Aroma mint dan citrus menguar ke tiap sudut ruangan tatkala pria itu menguak pintu kamar mandi dengan lebar. Selembar handuk melingkar di pinggulnya, sementara handuk kecil ia gunakan untuk mengeringkan rambut. Sejenak ia terpaku pada presensi bingkai persegi panjang di pusat ruangan―menampilkan gambarnya tengah bersama sang istri yang kini telah tiada.
Kala itu mereka tampak begitu bahagia mengenakan pakaian pengantin. Jungkook tersenyum lebar, begitu pula dengan Hellen yang tengah hamil dua bulan. Benar, wanitanya itu telah terlebih dulu mengandung sebelum mereka menikah. Semuanya terjadi karena sebuah kecelakaan. Bahkan kedua orang tua Jungkook sempat menentang rencana pernikahan mereka karena usia keduanya baru menginjak dua puluh tahun. Terlalu dini untuk menikah, katanya―walau berakhir setuju.
Jungkook melingkarkan handuk kecil pada leher lalu memandang teduh rupa gambar manis berbingkai di hadapannya. Menjadi momen yang paling ia rindukan seumur hidupnya. Perlahan ia mengalihkan pandangan saat suara ketukan pintu yang terkesan tak sabaran menghampiri rungunya, serta merta suara rengekan dan teriakan khas dua buntalan kesayangannya.
"Daddy! Buka pintu! Buka pintunya! Ai ingin masuk―ada tugas matematika dan Ai tidak paham! Angkanya banyak sekali, pusing!"
Selagi Ai mengetuk pintu lebih heboh―Jungkook menyemburkan napas secara perlahan. Ia belum sempat mengenakan pakaian sementara putranya sudah menuntut agar ia lekas keluar. "Daddy, Yui ada tugas bahasa inggris. Bisakah Yui minta bantuan pada Daddy?"
Baiklah―kini giliran putrinya yang manis meminta bantuan, dan lagi-lagi adalah tugas rumah. Sekejap membuat Jungkook mengusap kening sembari memejam. Padahal ia harus mengerjakan desain bangunan untuk proyek lain yang menantinya. Meski dalam hati sempat mengeluh―Jungkook beranjak dari atas pijakannya menuju pintu, membuka dengan perlahan hingga membuat Ai dan Yui melongo bersamaan. "Oh my God! My eyes so dirtwy―Daddy you got no jams! Six pack, bread? Mine is belly! No!" Ai merajuk sambil menyibak kaus yang ia kenakan, menatap sedih ke arah perut pack sang ayah.
"Yui mau pegang! Mau tahu seberapa keras perut Daddy!" sementara Yui heboh sendiri dengan mata berbinar, berambisi menyentuh perut ayahnya. Gadis kecil itu menepuk sekali dengan tangannya. "Amazing!" cicitnya dengan kekaguman.
"Ayolah, Sayang. Kenapa jadi membahas perut Daddy? Biarkan Daddy mengenakan pakaian dulu, oke?"
"Daddy, kenapa Ai hanya punya belly?" raut murung Ai membuat Jungkook melepas kekehan pelan, bergegas mengangkat bocah itu dalam gendongannya.
"Ai akan punya―ketika dewasa nanti. Tapi Ai harus berusaha keras untuk mendapatkannya," ujar Jungkook seraya menyentil pelan pucuk hidung putranya lalu menatap ke bawah saat menyadari bahwa Yui tengah memandang kagum.
"Apa―Yui bisa memilikinya juga?" tercekat beberapa sekon―pada akhirnya kekehan kecil menguar lewat ceruk bibir Jungkook, lalu menunjukkan anggukan kepala. "Yeah! Yui ingin segera tumbuh dewasa!" seru gadis itu kelewat riang sementara Jungkook hanya mampu tersenyum menanggapinya.
Ketiganya lalu menuju ranjang―menempatinya dengan tenang sementara Jungkook terlebih dulu harus mengenakan pakaian di kamar mandi, membuat kedua buah hatinya menunggu. Ai menilik jendela kamar yang masih terkuak lantas memiringkan kepala. "Daddy belum menutup jendela." Kakinya pun menapak pada lantai kayu, beranjak menuju jendela―meninggalkan Yui yang kini tengah mencoreti sampul buku bagian belakang dengan berbagai macam gambar.
Ai berjinjit guna mencapai bingkai jendela yang posisinya cukup tinggi, menyebabkan setengah wajahnya mampu terekspos keluar hingga ia dapat melihat keadaan di luar sana. "Hwanie?" gumamnya nyaris tak bersuara―lalu sepersekon kemudian mendapati seorang pria muncul dari belakang tubuh gadis yang ia perhatikan tengah berdiri di balkon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady
Hayran KurguJeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali, untuk menjadi pengasuh bagi putra-putrinya yang masih harus mendapat perlakuan khusus dari seorang...