halus di kulitnya berdiri. Lalu begitu tersadar, Jihwan segera memukul-mukul kepalanya sendiri. Sialan. Mana mungkin dia mendamba? Tolong sadarlah Shin Jihwan! Dia harus bangkit dan menuju kamar mandi. Paling tidak untuk membasuh wajah dan berkaca lalu menepuk pipi.

Tapi bagaimana rasanya ya? Mungkin menyenangkan, kalau Jungkook memeta tubuhnya―sekujur tubuh―kulit telanjang dan bibir pria itu di sana. Sekejap Jihwan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Oh, adakah yang tengah memperhatikan ia, memahami gerak-gerik atas fantasi liarnya? Bahkan benda-benda di sekitarnya seakan tengah menerkam lewat tatapan. Jihwan buru-buru keluar dari ruang kerjanya setelah meraih ponsel. Ia ingin melarikan diri. Pikirannya serasa diserang bagai sebuah teror.

Dan tepatnya ketika pintu utama dibuka, Jihwan mendadak mundur satu kali mendapati sosok Kim Namjoon sedang mematung; baru hendak mengetuk pintu rumahnya lantas mendongak dan menyaksikan Jihwan tengah menghela napas dengan dada agak membusung. "Hai, Hwanie," sapa pria itu dengan iringan senyum lembut hingga menampilkan lesung pipitnya.

"Joon," gadis itu berbisik lirih diselimuti rasa ragu. Tubuhnya berdesir. Sepercik rasa cemas mulai bergulir di dalam benak sedang sepasang tangan telah mengepal di sisi tubuh selagi tenggorokannya berusaha menelan saliva.

Tampilan Namjoon sangat berbeda dari biasanya. Jihwan belum pernah melihat Namjoon berpenampilan rapi dalam balutan jas hitam―seragam formal serta merta dasi. Tangan kiri pria itu menjinjing sebuah tas hitam, sementara tangan lainnya membawa sekotak Dunkin Donat's; masih favorit Jihwan hingga saat ini. Namjoon tentu saja senantiasa teringat, bahwa Jihwan akan langsung menyambut gembira tiap kali ia menghadapkan makanan tersebut. "Untukmu," kata Namjoon seraya mengangkat kotak tersebut di depan wajah Jihwan, menyodorkannya tanpa pikir panjang. "Masih suka, kan?" tanyanya meski belum juga mendapat sahutan dari sang lawan.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang