Chapter 49 : Catastrophe

30.1K 3.2K 1.1K
                                    

Jangan lupa vote dan komentar. Permintaanku sederhana, seperti biasanya ya 😘✨

[Song : Troye Sivan - Strawberries Cigarettes]

***

Sekarang mari kita lihat kesibukan salah satu pihak yang sudah lebih dulu terjaga setelah melewati malam paling menyenangkan bersama-sama tanpa memedulikan hujan deras di luar rumah. Sejuk embun pagi ini terhirup menyegarkan saat jendela telah disingkap begitu lebar sehingga udara pengap mulai digantikan.

Ranjang kembali bergoyang pelan saat Jungkook naik ke atasnya untuk menarik selimut tebal dan menutupi bahu telanjang gadisnya. Bibirnya menyulam senyum ketika punggung jemari itu menyentuh lembut garis rahang Jihwan. Diam-diam, ia membayangkan insiden semalam sehingga pipinya memerah lagi.

Apakah ketika bangun nanti Jihwan akan mengalami sedikit keterkejutan atau rasa nyeri pada bagian pusat tubuhnya? Memikirkan hal itu, entah mengapa Jungkook jadi merasa was-was dan berharap ia dapat menemani sampai Jihwan terjaga kembali. Tapi ia harus membereskan kekacauan di dalam kamar itu, membersihkan seluruh ruangan dan juga⸺paling tidak menyiapkan sarapan ala kadarnya untuk sang kekasih.

Setiap kali otaknya meneriakkan bahwa ia harus pergi dari sana, raganya senantiasa berkhianat dan memilih untuk menetap. Dia ingin mencium Jihwan lagi, mengganggu hingga gadis itu terbangun lalu mungkin mereka bisa⸺melakukan sedikit pemanasan lagi sambil membersihkan diri di kamar mandi (walau kenyataannya ia sudah mandi pagi-pagi sekali). Oh, Tuhan. Jungkook menggeleng untuk menjernihkan pikirannya. Pendapat Seokjin mengenai Jihwan memang benar adanya. Gadis ini terlalu menarik untuk tidak membuatnya bergairah sekaligus panas.

Jungkook teringat bahwa semalam ia terisak dalam pelukan kekasihnya seperti bayi cengeng yang membutuhkan dekapan hangat dari seorang ibu. Mengingat-ingat selama enam tahun ini ia terus menghindari aktivitas seksual yang lebih intim dengan seorang wanita membuat Jungkook merasa lebih hidup setelah dapat meluapkannya kembali bersama seseorang yang ia cintai.

Semakin dipikirkan, semakin Jungkook tidak ingin menjauh dari Jihwan. Kecerdasannya, kecantikannya, kenakalannya⸺segala hal tentang Jihwan membuat Jungkook merasa beruntung telah memilikinya. Meski begitu, Jungkook tetap saja takut kehilangan.

Dia membaringkan tubuhnya dan menghadap pada Jihwan, mencermati paras sang gadis lalu mengusap pipi lembut Jihwan dengan ibu jarinya.

"Anggun sekali," bisiknya sembari tersenyum. Jihwan menggeliat hati-hati sambil menyemburkan napasnya, menganjurkan bibir kemudian mengerutkan kening tanpa bermaksud membuka mata. "Girlfie," bisiknya lagi, lalu mendekatkan wajah untuk mengecup pucuk hidung Jihwan sehingga sang empu melenguh gelisah karena aktivitas tidurnya terganggu, membuat Jungkook terkekeh.

"Bangun, Hwanie. Seprainya harus dicuci. Yui dan Ai pulang hari ini. Kalau mereka tahu nanti mereka akan bertanya-tanya kenapa ada noda merah di seprai ini."

Kali ini tangan Jungkook bergerak menelusup ke dalam selimut. Senyumnya merekah nakal saat jemari menemukan lekuk pinggang sang gadis. Jihwan telanjang. Meraba kulitnya yang lembut adalah kegiatan yang lumayan menggiurkan sehingga Jungkook enggan berhenti. Jihwan mengerang sambil merapatkan tubuhnya pada sang kekasih, kontan membuat Jungkook menaikkan sepasang alisnya bingung mendapati respons tersebut. Apa ini berarti ia bisa bertindak lebih persuasif? Jihwan seolah baru saja memberi lampu hijau padanya (tanpa adanya sebuah penolakan berarti) dan itu membuat Jungkook menggigit bibirnya, merasa tergoda.

"Hwanie. Kau tidak menghentikanku? Aku bisa menjadi lebih liar lagi kalau kau tidak⸺"

"Diamlah, Koo. Lakukan apa yang kau suka." Sekejap tangan Jungkook berhenti meraba. Napasnya seakan tertelan ke dalam perut usai mendengar penuturan kekasihnya.

Young LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang