spesial 9

181 26 7
                                    

"Yuipon?"

Manaka tersentak begitu liat ada sosok pacarnya yang masuk warung upnormal, ngeliatin dia yang lagi sama Yuuri. Beberapa diantaranya dia tau itu temen sekelas Yuipon.

'Jing sial!' Rutuk Manaka dalam hati.

"Manaka?"

Ucapan Yuuri sama sekalo enggak dia gubris, yang ada Manaka langsung ngambil kunci mobil yang ada diatas meja, langsung ngejar Yuipon yang udah keluar duluan dari upnormal ninggalin temen-temennya yang kebingungan.

"Pon!"

"Yui!!!" Manaka berhasil nyusul pacarnya itu, megang pergelangan tangannya.

"Lepas!"

"Yui plis!'

"Lepasin gue!" Ucapnya keukeuh, dalam sekali hentakan pun pegangan tangan Manaka di pergelangan tangannya lepas.

"Dengerin gue dulu Pon, bisa gue jelasin."

"Gak usah."

"Yang... plis."

Manaka tau Yuipon marah, apalagi ngeliat tatapan kecewa dia yang kentara itu. Hatinya mencelos.

"Pon semuanya bisa gue jelasin."

"Jelasin apa lagi?! Udah capek gue sama kelakuan lo yang kaya gitu."

Manaka mencoba menggenggam tangan Yuipon tapi di hentakannya lagi.

"Gue sama Yuuri ketemu cuma mau ngasih sapu tangan doang!" Ucapnya mencoba menjelaskan, berharap didengar.

Yuipon berdecak, gak sama sekali tertarik sama penjelasan Manaka. Kekecewaan sudah mengiris hatinya lebih lebar.

"Pon..."

"Enggak Manaka. Udah cukup. Lo tau gak sih sikap lo yang kaya gitu bikin gue capek. Ini bukan sekali dua kali beginiin gue!" Seru Yuipon. Nadanya bergetar nahan tangis. Dia udah gak peduli lagi sekitarnya yang masih tempat parkir.

Manaka diam di tempat, meskipun suasana sekitarnya tidak terlalu terang tapi dia bisa melihat dengan jelas raut kekecewaan Yuipon. Bibirnya yang bergetar menahan tangis itu membuat Manaka merasakan sesak.

"Sekarang gue butuh waktu sendirian."

"Pon..."

"Jangan pegang gue!" Tolaknya keras begitu Manaka berusaha memegang tangannya. Langkahnya ia percepat menjauhi Manaka, berjalan ditengah trotoar sembari matanya mencari taxi. Tapi Manaka enggak nyerah, dia ikut jalan dibelakang Yuipon meskipun ditolak beberapa kali.

"Yui... sekali aja. Lo boleh gak dengerin penjelasan gue soal Yuuri. Tapi plis, ijinin gue nganterin lo pulang."

Keheningan menyelimuti keduanya, Yuipon bisa aja nolak semua itu, hati kecilnya bahkan udah ngasih saran gak usah dengerin semua ocehan Manaka. Tapi enggak tau kenapa, Yuipon malah diem.

"Tunggu disini, oke? Gue ngeluarin mobil dulu."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selama sisa perjalanan dua-duanya enggak sama sekali ngobrol. Hening banget. Manaka gak tau harus ngomong apa, dia juga udah janji sama diri sedirigal bakal ngomong sebelum Yuipon ngijinin.

Begitu sampe rumah, gak pake ba bi bu Yuipon langsung turun dari mobil. Ninggalin Manaka yang gak tau harus bersikap apa setelah ini.

"Yui tunggu! Serius gue minta maaf."

Langkah Yuipon berhenti, tapi gak langsung ngadep Manaka.

"Pon..."

"Gue mau kita putus."

"Hah? Yui plis jangan gini dong."

Manaka ngeraih bahu Yuipon lembut, membuat gadis itu kini berhadapan dengannya. Saat itu Manaka sadar jika dirinya sudah membuat kesalahan fatal.

Yuipon menangis didepannya, dan itu membuat Manaka tak berkutik.

"kita selesai. Gue udah capek."

"Pon.."

"Setelah ini terserah lo mau ngelakuin apa,  kita..." Yuipon menghentikan kalimatnya, bibirnya bergetar menahan tangis yang terus mengucur. "Kita selesai."

Manaka diam di tempat, pikirannya kosong.


serba serbi SMA NambaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang