45) Surat Untuk Humaira

108K 9K 384
                                    

Takdir sudah ingin menyudahi kisah ini tanpa perlu ada lagi kata
'Nanti'.

Lentera Humaira

Kertas putih itu masih terlipat rapi, keraguan mencegahnya untuk sekedar membuka apalagi membaca isinya. Ada ketakutan yang membuat ragu atas realita yang mungkin tertera jelas oleh tinta hitam di dalamnya. Bagaimana jika ekspektasinya hanya sekelibat angan semata? Bagaimana jika akhirnya membuat ragu atas pernikahan ini?

Detik selanjutnya kertas itu ia buka, sebab rasa penasaran lebih mendominasi pikirannya.

_________________________________________

Maira

Jujur, aku bingung mau memulainya dari mana? Sebab dari perbincangan apapun semua tidak akan berpengaruh apa-apa.
Takdir sudah ingin menyudahi kisah ini tanpa perlu ada lagi kata 'Nanti'. Aku yang terlalu bodoh baru menyadari bahwa hadirmu laksana lentera dengan bias cahaya kecil di tengah kegelapan.
Perlahan membawaku beranjak dari dunia hitam tempatku duduk termangu.

Aku terlambat menyadari bahwa Lentera memiliki sumbu yang harus kujaga agar tetap bercahaya. Namun yang kulakukan adalah membiarkannya hangus terbakar tanpa sisa. Hingga akhirnya kau menyerah dan aku kembali terselimut pekat. Benar, dalam hal ini aku yang salah. Berkali-kali senyummu kupatahkan, perjuanganmu kusia-siakan, dan sekian kali cintamu kuabaikan. Si pengecut ini tidak tahu terima kasih. Aku terlalu sibuk meratapi masalalu yang tak mungkin kembali lagi.

Aku tidak akan mengatakan bahwasanya ada penyesalan, sebab Si Durjana ini baru menyadarinya sekarang. Sebesar apapun penyesalan ini terlisankan, tetap tidak ada artinya apa-apa, bukan?

Lagipula, seseorang telah berhasil memberimu sumbu kehidupan baru, Dan sebuah ikrar akan terlontar atas kepemilikannya. Jika sudah begini aku bisa apa selain mendo'akanmu? Dan maaf, selama bersamaku kau yang lebih banyak berjuang seorang diri, tanpa uluran tangan untuk membantu melindungi cahayamu dari badai.

Aku tidak berharap bahwa masih ada cinta untukku di hatimu, karena mungkin semuanya telah musnah bersebab keegoisanku di masa lalu. Satu hal yang harus kamu tahu, cinta ini telah datang di waktu yang salah. Dan kamu benar tentang penyesalan yang selalu datang terlambat.

Terima kasih sudah sempat hadir dan mengajarkan banyak hal. Sekarang aku tahu, level tertinggi dari perjuangan dalam Cinta adalah mengikhlaskan. Tanpa perlu terpuruk untuk melupakan.

Aku memilih melepasmu, sebab aku ingin berada di puncak memperjuangkan. Aku memilih merelakanmu, sebab aku tahu cinta terbaik adalah Mengikhlaskan.

Selamat untuk pernikahan yang akan kamu jalani. Dan aku berharap tidak lagi ada kesedihan di matamu. Maaf untuk segala luka yang kutorehkan di masa lalu. Semoga kamu bahagia.

Arman.

_________________________________________

Setelah meletakkan surat itu kembali ke tempat semula, barulah dia keluar. Pernikahan ini harus terjadi, tidak mungkin hanya karena sebatas tulisan di atas kertas membuat keraguan di hatinya. Hanya Allah yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tugas manusia hanya melakukan yang terbaik.

Bersambung...

Kabur dulu ah ...

Wkwkwk..














Spoiler! 😆
















Eh, becanda. Tenang aja aku gak bakal kabur kok. Hehee.. 😁

Aku bakal lansung publish bab 45 dengan syarat komen sebanyak-banyaknya. Oke👌😉

Siap untuk di lanjut?
Yuk komen...

InsyaaAllah ntar sore, atau malem ya..

Maaf, sudah buat kalian nunggu. 😅🙏🙏

Syukron
Jazakumullahu khairan katsir..

Wassalamu'alaikum..

Lentera Humaira ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang