Tidak semua masa lalu harus terhapus bersih, cukup tersimpan rapi, dalam hati._ Lentera Humaira _
Hari ini Arman dan Dava sudah berada di sebuah taman bermain bersama Nadia, Nazhira dan Maira.
Sejak sarapan pagi bersama, Nadia tiada henti merengek minta di antar jalan-jalan.
"Kak, terima kasih ya," ucap Nadia pada Maira, Maira mengernyitkan alis menatap Nadia yang berjalan beriringan dengannya di belakang Arman dan Dava.
"Terima kasih? Buat apa?"
"Makasih, karena kak Maira sudah mau jadi ibu buat Nazhira dan menerima Kak Arman apa adanya."
Maira melancarkan senyuman pada Nadia lalu mendekap erat Nazhira dalam pelukannya. Sungguh! Maira benar-benar tulus menyayangi anak itu sepenuh hati. Tanpa syarat apapun. Hingga ia rela dinikahi seorang duda berhati es seperti Arman hanya untuk menjaga amanah dari sahabatnya itu. Bahkan ia bertahan ketika sang suami tidak menganggapnya sedikitpun dan malah menyebutnya sebagai ..., Pengasuh! Itupun demi Zhira.
Sampai di bawah pohon waringin yang sangat rindang sebuah bola tiba-tiba memantul, berhenti di kaki Dava. "Bro, tahu tidak? Yang gue pikirin?"
"Apa?" jawabnya sarkas.
"Gue tantang lo tanding basket sama gue! Berani?!"
Arman mencibir, Dava terlalu meremehkan dirinya menurut Arman. "Oke! Tapi apa hadiahnya?"
Dava terlihat berpikir sejenak. "Eehmm, gue bayarin lo diner sama Maira, gimana?!"
"Gue terlalu banyak duit buat hadiah kayak gitu." balas Arman cepat, namun ia kembali berpikir, "tapi ..., boleh juga, Amuz gourmet restaurant?!" Ucap Arman menyebut salah satu restoran termahal di kota itu, lalu mengulurkan tangannya.
"Aish,"
"Why?" tanya Arman tersenyum picik.
"Tidak masalah. Tapi, jika lo kalah, lo harus ...," Dava tampak berpikir, "cium Maira, bagaimana?" bisik Dava.
Arman berdecak lalu senyum miring terbit di bibirnya. Lelaki itu sangat percaya dan merasa Dava tidak mungkin bisa mengalahkan dirinya. Bahkan sejak masih sekolahpun sang sahabat itu tak pernah bisa mengalahkannya.
"Oke!" setuju Arman.
"Oke! Mari mulai," ujar Dava.
Dan permainanpun dimulai. Sepuluh menit berlalu dengan mudah Arman berhasil memasukkan bola sampai dua kali, sedangkan Dava hanya satu kali. Arman mencibir karena permainan Dava masih tidak ada kemajuan menurutnya. Sampai akhirnya Arman lengah dan Dava berhasil menyeimbangi skor menjadi seri. Beberapa menit berlalu keduanya masih seri hingga di menit terakhir Nadia berhasil mengecoh konsentrasi Arman dan Dava berhasil mengambil celah itu dengan memasukan bola tepat di lima detik terakhir.
Nadia bersorak riang karena berhasil membuat pujaan hatinya menang. Sedangkan Maira mendesah malas,
"Yah, Papa kalah, Sayang." ucap Maira pada Zhira.Dava mulai tersenyum sumringah lalu menghampiri Arman yang tersenyum picik. "Bro! Makanya jangan suka ngeremehin orang. Tahu sendiri kan akibatnya. Ah ya, satu lagi, hukuman yang kalah masih berlaku, silahkan."
"Gak! Lo pasti curang. Bersekongkol dengan Nadia buat ngalahin gue." Arman berlalu dari hadapan Dava tanpa menepati janjinya.
"Woy!! Mau kemana lo?" tanya Dava pada Arman yang mulai menjauh menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Humaira ✔
Spiritual(Romance-Spiritual) Tahap Revisi. "Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bagaimana cinta terbalaskan, itu tak penting lagi. Karena yang paling penting bagimu saat itu adalah melihatnya bahagia, sekalipun bukan dengan...