24. Benar-benar Pergi.

160K 12.8K 414
                                    


Orang pernah bilang, Jauh sebelum seseorang dilahirkan, Allah terlebih dahulu menulis setiap jodoh hambanya di laukhul mahfudz. Entah itu dengan orang terdekat, sahabat, atau orang yang belum pernah kita kenal sekalipun.

~Lentera Humaira~

Sama halnya dengan yang terjadi pada Arman. Dia jatuh cinta lalu menikahi Fanya yang belum pernah dia kenal sebelumnya. Namun takdir memisahkan mereka untuk selamanya. Akan tetapi, siapa sangka ia akan menikah dengan sahabat istrinya sendiri? Gadis yang menurutnya menyebalkan, cerewet, dan sok suci.

"Bro! Gue kangen masakan Maira, akhir-akhir ini bini lo jarang nganter makanan, kenapa?" tanya Dava sembari menata berkas yang baru saja Arman tandatangani.

"Bukan urusan lo," jawabnya singkat.

Dava mencebik sinis, monster kutub ini memang tidak bisa diajak bicara. Untung dia sahabat dari orok, kalau tidak sudah Dava sumpal mulutnya dengan gumpalan kertas.

"Biasa aja kali," cercahnya.

"Gue mau minta saran lo," ucap Arman ragu.

"Tumben." Dava menautkan alis. "Saran apa?"

"Gue lagi bingung sekarang, rencananya, gue mau nikah lagi, bagaimana menurut lo?"

Seketika itu pula Dava mengangkat wajah, ekspresinya berubah drastis seiring terhentinya kedua tangan Dava yang sejak tadi membolak-balik file di atas meja Arman. Lelaki itu mengambil langkah cepat memutari meja, kemudian duduk di depan Arman. Kedua irisnya semakin tajam mengintimidasi. "Lo? Mau nikah lagi? Gak salah?"

Arman tidak menanggapi pertanyaan sahabatnya.

"Oke! Gue memang bukan orang alim, gua gak bisa ngasi ceramah yang baik buat lo. Tapi, lo sudah nanya apa belom sama hati lo? Sama istri lo? Mampu gak lo adil sama dua istri lo nantinya?" tanya Dava. Melihat Arman masih diam. Dava kembali berkata, "kalo memang nggak, mending gak usah."

Arman menautkan alisnya. "Kenapa? Islam saja memperbolehkan."

"Islam memang memperbolehkan, tapi kan harus dengan syariat islam juga. Semua ada syaratnya, Bro."

Ucapan Dava benar Arman tahu semua harus sesuai dengan syariat agama.

"Kalo lo memang gak cinta sama Maira, mending lepasin dia dan menikah dengan perempuan pilihan lo. Gue tahu perceraian adalah hal yang paling di benci Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tapi, dari pada lo berdosa terus tidak mampu menuhin kewajiban lo, ke istri lo, kan lebih baik lepas lalu cari yang benar-benar bisa membawa lo lebih dekat dengan Sang pencipta."

Dava tidak sedang berdakwah, dia hanya memberi nasehat sederhana yang mampu membuat Arman merenungi semuanya. Dava memang laki-laki urakan yang kadang gesreknya melampaui level akut. Namun sejauh ini ia selalu menasehati Arman untuk selalu berharap pada Allah.

Sejatinya, sahabat terbaik adalah dia yang mampu menjadi Lentera kala temannya tersesat. Mampu membawanya kembali dekat dengan (Allah) Sang pencipta.

"Gue saranin, kembalilah jadi Arman seperti dulu. Arman yang selalu baik, selalu ramah, dan selalu mengingat Allah. Lo harus tahu, Allah tidak jahat sama lo. Dia hanya ingin menguji ketabahan lo ngadepin ujian." Jeda beberapa saat. "Dan lo ingat, dulu, Fanya mencintai lo karena kebaikan lo itu seperti malaikat yang selalu ada buat dia. Lalu lo tiba-tiba berubah karena Allah mengambilnya kembali, lo gak bayangin betapa sedihnya Fanya kan? Tidak hanya Almarhumah semua orang akan kembali pada Penciptanya. Kapan dan di mana kita tidak akan pernah tahu. Tugas kita hanyalah untuk terus memperbaiki diri. Lo ngerti kan maksud gue?" tanya Dava di akhir kalimatnya. Dia berharap omongan panjang lebarnya ini mampu Arman cerna dengan baik.

Lentera Humaira ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang