~Happy Reading~
Cinta tidak selalu egois, fitrahnya akan mengajarkan kita bagaimana caranya berjuang, merelakan, dan mengikhlaskan.
_Lentera Humaira_
Terkadang, ada beberapa kesalahan tak mampu di terima hati, sebab rasa percaya telah ikut retak bersama hati yang rimpuh kemudian menyalahkan takdir atas ketidak adilan yang menimpa diri. Padahal sebenarnya Allah menyiapkan hikmah dari setiap cobaan, Allah memberikan jalan dari setiap kesulitan, dan Allah akan memberikan kemudahan untuk orang yang bertawakkal. Terbiasalah untuk selalu berbaik sangka pada-Nya.
"Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat." (HR Tirmidzi 2499; Shahih At-targhib 3139) Maira begitu tahu hadist ini. Lalu? Kenapa masih bingung dengan Arman? Apa tidak boleh dia bertaubat? Apa yang salah jika dia berubah? Semua orang berhak punya kesempatan kedua bukan? Perempuan yang meringkuk di balik semak itu tengah berperang dengan hatinya.
Padahal di luar sana Arman tengah berusaha mati-matian untuk mengalahkan dua penjahat yang silih berganti melancarkan serangan. Maira menutup telinga. Namun seerat apapun ia menutupnya tetap saja ada rasa tidak tega membiarkan mantan suaminya itu berjuang seorang diri.
Maira coba mengintip dari balik dedaunan semak yang menyembunyikan tubuhnya. Dia gemetar serta ketakutan, sebab pertarungan mereka begitu sengit. Dia bernapas lega ketika Arman berhasil melumpuhkan satu lawannya, detik selanjutnya dia terkejut ketika orang yang sempat Arman jatuhkan tiba-tiba bangkit dengan sebilah pisau di tangannya.
Baiklah, jika memang harus terluka, biarlah mereka sama-sama terluka. Maira mulai keluar dari semak-semak, tapi dia harus berbuat apa? Kemudian ekor matanya menangkap sebuah batang pohon yang sudah sedikit mengering. Langkah gemetar membawanya meraih kayu tersebut, dengan cepat Maira berlari ke arah orang yang mencoba menyerang Arman dari belakang. Tanpa babibu Maira langsung menghantam punggung orang itu hingga terjatuh ke tanah.
Dalam satu hantaman Arman berhasil membuat penjahat satu lagi terkapar tak berdaya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Arman menghampiri Maira, dia begitu khawatir dengan keadaan Maira.
"Iya, gak papa. Mas sendiri tidak apa-apa? Apa Mas terluka?" tanya Maira balik. Jujur, dia juga sangat cemas dan khawatir.
Arman tidak menjawab, dia justru menyunggingkan senyum melihat kekhawatiran di mata Maira. "Apa kau takut aku terluka, Maira?"
"Hah? T-tidak, Mai cuma gak mau Mas terluka gara-gara nolongin aku." perempuan itu gelagapan, di saat seperti sekarang kenapa Maira harus sesalting ini?
Dalam hati keduanya banyak rasa yang tertunda untuk terlontar, banyak pertanyaan yang tak mampu di utarakan, banyak ungkapan yang tak mampu terlisankan. Lantas bagaimana jika dua insan saling diam memendam rasa?
Memang, ada perasaan yang jika tersampaikan akan saling menyakitkan. Pun ada rasa yang saling diam justru Allah satukan. Semesta tidak pernah bercerita tentang rahasia-rahasia di balik takdir-Nya, semua penuh kejutan, semua penuh rahasia. Seperti kisah sayyidina Ali dan sayyidatina fatimah yang terbungkus rapi dalam diam, tapi riuh doanya mampu menggetarkan Arash.
"Kamu tahu Maira? Ternyata dokter itu benar tentang cinta karena Allah. Disaat kita benar-benar mencintai karena-Nya, yang aku harapkan hanya kebahagiaanmu, sekalipun bahagiamu bukan aku."
Oh Allah, jangan lagi engkau ciptakan debar dalam kalbu jika tidak lagi ada jalan untuk kami bersatu. Bisik hati nurani Maira. "Kenapa Mas bisa di sini? Kenapa bisa tahu aku di cu-" alih pembicaraan Maira terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Humaira ✔
Spiritual(Romance-Spiritual) Tahap Revisi. "Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bagaimana cinta terbalaskan, itu tak penting lagi. Karena yang paling penting bagimu saat itu adalah melihatnya bahagia, sekalipun bukan dengan...