Keheningan ini sungguh menyiksa keduanya. Tepat ketika waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam, Jihwan menemani kekasihnya, duduk berdampingan di sofa sambil menyaksikan siaran televisi yang sebenarnya sama sekali tidak menarik.
Sepanjang hari mereka hampir tidak berbincang akrab seperti biasanya, tapi Jihwan mencoba bersikap santai menanggapi hal itu. Jungkook yang lebih dulu berlaku bungkam, namun bukan berarti Jihwan tidak berusaha membuka topik pembicaraan di antara mereka. Jihwan tahu penyebab dari situasi canggung yang kini tengah terjadi. Mungkin Jungkook sedikit marah padanya sekaligus memberi ia waktu untuk berpikir.
Kali ketika Jungkook meneguk bir kalengan yang tinggal tersisa sedikit, Jihwan hanya bisa mendesah sedih. Kekasihnya terlihat nyaris mabuk sehingga Jihwan merampas kaleng tersebut dengan cekatan lantas membuat Jungkook menoleh dengan tatapan sayu. "Sebaiknya kita tidur sekarang, Jungkook. Sudah terlalu malam," kata Jihwan mengingatkan, sempat berpikir untuk menawarkan bantuan dengan membawa pria itu menuju kamar. Namun Jihwan berakhir melupakan gagasan tersebut saat menyadari bahwa Jungkook belum mabuk sungguhan.
Ia tahu Jungkook sedang mengamati lebih intens hingga beberapa detik lamanya, kemudian pria itu mengulurkan tangan sehingga dapat menyelipkan sebagian rambut pendeknya ke belakang telinga. Jungkook mengerjap sambil mematri senyum lemah detik itu, masih memandang Jihwan lekat lalu mengembuskan napas panjang. Punggung tangan kanannya membelai lembut pipi sang gadis seakan takut sentuhannya dapat menghancurkan. "Jungkook⸺"
Sekejap sebelum gadis itu berhasil bicara lebih banyak, Jungkook telah mendekat seraya menarik tengkuk Jihwan sehingga bibir mereka dipertemukan dalam kehangatan. Jihwan hanya membeku untuk sesaat. Matanya mengerjap selagi merasakan bibir Jungkook melumat lembut beriring memejam. Mendadak Jihwan merasakan jantungnya berdebar kencang tatkala menyadari kedua tangan Jungkook telah bertengger di tiap lekuk pinggangnya.
Saat tangan itu meremas pinggangnya dengan lembut, Jihwan langsung tersentak kemudian melepaskan cumbuan secara sepihak, bibirnya bergetar disertai napas memburu. "Hwanie," bisik Jungkook ragu. Tangannya lagi-lagi membelai belah pipi yang tercinta sambil memandangi lebih dalam. "Maukah kau jujur padaku?" tanyanya, kontan membuat Jihwan mengerjap dan kelihatan sedikit gugup.
"Perihal apa, Koo?"
"Aku bukan lagi orang asing untukmu. Jadi bisakah kau ceritakan masalahnya? Maukah kau berbagi rahasia denganku?" mohon Jungkook serta merta suara paraunya. Jihwan menatap dalam diam, mengepalkan kedua tangannya yang kini berada di pangkuan, menahan pilu dan rasa sakit. Bagaimana mungkin bisa Jihwan berpikir untuk meninggalkan belahan jiwa yang rasanya benar-benar mampu melengkapi seluruh dirinya?
Jihwan ingin Jungkook. Hanya ingin Jungkook untuk membahagiakannya. Tapi Jihwan tahu, bersama pria itu bukanlah mimpi mutlaknya. Ada mimpi lain yang tengah berusaha mengingatkannya, bahwa tujuan ia bertahan hingga saat ini bukan hanya untuk bersenang-senang, melainkan menggapai sesuatu yang akan membuatnya meraih puncak⸺memeroleh pengakuan bahwa ia layak dan berhasil. Itu semua Jihwan lakukan demi dirinya, juga demi sang ibu yang telah bersusah payah menuntunnya hingga ke titik terdekat dengan impiannya.
"Semuanya akan baik-baik saja," kata gadis itu mencoba meyakinkan selagi senyumnya terukir manis di bibir. Tapi Jungkook malah menggeleng, tak langsung terima begitu saja sebab rasa penasaran seolah makin mencekik dirinya untuk bertindak sedikit egois. Jungkook menunduk seraya meraih kedua tangan sang gadis, lalu perlahan meremasnya. Kehangatan yang ia berikan berhasil membuat Jihwan semakin merasa tertekan.
"Aku bisa merasakannya, Hwan. Ini tidak akan baik-baik saja dan aku yakin⸺feeling-ku tepat. Ada sesuatu yang kau sembunyikan. Sesuatu yang menyakitkan⸺" Jihwan menelan saliva susah payah lalu segera menangkup wajah Jungkook dengan kedua tangan, meminta pria itu agar menatapnya dan berbicara sejenak lewat sorot mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady
FanfictionJeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali, untuk menjadi pengasuh bagi putra-putrinya yang masih harus mendapat perlakuan khusus dari seorang...