19) Orang Ketiga

140K 11.8K 316
                                    

Share quotes Lentera Humaira harap sertakan sumber ya... 😊dilarang plagiat, karena sekedar buat puisi aja puyeng loh, sungguh! 😂

_____________

"Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bagaimana cinta terbalaskan, itu tak penting lagi. Karena yang paling penting bagimu saat itu adalah melihatnya bahagia, sekalipun bukan denganmu. Sebab Cinta karena Allah mengajarkan kita untuk ikhlas."

Chandra Maulana Akbar

"Apa sebenarnya yang kau inginkan?" Tanya Chandra sarkas, bicaranya sudah tidak lagi formal.

Arman masih bertahan dengan wajah angkuhnya, sambil sesekali menyesap minuman yang di sediakan Chandra. "Perpaduan yang aneh, antara pahit, manis, dan aroma coklat pekat. Orang-orang bilang coklat bisa mengembalikan mood yang rusak." Arman terdiam sejenak. "Sepertinya minuman ini cocok untuk anda."

"Tidak usah bertele-tele, apa yang kau inginkan?" Semprot Chandra.

Arman kembali menyeringai. "Tidak banyak, saya cuma minta satu hal. Jauhi istri saya."

Entah apa yang ada dipikiran Arman saat ini, atas alasan apa dia menyuruh orang lain menjauhi perempuan itu? Perempuan yang sejatinya tidak pernah dia anggap sedikitpun. Perempuan yang sebentar lagi mungkin akan pergi darinya. Kenapa Arman bisa jadi sepicik ini?

Wajah Chandra merah padam menahan amarah. Napasnya berderu, seakan ada kobaran api di dalamnya. "Jangan harap itu terjadi. Apa kau lupa? perkataan dirumah sakit dulu? Kau bilang dia hanya pengasuh, dan sedikitpun kau tidak peduli padanya, bukan?"

Arman memicing seperti mengingat sesuatu, detik selanjutnya menggoyang-goyangkan gelas berisi coklat panas hingga isinya berputar-putar. Detik kemudian senyum sinis kembali timbul di wajahnya.

"Dari dulu saya tidak suka coklat. Tapi, bentuk dan aromanya menggugah selera." Arman kembali menyeruput coklat itu. "Membuatku ingin merasakannya. Sama seperti pengasuh itu."

Brak!!

Chandra menggebrak meja dengan keras. Kali ini Arman berhasil meledakkan amarah dalam diri pria jangkung itu, emosinya tak lagi mampu ia bendung. Boleh saja siapapun menghinanya, tapi jangan sekali-kali menghina sahabatnya. "Sedikit saja kau berani mempermainkan Maira. Kupastikan kau akan menyesal seumur hidup," ancam Chandra.

Arman merasakan aura yang sangat tajam dari tatapan lelaki ini. Seolah ingin membunuhnya saat ini juga. Tapi, Arman tetap pada wajah datar menyepelekan ucapan Chandra. "Huh! Mempermainkan? Apa kau lupa? Itulah yang selama ini saya lakukan." Arman semakin menantang emosi dalam diri Chandra.

Chandra menghampiri Arman lalu menarik kerah kemeja lelaki itu tanpa basa-basi melancarkan pukulan tepat di wajah Arman. Tonjok demi tonjokan menyerang Arman bertubi-tubi. Chandra tak pernah sekasar ini sebelumnya.

Arman hanya tersenyum sinis sambil sesekali memegangi wajahnya yg terasa ngilu. Saat Chandra mulai kewalahan barulah ia menangkis kepalan tangan dokter itu, lalu mendorongnya hingga tersungkur ke lantai. Detik itu juga Arman menyerang Chandra dengan bogemannya. Tanpa henti, hingga Chandra benar-benar tak berkutik. Kedua lelaki itu sudah tidak peduli walaupun menjadi tontonan beberapa pengunjung kafe. Orang-orang hanya menonton, tidak berani melerai atau memisahkan keduanya.

Arman menghentikan aksinya. Kemudian duduk di samping Chandra. Setidaknya saat ini mereka sama2 babak belur. Namun dengan perasaan yang berbeda alur. Chandra yang memperjuangkan cintanya. Sedang Arman yang menghancurkan semuanya.

Lentera Humaira ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang