Chapter 10 : Sweet Moment

26K 4.5K 662
                                    

Suasana menjadi hening hingga dua menit lamanya. Manik Jihwan bersirobok dengan milik Jungkook―menyelami arti tatapan yang ditorehkan; sebenarnya terlalu misterius juga dalam. Lalu entah mengapa Jihwan menunduk menuju Ai, mengabaikan ucapan bocah itu sehingga membuat Jungkook mengalihkan pandangan pula, ke sisi lain asal bukan Jihwan.

"Mau kan, Hwanie?" sejenak gadis itu memejam mendengar pertanyaan Ai. Masih menyangkut perkara sebelumnya yang tidak ingin Ai patahkan begitu saja.

"Daddy sakit apa?" dari nada bicaranya yang terkesan ragu, Jungkook tahu Jihwan tak sungguh-sungguh ingin bertanya. Hal itu dilakukan demi menghibur Ai.

Ai mengendikkan bahu; tidak begitu paham. "Daddy terlihat sakit tiap kali melihat foto Mommy di kamar. Daddy akan melamun hingga berjam-jam dan lupa waktu makan, bahkan lupa pada Ai dan Ui."

Tentu saja Jihwan tak bisa menahan diri untuk tidak menyorot ke arah Jungkook yang secara kebetulan tertangkap basah tengah mengamatinya. Kemudian mereka sama-sama menunjukkan gestur kikuk.

Selagi mendengar Ai mengoceh, Jihwan lekas mengobati pelipis bocah itu secara perlahan. Sementara Jungkook bergelung dengan pikirannya sendiri. Ia melipat bibir ke dalam, seolah tersenyum paksa saat Jihwan melirik. Mereka tahu apa yang sedang dimaksud oleh Ai―tapi Jihwan tidak mampu berbuat apa pun jika sudah menyangkut privasi orang lain.

"Aduh! Hwaniee―" rengekan sakit Ai membuyarkan segalanya sekali lagi, membuat Jihwan menetapkan fokus hanya pada bocah itu. Tangan nakal Ai bermain di sekitar tulang selangkanya, mengetuk pelan dengan jari telunjuk. "Hwanie cantik, seperti Mommy di foto," katanya seraya memamerkan cengiran lucu.

Tercekat hingga beberapa sekon, Jihwan akhirnya menuai senyuman tulus. Ia tidak berniat menanyakan apa pun, alih-alih jemari lentiknya malah membelai lembut pipi bulat merah si bocah. Manik cokelat madunya beralih menyelami milik Ai―ada sesuatu yang berbeda di sana. Sebuah harapan yang membuatnya menyungging salah satu sudut bibir lebih tinggi. "Ai sayang pada Mommy?" tanya Jihwan lembut selagi tangannya kembali bergerak piawai. Ia mendapati anggukan antusias dari bocah manis itu. "Ai anak yang baik, sekarang sudah selesai," katanya sambil mengemasi peralatan yang ia keluarkan dari kotak P3K, membuat Jungkook menatap intens.

"Tugasku selesai, jadi aku sudah boleh pulang."

Jihwan nyaris ingin berdiri sebelum akhirnya Ai menahan pergelangan tangannya begitu erat. Sorot mata sendunya, bibir bawahnya yang menjulur ke depan sukses membuat Jihwan membeku.

"Ai, Hwanie harus pulang." Ketika tangan Jungkook berusaha melepaskan tautan mereka, tanpa sengaja jemarinya dengan Jihwan pun bersinggungan―menciptakan reaksi terkejut dari masing-masing, berbeda dengan Ai yang hanya terlihat bingung menyaksikan keduanya. Jungkook membuang pandangan lantas buru-buru berdiri begitu pun Jihwan. "Akan kuantar ke depan―"

Belum sempat keduanya pergi dari sana, Ai lagi-lagi berujar untuk menahan kepergian Jihwan. "Hwanie," panggilnya lembut―meluncur turun dari sofa lalu bergegas mendekap paha gadis itu erat dengan mata memejam rapat. "Temani Ai sarapan. Ui juga pasti ingin bertemu Hwanie. Tolong buat Ui tersenyum―karena―pagi ini Ai telah membuat Ui menangis. Ai tidak mau Ui sedih. Ai benci melihat Ui sedih. Hwanie mau kan?"

Seketika itu pula Jihwan mengepalkan salah satu tangannya begitu erat sembari menggigit bibir bagian dalam. Ia mempertimbangkan terlebih dulu, melirik Jungkook beserta raut ragu yang tersirat jelas. Mendapati Jungkook menatap datar, Jihwan pun hanya mampu terdiam. Tapi tak lama kemudian ia menurunkan pandangan menuju bocah di bawahnya. "Ai, sepertinya kita tidak bisa sarapan bersama―"

"Jihwan, mari kita sarapan bersama." Nada bicara pria itu terdengar lembut, menyita atensi sang lawan hingga beberapa sekon. Sorot matanya menunjukkan keseriusan, entah demi kedua buntalan kesayangannya atau demi terlihat ramah sekaligus bentuk ucapan terima kasih. Kemudian ia mendapati Jihwan kebingungan, hingga pada akhirnya dibalas anggukan pelan.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang