Apa benar yang orang katakan? Jika cinta hanya tentang sakit dan sakit lagi? Tentang patah dan patah lagi?
Lentera Humaira
"Assalamu'alaikum," salam Gus Ilham.
"Wa'alaikumussalam," jawab kedua perempuan yang sama berartinya untuk Ilham.
"Di luar ada seseorang yang mencarimu," kata Gus Ilham.
Maira mendongak, "Huh! Siapa?"
"Kia kamu temenin Mbak Mai nemuin orang itu sana," titah Ilham.
Adzkia langsung berdiri tegak serta tangannya terangkat memberi hormat. "Siap, A' ilham! Ana akan menjaga Kakak ipar dengan baik!" seru Kia semangat. Kemudian mendorong tubuh Maira untuk keluar ruangan.
Lagi, Ilham melancarkan tatapan manik mata elangnya pada sang adik yang tidak berhenti menggoda. Dasar gadis kecil yang jahil.
Langkah Maira sempat terhenti dan berusaha keras menahan dorongan Kia agar tidak menabrak tubuh Ilham yang masih berdiri di depan pintu.
Adzkia mendesah. "Aa' kalo tetep berdiri di situ gimana caranya kita keluar?"
Bukannya menjawab lelaki itu malah menarik sudut bibir kanannya hingga senyum miring termanis menguar dari bibir Ilham. Ia mundur dua langkah membiarkan Maira dan adiknya lewat. Entah dengan apa? Yang pasti janda itu berhasil memikat hatinya. Bagi Ilham menebak karakter Maira tidak semudah memecahkan soal kitab Alfiah ataupun jurmiyah yang segampang memetikan jari. Maira sulit di tebak.
☆☆☆
Sesampainya di sana sesosok lelaki jangkung yang sudah tak asing duduk di gazebo memandangi ikan-ikan di kolam. Maira masih tertegun tak percaya, bagaimana bisa dia menemukannya.
"Assalamu'alaikum," sapa Kia.
Lelaki itu menoleh dan langsung berdiri, "wa-wa'alaikumussalam," jawabnya terbata.
Deg!
Tiba-tiba dadanya berdentum hebat, rasa senang, bahagia, haru, seakan menguap menjadi satu kala rindu itu akhirnya berujung temu. Namun bukan itu yang membuatnya mematung syok. Melainkan penampilan gadis yang sudah di cintainya sejak lama ini ... telah berubah. Tidak hanya gamis panjang dan hijab syar'i yang kini memperindah bidadari dunia itu. Tapi juga cadar di wajahnya semakin mempercantik dirinya. Meski hanya terlihat dari mata teduhnya, Chandra sangat yakin jika perempuan ini adalah sahabatnya sejak kecil. Dia Maira! Gadis yang sejak dulu suka merengek dan juga suka menjailinya.
"Afwan, Kak. Anta mencari siapa?" Tanya Adzkia.
"Hah! Itu, saya, saya mencari Maira," jawab Chandra, tapi ekor matanya menelisik perempuan yang terpaku di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Humaira ✔
Spiritual(Romance-Spiritual) Tahap Revisi. "Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bagaimana cinta terbalaskan, itu tak penting lagi. Karena yang paling penting bagimu saat itu adalah melihatnya bahagia, sekalipun bukan dengan...