"Menurutmu aku harus bagaimana? Menyerah? Atau bertahan dengan luka yang mungkin akan semakin parah?"
_Humaira_
Serasa berdiri di belantara, diputari angin badai dengan begitu dahsyatnya. Lentera itu terjebak di tengah pusaran badai, jika melangkah pergi ia hancur di hantam kuatnya badai, memilih menetap, pun ia akan mati perlahan. Terkecuali ia mampu berdamai dengan takdir-Nya.
"Saya tidak akan memisahkan kau dari putri saya. Tapi, kau harus mau dimadu. Jika tidak, kau harus berpisah dengan Zhira."
Maira ingin sekali berteriak dan memaki Arman kalau dia tak ingin dimadu. Namun daya apa yang bisa ia lakukan? Ia benar-benar terjebak di tengah badai. Jika bertahan, apa sanggup ia melihat perempuan lain dicintai suaminya? Jika menyerah, sudah dipastikan ia akan begitu kehilangan putrinya. Dan itu tidak bisa Maira lakukan. Zhira sudah seperti separuh napasnya saat ini.
Maira menghapus air matanya kasar, "Mas tidak berhak memisahkan aku dengan Zhira, karena ...." Maira tidak melanjutkan kalimatnya.
"Karena Fanya?" Sambung Arman
"Karena dia amanah yang harus kujaga." Maira berbalik tidak tahan melihat wajah suaminya. Sekaligus untuk menyembunyikan tangisnya.
"Itu bukan alasan selama aku bisa memberikan ibu yang baik untuk anakku."
"Apa Mas yakin perempuan itu baik buat Zhira?" Maira terus menangis tersedu tanpa suara. Sesekali menggigit bibirnya kuat-kuat untuk meredam gelombang besar yang bergejolak dalam dadanya. Kenapa Arman bisa setega itu padanya? Apa salahnya? Saat ini Maira benar-benar berharap waktu bisa berhenti di beberapa menit lalu. Kala Arman masih didepannya, masih menjadi imam untuknya. "YA Robb apa hamba tidak pantas untuk bahagia? Apa hamba bukan kebahagiaan Mas Arman? Atau ... apa Engkau telah menyiapkan kebahagiaan untuk hamba di tempat lain? Jika memang seperti itu, izinkan hamba mengikhlaskan semua ini."
Arman masih tidak menjawab. Clarissa seorang wanita karir, apa bisa dia membagi waktu dengan anaknya? Tentu saja. Pengasuh ini awalnya juga bekerja bukan? Tinggal suruh berhenti kerja, beres kan?!
"Tentu saja. Dia baik, juga penyayang, dia pasti bisa menjaga putriku.""Kalau begitu, saya ingin mengenalnya terlebih dahulu. Bawa wanita itu ke sini, Mai pengen tahu seperti apa dia menyayangi putriku."
Maira memejam bulir beningnya tak berhenti menetes. Putriku? Masih pantaskah Maira menyebutnya seperti itu?"Kau tidak perlu khawatir, dia pasti bisa merawat Zhira dengan baik. Besok saya akan membawanya kerumah ini."
"Baiklah, besok Mai akan lihat seberapa baik perempuan itu. Jika memurut Mai cukup baik untuk jadi ibunya Zhira. Maka, Mai akan pergi tanpa perlu Mas suruh."
Maira berlari dari tempat itu. Dia benar-benar tidak kuat lagi untuk berdiri. Hati dan jiwanya seakan remuk redam. Hatinya benar-benar hancur. "Ya Allah sesakit inikah mencintainya?" Tak pernah bosan dalam hati Maira berdialog dengan penciptanya. Maira tidak pernah melakukan apapun tanpa melibatkan Allah di dalamnya. Bagi Maira dengan selalu melibatkan Allah, maka seorang hamba akan gampang bersyukur atas nikmat-Nya.
Maira melepas mukenahnya, rambut yang tadinya ia gulung dibiarkan tergerai, tidak langsung memakai hijab seperti biasa. Lalu melempar tubuhnya ketempat tidur, membenamkan wajahnya di atas bantal.
"Pria jahat! Kejam! Gak punya hati! Hati batu! Nyebelin! Otoriter! Seenaknya!" Seru Maira memaki, saat ini gadis itu ingin melampiaskan kekesalan dengan memukul bantal didekatnya. Setelah itu kembali menangis tersedu-sedu. Bahkan Sampai menggigit bantal untuk mengurai sesak di dadanya.Bik inah sampai mengurungkan niatnya untuk mengembalikan Zira pada Maira. Kepala pelayan itu memilih meninggalkan Maira dengan tangisnya, mungkin dengan begitu kesedihan yang dirasakan olehnya akan terurai. Walau ia tidak tahu kenapa tiba-tiba Nyonya Muda itu menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Humaira ✔
Spiritual(Romance-Spiritual) Tahap Revisi. "Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bagaimana cinta terbalaskan, itu tak penting lagi. Karena yang paling penting bagimu saat itu adalah melihatnya bahagia, sekalipun bukan dengan...